Wednesday, March 12, 2008

Masih tentang Skripsiku

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Alhamdulillah, walau judul skripsiku belum disetujui (coz aku belum mengajukan judul lagi ke Pak Kajur) dan aku masih penasaran ingin minta masukan ke dosen-dosen lain yang belum kutemui, aku sudah mendapatkan sedikit pencerahan mengenai skripsiku yang pada intinya:

Aku tetap bertahan untuk meneliti lahan rawa lebak!

Silakan baca blogku sebelumnya: Aargh!!! (Bagaimana nasip skripsiku?!) dan To: Kajur Geografi UM.

Yach, walau masih bingung arah penelitiannya nanti ke geografi sosial, pertanian, fisik, atau lingkungan (atau apalah tapi tetap menggunakan sudut pandang geografi). Soalnya ada dosen yang mendukungku untuk tetap mengambil tema kearifan lokal, ada juga yang lebih ke pertanian (walau bisa saja di dalamnya terselip mengenai pengetahuan lokal petani tersebut). Habis, kalau mengambil tentang pengetahuan lokal katanya terlalu sulit untuk diukur.

Semoga setelah ini gak ada hal-hal lain yang buat aku stuck, sedikit desperado, dan down lagi dalam mengerjakan skripsi. Amin :)

Aku pun akhirnya menghubungi Pak Rafieq (yang sekarang sedang berada di Riau, survei. Bapak, ikut…!!) via sms. Aku bilang Insya Allah akan tetap mengambil penelitian tentang rawa lebak di Desa Banua Kupang. Gak maksud sok idealis sih, tapi wajar kan kita mempertahankan apa yang kita minati dan sudah kita persiapkan sedari dulu demi kepuasan batin?! So, bahan” yang aku minta dulu aku minta untuk segera dikirim dan beliau balas:

Syukurlah, nanti bp minta Usuf ke Bjb dan mengirimnya utk Rina.

Pak Rafieq, thanks banget sudah mau banyak kurepotin. Thanks banget atas bantuan dan suport yang diberikan to aku. Semoga bapak masuk surga (amin) :) Biar yang lain juga gak ngiri, thanks juga to ortu (yang sebenarnya gak tau skripsiku sedang bermasalah. Kalau tau pasti bakal rame dan heboh banget!), Usuf (tetanggaku di Barabai) yang sudah dan akan banyak membantu aku (semoga lakas merit – jar Pak Rafieq mu kuliah/dibiayai to kuliah lagi yach?! Senangnya… Apalagi sudah diangkat jadi PNS setelah pengabdian bertahun” ^.^v), keluargaku yang banyak membantu baik moril, materiil, dll (termasuk tanya” kayapa skripsinya? Kapan lulus? tung kada takun kapan merit?! Soalnya di keluargaku banyak cewek” mapan yang belum merit dan easy goin’ aja ^.^v), dosen” yang sudah ngasih masukan (termasuk Pak Komang walau sharing/kontaknya via imel + cerita kalau beliau sedang ada di South Australia, penelusuran literatur – oleh”nya ya Pak ^.^v), sohib”ku tercinta yang selalu menghibur dan menyemangatiku (yang sama” berjuang untuk skripsi, yang udah mu diwisuda merit), gak ketinggalan kawan” geografi senasib yang sekarang sedang saling suport to survive mengerjakan skripsi. Semoga kita semua masuk surga. Amin :)

hHe, ini belum judul skripsiku diterima. Kayapa thanks to ku kalau skripsiku dah selesai kaina?! (o^.^o)v

Tapi aku mau sedikit bahas tentang kajurku. Soalnya aku shock banget tentang hal ini. Gak nyangka aja! Tapi aku gak bermaksud memprovokasi loh. Aku benar” shock dengar cerita ini!

Beberapa malam yang lalu aku ngrumpi ma kawan satu offering via telpon. Katanya dia mau ngajuin judul ke Pak Kajur, so mau sharing gitu sama kawan” yang sudah maju (yang akhirnya sama Pak Kajur dikasih judul. Gak tau deh dia pakai judul itu atau gak coz mu konsultasi dulu sama dosen” yang kompeten). Nah, dia cerita kalau teteh sakit hati banget sama bapaknya. Pikirku, ceritanya pasti seru banget nih kalau teteh bisa sakit hati banget sama Pak Kajur. Ternyata benar!

Saat kami mengajukan judul (pertama kali), kami kan nulis judul, rumusan masalah, kompetensi dasar, dan variabel gitu di selembar kertas. Nah, kertas kami tuh dipakai untuk mempertimbangkan judul kami diterima atau enggak sebagai judul skripsi. Punya teteh diterima dan saat teteh mengambil kertas itu lagi di dosen, di kanan atasnya tuh terdapat tulisan tangan yang menginformasikan nama dosen pembimbing skripsinya teteh (aku juga lihat. Seingatku teteh ngajuin tentang analisis tata ruang pesisir pasca tsunami di Pangandaran. Nerusin proposalnya waktu mata kuliah seminar. Kalau gak salah pembimbingnya Pak Darno. Tapi lupa, dia dapat pembimbing satu atau sudah dua). So, waktu teteh ke Pak Kajur (aku lupa untuk minta pembimbing dua atau memastikan judulnya sudah masuk ‘catatan judul skripsi yang diterima oleh Pak Kajur’), kata Pak Kajur tulisan tangan di kertas teteh tuh tulisannya sendiri. Teteh menuliskan itu supaya Pak Kajur langsung meng-acc judulnya. Teteh tentu aja gak terima coz tulisan itu sudah ada saat dia menerimanya. Teteh keukeh bilang kalau bukan dia yang menulis. Tapi ternyata tetap, Pak Kajur bilang teteh berdusta!

Astagfirullahhaladzim…, kalau pun becanda gak begitu banget kan kisahnya?! Jayus banget c! Mau percaya tapi kok rasanya hal kayak itu kasar banget. Mau gak percaya juga susah. Yach, mending dibilang tema kita gak relevan sama geografi daripada digituin walau lebih baik gak keduanya. Habis gaya ngomong Pak Kajur tuh nyakitin banget. Mendengar ceritanya saja sakit hati apalagi mengalaminya sendiri. Kalau mamaku dan Bu Atik (guru pamongku) tau pasti bakal komentar, “Sudah, santet (parang maya, or sejenisnya lah!) aja dosen kayak itu!!” walau hanya becanda untuk mengungkapkan rasa kesal (bisa beneran juga c. Namanya ortu kalau merasa anaknya disakiti apapun bisa dilakuinnya kan?!).

Trus tadi juga aneh. Tadi kan kawanku seminarin proposal skripsinya. Aku gak ikut c coz datang telat karena sebelumnya aku ada kelas di skul (PPL-an). Jadi diceritain sama kawan”. Nah, Pak Kajur tuh pembimbing I dia. Tapi anehnya, yang ‘membantai’ dia tuh bukan dosen penguji, melainkan Pak Kajur, dosen pembimbingnya sendiri. Penguji walau membantai tapi lebih ke arah memberikan masukan. Anehkan?! Padahal justru dosen pembimbing yang seharusnya melindungi dan berupaya membela mahasiswa bimbingannya dari ‘pembantaian’ dosen penguji. Kalaupun ingin mengomnetari tentunya saat proses pembimbingan, not in seminar forum. Kalau sudah begitu, minta tolong sapa dunk kalau pembimbing sendiri membantai?!

Pembicaraan pun terus berlanjut di seputaran mahasiswa geografi yang sedang memprogram skripsi (yang masih terkatung-katung pada judul dan kecewa sakit hati atas sikap Pak Kajur yang dingin gak menghargai). Kami paham kalau Pak Kajur ingin membawa perubahan bagi jurusan, tapi masa caranya begini? Ini prodinya masih satu loh, kayapa kalau dua (Geografi dan Pendidikan Geografi)?!

Nah, kalau aku maunya Pak Kajur di masa jabatannya ini, atas banyak hal yang udah terjadi, karena kebijakannya yang gak komunikatif dan merugikan, menjadi berubah, sadar, lebih menghargai orang, dan menjadi orang yang (sedikit… aja, gak usah banyak” deh Pak) menyenangkan, ternyata kawan”ku ada yang pinginnya Pak Kajur yang sekarang menjadi kajur dengan masa periode yang tersingkat (kasarnya c pingin Pak Kajur lengser secepatnya!). Semoga setelah itu beliau bisa sadar dan jadi orang yang fleksibel (gak nanggung kan?! Lebih parah dari yang kuharap). Yach walau mungkin kami beraninya ngomong di belakang doank alias cemen. Paling gak kami bisa saling menghibur satu sama lain.

So, siapa yang setuju Pak Kajur turun angkat tangan?! ^.^v

Maaf Jika Aku Datang di Waktu yang Tak Tepat

Aku punya kisah, tentang seorang cewek yang mulai menata cintanya lagi

Tapi ternyata saat cinta itu datang, kisahnya berulang seperti dulu

Bedanya, kali ini dialah si pendatang

Dia jadi bingung

Jahat kalau dia meminta si cowok memilihnya karena dia pernah merasakan sakitnya dikhianati

Tapi dia juga sulit melepaskannya karena harus kembali kehilangan orang yang dia cintai

Lagi-lagi cinta tidak adil kepadanya

Hanya satu jawaban yang bisa didapatkannya:

Cinta itu beda dengan keinginan untuk memiliki

Saat memiliki nanti, kuharap cinta juga mengiringiku

Malang, Maret 2008

Karena Kamu Cinta Aku dan Dia

Ketika kamu mencintai aku dan dia, apa yang harus aku lakukan?

Gak mungkin aku memintamu meninggalkannya

Tapi susah bagiku memintamu pergi dariku

Harus bagaimana aku?

(ketika kisah cintaku berulang, seperti yang lalu)

Malang, Maret 2008

Maaf Jika Aku Datang di Waktu yang Tak Tepat

Aku punya kisah, tentang seorang cewek yang mulai menata cintanya lagi

Tapi ternyata saat cinta itu datang, kisahnya berulang seperti dulu

Bedanya, kali ini dialah si pendatang

Dia jadi bingung

Jahat kalau dia meminta si cowok memilihnya karena dia pernah merasakan sakitnya dikhianati

Tapi dia juga sulit melepaskannya karena harus kembali kehilangan orang yang dia cintai

Lagi-lagi cinta tidak adil kepadanya

Hanya satu jawaban yang bisa didapatkannya:

Cinta itu beda dengan keinginan untuk memiliki

Saat memiliki nanti, kuharap cinta juga mengiringiku

Malang, Maret 2008


Karena Kamu Cinta Aku dan Dia

Ketika kamu mencintai aku dan dia, apa yang harus aku lakukan?

Gak mungkin aku memintamu meninggalkannya

Tapi susah bagiku memintamu pergi dariku

Harus bagaimana aku?

(ketika kisah cintaku berulang, seperti yang lalu)

Malang, Maret 2008

Sunday, March 9, 2008

Makhluk Tuhan Paling Seksi

Girls room (cowok boleh nimbrung!)

Cowok memang mahkluk Tuhan yang sempurna banget di mata cewek (pasti begitu pula sebaliknya). Kalau gak, ntar jeruk makan jeruk dunk!! ^.^v
Walau cowok tuh nyebelin banget: suka bikin cewek nangis, kecewa, dll, tapi dia juga yang bikin cewek merasa dipuja, diinginkan, dan berarti. So, cowok dan cewek itu memang ditakdirkan untuk menjadi solmet :)
Aku lagi pingin nulis tentang cowok, entah kenapa. Mungkin karena akhir-akhir ini aku banyak bertukar pikiran dan berada di tengah” para cowok (saat kongres IMAHAGI yang pesertanya minim cewek dan beberapa kali ngumpul di kontrakan). Aku memang senang bergaul dengan cowok untuk mengenal dan mempelajari sifat mereka. Selain punya banyak sahabat cewek, aku pun punya banyak sahabat cowok dan kakak (ketemu gede) cowok. Bahkan mungkin banyak yang iri karena aku begitu mudah bergaul dengan mereka dan gak sedikit dari mereka sangat menghargai dan menyayangiku. Apalagi saudara sepupuku memang kebanyakan cowok.
Sebagai contoh: waktu aku SMP semua cowok di kelas segan kepadaku. Kalau sama Sulis, Cindy, atau yang lainnya mereka dengan mudah mehapaki atau menyambati mereka, jarang-jarang mereka begitu kepadaku. Yang usianya lebih muda dariku bahkan memanggilku aa dan yang lebih tua memanggilku ading. Mereka dapat dengan mudah berkata-kata jorok atau kasar di depan Sulis, Cindy, atau yang lainnya, mereka akan lebih berhati-hati di depanku. Sulis sampai mengeluh karena mereka gak pernah seperti itu padanya. Tapi yang pasti, kalau ada yang menggangguku, mengganggu cewek” dalam perlindungan mereka (termasuk Sulis dan Cindy tentunya), mereka pasti akan melindungi kami. Tinggal kami minta, mereka gak akan segan untuk memukul orang itu.
Yang asik waktu aku masih bersekolah di SDN Melayu 10. Dimana ada anak” cewek, disitu pasti ada anak” cowok kelasku. Kami selalu pergi bersama-sama. Kalau ada yang bertengkar biasanya aku yang melerai karena aku memang gak suka pertengkaran.
Cowok tuh paling menyebalkan saat mereka cuek, membuat kita menunggu, gak menepati janji, lupaan, berlaku dan mengumpat seenaknya, melalaikan shalat, jelalatan-apalagi selingkuh!!, merokok, (dan membaca atau menonton film ‘dewasa’). Anehnya, kalau bertemu cowok yang bisa dibilang perfect (tampang not bad, smart, berkepribadian bagus-alim, rajin, rapi, care, dan bermasa depan cerah), aku gak tertarik. Aku hanya akan hormat dan menghargai cowok itu. But, to make a special relationship with him, sorry! He’s not my type. Bagi mereka yang mengenalku dengan baik pasti tau banget kayak kalau tipe” cowok yang aku suka tuh pasti sedikit eror, sedikit brandal, sedikit menyebalkan, atau sedikit brengsek! (just a little, not much sweatheart!! ^.^v).
Cowok tuh paling menyenangkan saat mereka care, mengajak sholat bareng + mengimami, memberikan jaket atau selimutnya saat kedinginan, mengendarai motor/mobil dengan hati-hati (walau ngebut), dan kelihatan cakep-keren banget saat mereka mengenakan baju tolak belanga (koko) untuk pergi sholat. Cowok tuh juga manis banget kalau sedang tidur. Rasanya damai melihat mereka seperti itu. Apalagi kalau tidurnya di samping kita. Walau cowok tuh sering bikin kesal, marah, bete, nangis, dll, hati akan luluh dan tambah sayang melihat wajah polosnya (walau kalau sudah bangun bikin kesal, marah, bete, nangis, dll lagi!). karena itulah I love cowok! Apalagi cewek memang diciptakan dari tulang rusuknya cowok.

Tuesday, March 4, 2008

Menagih kado ultah


Walau terlambat dan sudah sangat-sangat lama,
Boleh aku tagih puisiku?
Itu juga kalau kata-katanya masih ada di file otak kamu
(ingin tahu apa yang kamu tulis 5 tahun lalu)

in memoriam, my 17th bday

Monday, March 3, 2008

Happy birthday to me


Happy birthday to me…
Happy birthday to me…
Happy birthday happy birthday
Happy birthday to me… :)

Gak terasa usiaku sudah 22 tahun sekarang. Dah tambah tua saja nih. Beban di pundak pun semakin berat coz memasuki masa dewasa berarti tanggung jawab juga semakin besar.
Thanks banget to sahabat”ku semuanya yang sudah say happy birthday to me. Thanks bela”in send sms di tengah malam, pagi” buta, bahkan kirim kue ke kostan :D Thanks to semuanya yang udah say pi bday ma ku lewat FS atau sms (walau telat, yang penting kalian ingat). Thanks juga ke abah-uma yang nanyain makan” ke mana di hari ultahku ini, hHe… (ultah kali ini temanya hidup prihatin. So, gak ada acara makan”-walau tadi rayain ma Ifit dengan makan es krim, hHe… Tapi sebenarnya bukan pure hidup prihatin sih. Masalah utamanya adalah tanggal 1 belum dapat kiriman uang jajan. Weekend pula! Paling cepat tanggal 3 baru dikirim. Duit bakarikan kayapa mau makan”, hHo… ^.^v). Spesial to Adan, kumaafkan dirimu yang melupakan ulang tahunku karena alasan yang kamu berikan dapat kuterima. Semoga kita mendapat jalan keluar yang baik dan membahagikan to masalah yang sedang kita hadapi. Saling mendoakan gitu deh, seperti kata kamu. Kalau aku pulang ntar, kita beli es krim lagi yach :)
Thanks sudah mendoakan kebahagiaan, kesuksesan, kesehatan, ……, untukku bahkan mendoakanku semoga lekas mendapatkan Mr. Right. Thank u guys! Ur the best for me :)

Skripsiku sayang Skripsiku malang...

Sebelumnya sori kalau isi post blogku kali ini rada emosi coz aku memang lagi benar” emosi.
Aku sempat bernazar kalau judulku gak diutak-atik sama pak kajur, aku dapat kemudahan memperoleh pembimbing II, aku gak lagi akan lagi mengomentari apapun (yang jelek” tentunya) mengenai beliau. Tapi ternyata hal itu gak terjadi. So…
Kalau aku boleh berkomentar, angkatanku, angkatan 2004 lagi chaos banget. Kayaknya bakal banyak yang terpaksa menyelesaikan skripsi dalam kurun waktu cukup panjang.
Kalau pun boleh membela diri, bukan karena PPL yang bikin kami kayak ini walau karena PPL kami jadi jarang bisa ke kampus dan cukup repot (mungkin karena belum terbiasa) dengan tugas di sekolah. Bukan juga karena kami malas dan kurang berusaha supaya skripsi kami cepat selesai. Tapi karena kebijakan Pak Kajur Geografi memberatkan kami. Masak untuk masalah judul saja sedemikian sulitnya?!
Judul skripsi kami diumumkan diumumkan pada bulan Desember. Pengumumankan itu dibuat berdasarkan hasil keputusan rapat dosen-dosen yang membahas judul/tema yang ingin kami angkat di skripsi kami. Otomatis kan di rapat yang seperti itu kajur juga ada di tempat?! Ikut juga dalam menetapkan judul mana yang diterima/gak dan pemilihan siapa dosen yang cocok untuk membimbing. Walau hanya separuh yang judulnya diterima, aku hepi coz judulku termasuk yang diterima. Di papan pengumuman itu pun tercantum nama pembimbing I ku, yaitu Pak Yusuf Idris.
Waktu itu Bu Yus yang memegang kertas pengajuan judul skripsi yang Geografi Sosial. Tapi kata beliau judulku itu walau sudah diterima harus diperbaiki lagi. Biar relevan, biar berbau geografi, biar ilmiah. Saat itu judul yang aku ajukan adalah:
Pengetahuan Lokal Petani Banjar dalam Pengelolaan Pertanian Lahan Rawa Lebak di Desa Banua Kupang, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.
Masalahnya ternyata dari sekian banyak judul yang diterima tersebut masih harus diajukan ulang ke ketua jurusan untuk didaftarkan/mendapat pembimbing II. Banyak kawan-kawan, termasuk aku yang sudah bimbingan dengan dosen pembimbing berkali-kali tetapi saat mengajukan pembimbing II harus mulai dari nol lagi karena kata Pak Kajur judul kami tuh gak layak, gak ada kaitannya dengan geografi, dan entah apalagi. Gak sedikit dari kami yang nangis/shock mendengarnya karena kami pikir kalau judul sudah disetujui, kami tinggal minta pembimbing II dan pak kajur tinggal memilihkan dosen yang tepat untuk kami. Kami berusaha loh untuk mempertahankan judul skripsi kami dan memberanikan diri beradu argumen dengan beliau karena kami pikir Pak kajur gak ada hak untuk mengutak-atik skripsi kami karena hal itu sudah diputuskan dalam rapat dosen dan menjadi legalitas pembimbing untuk mengarahkannya kemana. Lagipula itu kan bisa hanya sebatas tema, judul bisa mengikuti.
Bahkan ada loh kawanku yang judulnya sudah disetujui dan telah mendapat 2 pembimbing (dari hasil rapat dosen tersebut), ketika dia bertanya judul dia sudah masuk/belum di pak kajur ternyata pak kajur bilang dia harus merubahnya, memulai dari nol lagi (setahuku tema/judul yang dia ajukan sekarang berbeda jauh dengan judul semula). Aku juga sempat dengar dari kawan-kawan ada dosen yang merasa tersinggung dengan sikap pak kajur yang terkesan “mengambil lahan orang” tersebut karena mahasiswa yang dibimbingnya bolak-balik ganti judul, ganti bahasan hanya karena pak kajur bilang itu gak relevan dengan geografi, bukan suatu masalah, gak layak, dan apalah gitu. Gak tanggung, ada pembimbing kawanku yang berdebat dengan beliau di hadapan dia sendiri. Menyebalkan banget kan?!
Padahal, di jurusanku tuh sudah ada pembagian dosen yang mengurusi skripsi bertema pendidikan, geografi sosial, fisik, lingkungan, atau teknik loh. Nah, Pak kajur itu sendiri orang geografi pendidikan tapi kenapa skripsi geografi sosial, fisik, lingkungan, dan teknik beliau campur tangan? Apa gak makan lahan orang namanya?! Lalu apa guna rapat jurusan beberapa waktu lalu kalau ujung-ujungnya kembali beliau yang turun tangan?! Kajurku memang orang yang cekatan! Dia bisa bekerja sendiri, gak perlu bantuan para stafnya.
Kajurku itu terkenal killer, gak mau dibantah, dan gak suka dikritik. Apa yang kita ucapkan selalu saja salah dan beliau terkesan menjudge apa yang kita ucapkan dan kita lakukan. Gak ada respon positif seperti memberi masukan dan motivasi. Yang kudengar dari kakak tingkat dan kawan-kawan, sering loh mahasiswa yang skripsinya dibimbing oleh beliau menangis gara-gara proposal atau skripsi mereka dilempar begitu saja. Alasannya gak layak lah, variabelnya gak jelas lah, gak ada kaitannya dengan geografi lah, dan berbagai alasan lainnya.
Pak kajur juga sepertinya tidak memberi masukan kepada kami sebaiknya diarahkan kemana tema skripsi yang ingin kami angkat. Kami malah dibuat menjadi down dan patah semangat (malas) untuk mengurusi skripsi (terutama karena harus diproses dahulu oleh pak kajur). Kalau begini terus kapan kami bisa mengerjakan skripsi?! Kapan juga kami bisa lulus?
Setelah aku perbaiki lagi judul aku sekarang menjadi:
Pengetahuan Lokal Petani dalam Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak untuk Kegiatan Usaha Tani di Desa Banua Kupang Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan
Aku sih gak masalah bagaimana redaksional judul aku nantinya. Tapi kalau boleh, aku ingin tetap mengambil tema mengenai kearifan lokal-pengetahuan lokal petani dalam kaitannya dengan pengelolaan lahan rawa lebak untuk pertanian. Paling ekstrim banget, aku ingin tetap meneliti mengenai lahan rawa lebak, apakah itu secara geografi sosial, geografi lingkungan, geografi fisik, atau pendidikan. Soalnya dari jauh hari aku sudah mengumpulkan cukup banyak buku dan referensi lainnya mengenai hal ini.
Aku sudah dua kali bimbingan dengan pembimbing I (Pak Yusuf Idris. Kebetulan saat ini beliau berada di Jakarta. Kata beliau nanti kami bicarakan setelah kembali ke Malang). Awalnya isi proposal aku memang masih bercampur dengan bidang pertanian dan antropologi. Tapi sedikit demi sedikit oleh beliau proposalku diarahkan supaya menjadi sebuah penelitian geografi. Walau proposalku masih kacau dan aku cukup kesulitan memilah mana yang geografi, antropologi, atau pertanian karena referensiku rata-rata dibuat oleh orang non geografi, aku pikir proposalku sudah mendapat banyak kemajuan walau belum sistematis.
Selain berkonsultasi dengan pembimbing, aku juga sering minta bantuan referensi, data, dan masukan pada orang lain. Kebetulan, di Desa Banua Kupang, tempat yang ingin aku jadikan obyek penelitian sedang berjalan proyek Prima Tani. Oleh tetanggaku yang menjadi penyuluh pertanian di sana (desa tersebut berjarak sekitar 15 menit jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dari rumah aku di Barabai-orang tuaku berasal dari Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, tapi bekerja di Banjarmasin), aku dihubungkan dengan ketua proyeknya. Selain bekerja di BALITRA, beliau juga dosen di UNLAM. Namun, karena latar belakang pendidikan beliau pertanian dan antropologi, beliau susah kasih masukan yang pas dengan geografi. Tim peneliti di proyek tersebut juga gak ada yang berlatar belakang geografi. Jadi, saat aku cerita kalau judulku ditolak oleh kajur, beliau menyarankan agar aku berkonsultasi mengenai hal ini dengan dosen pembimbing. Beliau juga menyarankanku agar minta masukan dengan dosen-dosen geografi lainnya supaya mendapat banyak arahan untuk hal ini.
Saat aku menghubungi beliau beberapa waktu lalu setelah Pak Yusuf memintaku untuk menyertakan data yang rinci (jumlah petani di tiap RT, dll) ke dalam proposal aku, aku menghubungi beliau agar aku bisa mendapatkan data-data tersebut. Beliau mengiyakan dan saat ini bersama tetangga aku sedang mengumpulkan data-data tersebut. Ketika pulang ke Kalsel kemarin pun selain menemui beliau, atas bantuan paman, aku juga telah datang ke kantor BPS dan Dinas Pertanian. Aku juga kontak kakakku yang bekerja di Bappeda. Mereka menyatakan siap membantu penelitian skripsi aku. Tapi, karena kasus penolakan judul ini, aku jadi sungkan dan malu untuk menghubungi dan merepotkan mereka sebelum mendapatkan kepastian.
Aku kesal banget dengan kajurku, begitu pula kawan”ku. Bukannya mempermudah, malah mempersulit kami. Gak mau melihat kami cepat jadi sarjana yach, Pak?! Kalau gitu bapak harus belajar sama Pak T untuk menghitung jumlah biaya yang sudah dikeluarkan ortu kami selama masa studi kami ini. Makin lambat kami selesai makin besar jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Biaya pendidikan sekarang mahal banget loh, Pak. Kasihanilah kami. Kasihanilan ortu kami. Kasihanilah para penguasa yang bukannya menambah jumlah anggaran negara untuk pendidikan malah memangkasnya. Jangankan kami, bapak pun pasti tahu kalau bapak gak bisa sesempurna seperti yang bapak mau. Dengan membuat kami down, bapak bahkan gak mencerminkan diri sebagai seorang dosen pendidik yang kerjanya tuh mendidik anak bangsa penerus generasi negara ini.
Pak, kami tuh bukan robot. Kami manusia. Kami punya perasaan dan hati nurani. Kami pun bisa mengumpat kalau kami merasa tersakiti, walau pun gak langsung di hadapan bapak kalau kami gak berani. Bapak kayak anggota dewan saja yang memegang amanah rakyat tapi disumpahi oleh rakyat. Help us pliz. Beri kami judul skripsi yang sesuai minat kami.

SIM Card Q tercinta

Aku punya dua SIM card HP. XL dan Mentari. Yang XL baru sekitar 7 bulanan. No.nya aku beli di Ubung, Bali, pas mu pulang ke Banyuwangi®Malang waktu berwisata kresek ma sohib” KKNku. Gara”nya waktu pertama kali ke Bali (ke Singaraja ma kawan” di kampus) buat menghadiri rakor IMAGAHI Regional IV, SIM cardku hilang di Gilimanuk :”( Saat itu dengan susah payah aku ngasih nomor baruku ke kawan”/ngumpulin nomor kawan”. Sampai kawan” mengira aku tuh tukang gonta-ganti nomor. Capek banget kan?! Semoga SIM card XLku kali ini awet, amin :)
Nah, lain kartu XL lain juga kartu Mentariku. Kalau yang ini cukup sering menerima panggilan yang salah sambung. Ada seorang ibu yang entah mencari siapa, ada seorang bapak dari Makasar yang bermaksud menghubungi kawannya yang berada di Jakarta, seorang cowok yang mencari kawannya, dan tadi pagi ada seorang bapak nelpon aku yang mungkin sedang mencoba menghubungi kerabatnya. Nah, ibu, cowok, dan bapak yang disebut terakhir ini aku interpretasikan dari gaya bahasanya adalah orang Sunda. Habis aku sempat dipanggil ‘neng’ sama beliau. Yang bapak tuh kental banget juga logat Sundanya.
Kok bisa ya?! Mana anehnya yang nelpon tuh gak pernah Urang Banjar atau dari area Kalselteng. Padahal nomor Mentariku jelas” berkode Kalsel (081528158xx). Belinya juga di Banjarmasin (kartu Mentariku yang sebelumnya aku lupa terpaksa kuganti karena apa :p Kartu yang sekarang nitip Edo waktu dia mau kesini. Sori ya Do, belum kubayar. Tapi memang maksudmu membelikanku kan, gak minta ganti?! hHe…). Apa nomorku mirip dengan nomor orang yang ingin mereka hubungi ya?! Soalnya bisa kupastikan orang” yang salah salah ke nomorku itu gak mengenalku. Kawanku yang berdarah Sunda kan gak banyak. Teteh Noel, tante Oneng alias Neng, akang Gelar, dan si Arif kuadrat dari UPI. Tiga nama terakhir malah baru kukenal pas kongres IMAHAGI kemarin.
Kalau ditarik ke hal yang gak nyambung juga benar” gak nyambung. Semisal aku gak berdarah Sunda (Banjar tulen). Kapan” juga aku pernah ke Jawa Barat atau Banten (pinginnya c ke sana. Ke Bogor, Bandung, Lembang, Banten, Pelabuhan Ratu, ke kampungnya suku Badui, dll. Mau…). So, kenapa bisa salah sambung ya (“,)?!

Hiks hiks, my beloved flashdisk is broken (T.T)

Flashdisk bagiku adalah barang yang harus selalu kubawa kemana pun. Salah satu barang terpenting dalam hidupku selain laptop, jam tangan, kertas+pensil+penghapus, dan sandal jepit! Tanpa itu, hidupku serasa hampa (+- gak punya cowok gitu deh, hiks!). Nah, itu yang sedang terjadi sama aku. Untuk kedua kalinya flashdiskku rusak.
Yang pertama, rusak sekitar delapan bulan lalu, menjelang KKN. Ntah kenapa tiba-tiba tu flash gak bisa didetek sama komputer. Walau kapasitasnya cuma 128 MB, tu flashdisk aku beli waktu harganya masih ratusan ribu. Pakai uang beasiswaku lagi! Makanya sedih banget pas dia rusak :”( Yang kedua ini juga bernasib sama. Gak bisa didetek, padahal kapasitasnya 2 GB! Kubeli (kalau gak salah ingat) juga dengan uang beasiswaku, sebelum gtg KKN di Banyuwangi. Tu flashdisk sudah mengisi hati dan hari”ku. Banyak banget bantu aku menyimpan dan mentransfer bermacam file. Sudah jadi bagian dalam hidupku lah (alah!). Makin sedih saat terakhir kugunakan, dia kupakai buat nyimpan foto” kongres IMAHAGI di UGM kemarin. Belum sempat aku transfer pula! Aku harus kontak Muslim Arif UPI nih minta kirimi foto”nya lagi. Semoga dia mau. Amin.
My flashdisk tercinta, inikah saatnya aku harus menggantimu?! Don’t make me sad again please, hiks”!!

Malang, 27 Feb’2008

My Story at Yogyakarta

Finally, I’m gtg to Yogyakarta again…

Posting aku kali ini akan panjang banget nih, soalnya akan menceritakan kehidupanku selama berada di Yogyakarta. So, kalau ada yang baca post blogku ini, mending setelah offline. Save page as saja dulu weblogku ini, trus, baca deh sepuasnya… :)

Pertama kali aku ke Yogya waktu KKL I di semester II. Walau keberadaan kami di Yogya gak sampai dua hari, tapi alhamdulillah saat itu aku bisa bertemu dengan Yo (dan Grego yang di awal perkenalan kamis sempat buat aku kaget. Selera Yo terhadap cowok ternyata ancur juga, sama kayak aku, hHe…), Andrie, dan Dodi. Aku pun sudah mengunjungi Pantai Parang Tritis (tentunya untuk melihat sand dunes alias gumuk pasir yang jarang banget bisa ditemui di daerah tropis), obyek wisata Kaliurang (sebenarnya sih tujuannya bukan ke obyek wisatanya, tapi ke daerah yang ada aliran lava Gunung Merapi. Dosenku lupa bilang sama TL travel, makanya jadi salah tujuan), makan gudeg (traditional food of Indonesia memang is the best! Selain beraneka makanan khas Banjar, gudeg, mpek”, es pisang ijo, bubur Jakarta, dll tuh bagiku adalah makanan” yang bikin aku mupeng to selalu menikmatinya :p), dan tentunya gak lupa menyusuri jalanan Malioboro dengan membeli celana atau baju batik :)
Nah, setelah beberapa kali rencanaku ke Yogya batal, akhirnya tanggal 22 Februari tadi aku menginjakkan kaki lagi di Yogya. Kali ini dalam rangka mengikuti Kongres X IMAHAGI (Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia). This is my story in Yogyakarta…

Kamis malam, 21 Februari 2008
gtg Daerah Istimewa Yogyakarta

Aku dan keenam kawanku berangkat dari Malang (terminal Arjosari) ke Yogyakarta naik bus malam sekitar pukul 8. Di terminal aku melihat seorang cewek yang mirip dengan ading kelasku sejak SMP (sekarang dia kul di UMM), kawan Ifit, adingku. Ternyata memang benar cewek itu adalah Icha. Kami pun akhirnya mengobrol berdua lumayan lama. Nantinya dia pun akan turun di tempat yang sama dengan kami, di daerah Kaliurang. Di sana, dia nanti akan dijemput oleh Ridha, cowoknya, kawan sekelasku selama 3 tahun di SMA. hHe, baru sampai Yogya aku sudah bisa ketemu kawanku nih, reuni :)

Jum’at, 22 Februari 2008
Welcome to Kongres IMAHAGI

Sepanjang jalan aku dan kawan” tidur pulas. Aku bahkan menyelimuti diri pakai tapih Bali. Sampai di Kaliurang kira” pukul setengah empat. Jam segitu mana ada angkutan umum. Trus kami ke UGM naik apa ya?! Beruntung Ridha dan kawannya menyemput Icha pakai mobil. Dia menawarkan diri untuk mengantar kami ke Fak. Geografi. Thanks Da, kamu memang kawan yang baik. Jadi ingat masa” kita satu kelas buka bareng di rumah kamu. Trus kalian mengantar aku pulang sampai ke depan pintu rumah supaya aku gak kena marah Mama gara” pulang kemalaman :)
Untung juga kawan”ku yang semuanya adalah cowok (kejadian di Bali terulang lagi. personel cewek tetap aku seorang dengan formasi cowok yang sedikit mengalami perubahan. Minus Yovi, plus Bayu, Rika, dan Galih) sebelumnya gak jadi godain Icha. Aku pun berhasil menyelamatkan adik kelasku itu dari rayuan gombal mereka :p Kalau gak, bisa malu banget aku di depan Ridha. Kawan”ku pun bersyukur mereka gak jadi menggodanya karena kalau gak mereka bakal malu banget sama Ridha. Guys, beruntung juga aku adalah personel kalian. Kalau gak, kalian akan jalan kaki ke UGM pagi” buta itu.
Kami melepas lelah di Gegama, mapalanya Fak. Geografi UGM. Ngobrol” gitu dengan anak” mapala. Ternyata, Mas Ari alias si Jaket adalah kawan seangkatan Pak Syamsul Bachri, dosen termuda di jurusanku waktu kuliah.
“Oh, kalian anak buahnya Syamsul tuh,” begitu katanya. Mas Ari bahkan sms Pak Syamsul. Kata kawan”, kurang lebih begini isinya
Sul, anak buahmu ada di sini nih
Kami pun membalas sambutan hangat beliau terhadap mahasiswa kawannya itu dengan guyonan, “Oh, kalau di sini berarti kita panggilnya Syamsul dunk, gak pakai pak,” ucap kami sambil tertawa.
Aku pun berhasil membangunkan Andrie (yang akhirnya mendatangiku ke sana) dan Yoan (yang ternyata masih mengumpulkan nyawanya yang beterbangan saat ku telpon). Ketika matahari telah menyinari kota gudeg itu, panitia menjemput kami dan mengantarkan kami ke homestay. Ada dua homestay yang diperuntukkan bagi peserta kongres. Yang pertama di blok K dan aku sendiri dapat yang di blok L. Di sana ternyata sudah ada 5 orang adik tingkatku yang sudah terlebih dulu berangkat. Tendo, Adi, Candra, Amel, dan Lia. Selain mereka dan beberapa orang panitia ada juga kawan” dari Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang, yaitu Fandy (sayang banget Alfa gak ikutan dan Ocha sudah meninggal) dan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung) yaitu akang Gelar dan Arif kuadrat (Muslim Arif dan Arif Budiyanto). Ketiganya orang Sunda.
Waktu di Fak. Geografi UGM, ketika kongres akan dibuka, tambah lagi kawan” yang datang. Ada yang dari UNY, UNESA, UI, UMS, UNNES, UNS, dan tentunya delegasi dari UGM sendiri.
Jum’at-Minggu, 22-24 Februari 2008, bertempat di Fak. Geografi UGM, akhirnya sekitar 30 mahasiswa geografi yang berasal dari 10 komisariat IMAHAGI seluruh Indonesia berkumpul dalam rangka Kongres IMAHAGI X. Kongres kali ini bertema “Revitalisasi Fungsi dan Peran IMAHAGI” yang membahas mengenai AD/ART, rekomendasi progker yang akan dilakukan Sekjen IMAHAGI terpilih, pemilihan Sekjen IMAHAGI, dan pernyataan sikap dari mahasiswa geografi atas permasalahan bangsa saat ini.
Kongres dibuka oleh Pak Hartono, dekan Fak. Geografi UGM (akhirnya setelah lama menjadi kawan friendster tanpa pernah say hi alias nge-add doank, ketemu juga dengan beliau :p). dilanjutkan dengan penampilan oleh seorang mahasiswa geografi UGM (dia membawakan tari Bali dengan gemulai. Bercerita tentang keBhinneka Tunggal Ika bangsa Indonesia, begitu kata prolognya karena aku hanya bisa menikmati tarian tanpa mengerti maknanya. Jadi pingin nari lagi! Aku sudah lama banget gak menari. Sudah lupa malah sama tarian yang pernah kupelajari jaman TK-kelas 1 SD dulu). Kawan” pun mengabadikan tariannya dengan camdig atau kamera ponsel. Sayang, karena flashdiskku rusak, aku jadi gak bisa memajang fotonya di blog :(
Acara pembukaan kemudian dilanjutkan dengan pidato ilmiah yang diisi oleh Gilang, delegasi yang juga ketua HMJ Geografi UI dan ketua Ikatan Geograf Indonesia (IGI), Pak Suratman W. Setelah Jum’atan, kongres dengan agenda sidang pun dimulai. Jujur, aku gak menyukai persidangan, apalagi kalau waktu sidang habis termakan ketika membahas tata tertib. Benar saja, sidang baru berakhir jam 1 malam (tentunya dengan beberapa kali break) dengan hanya sempat membahas tata tertib sidang. Itu pun akan dilanjutkan besok sore, setelah pulang dari field trip ke lab. alam geospasial Parang Tritis dan berkunjung ke salah satu perusahaan bakpia patok (mendelete kunjungan ke Kaliurang, melihat daerah yang menjadi aliran lava Gunung Merapi. Lagi” gak ke sana). Sungguh melelahkan.
Karena sidang berakhir lewat tengah malam, kami pun terpaksa pulang jalan kaki. Untungnya rame”, jadi gak begitu terasa jauh. Sepanjang jalan kami saling bercerita dan bergurau. Kantuk yang terasa ketika sidang pun hilang sesampainya di homestay. Bukannya segera tidur, kami malah becanda sambil nonton tv di ruang tengah. Alhasil, lewat jam tiga kami baru tewas.

Sabtu, 23 Februari 2008
Field Trip to Lab. Alam Geospasial Parang Tritis (Paris)

Waktu KKL I kemarin kami gak berkunjung kemari (ntah kenapa). Di sini kami mendapat penjelasan singkat mengenai berdirinya lab. alam Paris, ekosistem pesisir, dan tentunya gumuk pasir dari Pak Wayan (pimpinan lab. alam Paris). Di sini pun aku baru tahu loh kalau dahulu kala ada Gunung Parang Tritis. Tapi akibat erupsi dan fenomena geologis-geomorfolis, gunung itu sekarang ya menjadi wilayah Parang Tritis seperti sekarang. Akibat Gunung Parang Tritis itu juga makanya di daerah Parang Tritis bisa ditemukan sumber mata air panas.
Setelah mendengar penjelasan dan melakukan tanya jawab dengan Pak Wayan, kami menjelajahi sudut” lab. alam Paris dan berfoto bersama di luar gedung lab. alam Paris. Seru banget! Terasa kebersamaan peserta kongres semakin kuat. Diperjalanan pulang ke Kota Yogyakarta, panitia sengaja meminta pak supir bus untuk mengambil rute yang bisa menampakkan pemandangan Pantai Parang Tritis (termasuk gumuk pasir, tebing karang, dan pemukiman yang berada di sekitarnya). Kami juga melewati daerah gumuk pasir yang biasa digunakan penduduk setempat untuk shalat Id juga untuk latihan manasik haji (asik banget yach bisa manasik haji di Gurun Arab pura”, hHe…).
Sebelum ke homestay ® kampus, kami berkunjung ke sebuah perusahaan bakpia patok. Asik juga yach ternyata melihat para pegawai membuat bulatan” bakpia. Setelah dicoba ternyata gak segampang kelihatannya loh! Aku sendiri cukup membuat dua buah, 1 yang isi kacang hijau, 1 yang coklat. Setelah itu aku lebih memilih melihat proses pembuatannya sambil memakan bakpia patok gratisan yang disediakan untuk kami nikmati (o^.^o)v
Sampai di homestay rata” kami tewas! Saat bus jemputan datang, kami baru bangun. Akhirnya pak supir harus benar” sabar menunggu kami di setiap penjemputannya :)

Aku rada heran waktu melihat kawan”ku (delegasi UM yang gak sehomestay dan serombongan denganku saat berangkat ke Yogya) sudah terlebih dahulu berada di kampus. Padahal kawan” dari delegasi lain gak ada. Mereka pun membawa semua bawaan mereka. Ternyata mereka diusir oleh panitia lantaran gak bisa bayar penuh kontribusi kongres. Separuh doank! Mau tidur dimana mereka? Entahlah. Mungkin jadi gelandangan atau tidur di rumah Pak Agus, dosen kami yang tinggal di Yogya. Tapi sayangnya hal ini menjadi konflik internal bagi.
Pertama, Bayu tiba” izin pulang di tengah forum. Katanya ada urusan akademik yang mendadak. Aku sendiri bingung karena setahuku gak ada urusan akademik yang harus Bayu urus. Di akhir pekan pula walaupun dia membolos satu hari dari sekolah tempatnya PPL. Trus, ketika break ishoma (Magrib-Isya), kawan”ku itu bilang pada kami malam ini terpaksa gak mengikuti sidang karena harus pergi ke rumah Pak Agus untuk mendapat tempat bernaung malam itu (daripada harus menggelandang semalam). Tapi mereka berjanji besok akan kembali mengikuti sidang.
Shit!! Aku bete banget jadinya. Aku marah kepada mereka habis”an. Padahal sidang sudah membahas hal” yang semakin kompleks. Ini yang gak aku suka dari mereka. Apalagi ketika salah seorang dari mereka berkata,
“Inilah kesalahan kita, membawa cewek” cantik untuk mengikuti kongres,” ketika kami menyatakan keberatan kami kalau mereka tidak mengikuti sidang pada malam itu, meninggalkan kami untuk mengikuti sidang selanjutnya (after break until finish that nigt). Menyebalkan banget kan?!
Boleh aku membela diri?!
Guys, kalau kami bukan cewek”, saat itu mungkin kami pun akan jadi pecundang kayak kalian. Kami memang polos, lugu, dan gak bisa main politik. Tapi kami keinginan untuk menghidupkan dan memajukan IMAHAGI. Dengan alasan itu kami akan buktikan kalau kami bisa membawa nama UM dengan citra yang baik.
Kalian kelihatannya saja punya tekad bulat menjadi delegasi UM atas biaya sendiri dan membawa visi-misi merevitalisasi IMAHAGI dan agar Sekjen IMAHAGI bisa dijabat oleh delegasi UM (aku sampai mempertanyakan ketulusan mereka untuk menghidupkan lagi IMAHAGI alias datang hanya sekadar untuk memperoleh puncak kepemimpinan IMAHAGI). Tapi ternyata cemen (pengecut). Gak berani menanggung akibat dari perbuatan kalian sendiri. Daripada jadi pecundang aku lebih baik pulang dan gak menampakkan diri lagi di sidang. Inilah akibat dari pergi satu tujuan tapi gak sefaham.
Sori guys, aku tahu gak semua dari kalian sebenarnya gak bisa membayar penuh dan menginginkan hal di malam itu terjadi. Kalian hanya berlaku solid. Tapi saat itu aku benar” kecewa sama kalian. Kebulatan tekad kalian ternyata begitu rapuh sampai gak berani menggelandang semalam (walau untuk alasan kesehatan).
Malam itu delegasi UM yang mengikuti sidang tersisa aku, Tendo (jadi presidium II), Adi, Candra, Lia, dan Amel. Aku pun jadi kasihan dengan Adi, Candra, Lia, dan Amel. Sebelumnya mereka itu gak mengerti apa itu IMAHAGI. Mereka ikut ke Yogya atas ajakan Tendo dan mengira kegiatan yang akan mereka ikuti berupa seminar mengenai IMAHAGI. Mereka juga gak berpengalaman mengikuti sidang sehingga gak berani untuk ikut aktif di sidang itu (walau akhirnya sedikit demi sedikit Lia dan Amel unjuk bicara). Aku pun jadi malu atas tindakan kawan”ku yang meninggalkan sidang tanpa izin panitia, presidium, dan forum. Aku hanya bisa bilang,
“Sori, aku gak bisa menjelaskan kenapa mereka meninggalkan sidang,” ketika kawan” yang lain bertanya. Untungnya mereka memaklumiku. Mereka berkata cukup kehilangan kawan”ku karena delegasi UM memang aktif di forum dan sejak mengikuti kongres ini tentunya kami menjadi sebuah keluarga, satu kesatuan dalam IMAHAGI.
Thanks guys, kalian memperlakukanku dengan sangat baik dan benar” menghiburku malam itu sehingga aku gak terlalu memikirkan kelakuan kawan”ku yang membuatku sangat kesal dan kecewa.

Minggu, 24 Februari 2008
Akhir dari Kongres IMAHAGI

Sidang masih berlanjut sampai pukul 2 malam. Padahal malam Minggu dan di agenda kegiatan seharusnya malam itu kami bisa santai. Aku telah merencanakan untuk menghubungi kawan”ku yang kuliah di Yogya dan mengajak ketemuan. Tapi gak apalah, saat itu IMAHAGI menjadi sesuatu yang berarti bagi aku. Lagipula, kapan lagi aku bisa ikut serta dalam kegiatan ini kalau gak saat itu mengingat aku gak berencana untuk memperlama masa studi S1-ku?!
Sebenarnya malam itu aku ingin menyelesaikan sidang walaupun sampai pagi. Tapi karena panitia gak bisa memberi izin menggunakan gedung fakultas untuk keperluan sidang, sidang pun akhirnya ditunda sampai besok paginya. Forum memutuskan masing” komisariat mengirimkan satu delegasinya mengikuti forum kecil di homestay untuk membahas rekomendasi dan pernyataan sikap yang akan difloorkan di sidang besok. Dari UM aku yang mewakili mengingat hanya aku yang malam itu dapat bertahan, apalagi aku yang tertua di antara kami ber-6. Tendo, walau menjadi presidium II, sudah tewas duluan di tengah sidang (izin keluar lalu tidur di teras fakultas) dan adik”ku yang lain sudah menunjukkan tanda” keredupan, sisa 5 watt.
Kami kembali pulang ke homestay dengan jalan kaki. Kami menyisiri jalanan Kaliurang (kampus UGM ® homestay) sambil bersenda gurau lalu rapat kecil di homestay sampai jam 4 pagi, diiringi rintik” hujan yang mendinginkan sisa malam Minggu yang benar” menjadi malam yang panjang (dan melelahkan) bagi kami kala itu.
Saat itu aku sangat bersyukur karena berkumpul dengan kawan” yang sangat menyenangkan walaupun baru 2 hari saling mengenal. Anton dan Catur yang sering menggoda dan membuatku tertawa, obrolan bersama Rudi dan Yoyok mengenai kebrengsekan cowok yang punya naluri alamiah untuk jadi seorang playboy serta seru dan lucunya obrolan kami seputar petai dan jengkol, obrolan bersama Rudi yang membahas film, buku, dan lagu” yang keren banget bagi kami dan berbau geografi banget, akang Gelar yang logatnya Sunda banget, Arif Budiyanto yang sering kurang ajar sama aku (teteh ketemu gede-nya), serta obrolan dan kisah seru lainnya saat bersama kawan” baruku itu.
Akhirnya rapat kecil itu menghasilkan 8 rekomendasi yang akan diberikan kepada Sekjen IMAHAGI terpilih yang antara lain berisi rekomendasi untuk memperkuat jaringan IMAHAGI (menghubungi universitas” yang memiliki fakultas/jurusan/prodi geografi, termasuk membuat web IMAHAGI yang baru—yang lama nebeng di geocities) dan memperkukuh keberadaan IMAHAGI (menghubungi dikti, IGI, dsb).
Kami pun berhasil merumuskan pernyataan sikap IMAHAGI atas permasalahan yang sedang dihadapi bangsa yang berupa “Geography for Indonesia”. Di dalamnya membahas mengenai potensi” yang dimiliki Indonesia, permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia akibat masyarakatnya buta akan geografi, serta solusi yang mengajak seluruh masyarakat untuk mengenal, mencintai, dan menanamkan pendidikan geografi sejak dini demi keutuhan dan kesejahteraan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Besok paginya sidang kembali digelar. Sisa pembahasan ART, GBHK, dan rekomendasi berlangsung dengan cepat (puff, coba dari awal seperti ini, akan lebih banyak waktu untuk beristirahat/ada banyak waktu untuk menyusun kepengurusan Pegurus Besar dan progker). Kawan”ku pun datang (walaupun datang terlambat dan meminta izin untuk kembali mengikuti sidang).
Pembahasan cukup “panas” terjadi saat perumusan ketentuan calon Sekjen. Pencalonan pun di mulai. Ada 4 orang calon (dengan 2 komisariat menyatakan abstain). Tapi saat ditanyai kesediaan mereka menjadi Sekjen, hanya 2 yang bersedia (Galih dari UM dan Mashudi dari UNY). Kedua calon yang bersedia dipilih menjadi Sekjen IMAHAGI pun melakukan orasi secara bergiliran. Tata…, saat pemilihan Mashudi jauh lebih unggul dibandingkan Galih. Yach, Mashudi memang bergerak lebih dahulu dibandingkan Galih.
Mashudi (dengan kawan” UNY tentunya), sebelumnya telah mengadakan sarasehan yang membahas kevakuman IMAGAHI. Sarasehan itu sendiri dihadiri oleh beberapa komisariat (termasuk dari UNLAM yang entah kenapa saat kongres ini gak ada satupun delegasinya yang hadir. Saat mengetahui aku seorang Akasel—Anak Kalsel, kawan” guyon, “Rin, anggap saja kehadiran kamu di sini selain menjadi delegasi UM juga menjadi perwakilan dari kawan” geografi di Kalimantan”. Padahal aku gak mengenal satu pun anak geografi UNLAM. Sebenarnya ada seorang sepupuku di sana, tapi kami gak pernah bertemu dan gak saling mengenal). Hasil dari sarasehan itulah yang akhirnya melahirkan kongres IMAHAGI kemarin.
Kongres selesai, kami semua bersiap kembali ke daerah, ke komisariat masing” untuk membawa hasil ketetapan kongres.
Aku berpisah dengan kawan” UM. Tendo, Adi, candra, Amel, dan Lia pulang malam naik bus. Tapi sebelumnya mereka melanjutkan petualangan kecil mereka di Yogya dengan menghampiri Malioboro (sebelumnya mereka sudah sempat ngemper di Prambanan pada malam kedatangan mereka lalu berkeliling Yogyakarta naik Trans Yogya yang mirip” busway dan baru beberapa waktu ini beroperasi. Masih promosi pula! Sekali perjalanan ditempuh dengan hanya membayar seribu rupiah. Aku sebenarnya ingin ke Prambanan dan naik Trans Yogya, tapi belum dapat kesempatan). Sedangkan Adip, Daniel, Aris, Rika, dan Galih pergi terlebih dahulu dijemput Pak Agus. Entah mereka akan pergi kemana terlebih dahulu sebelum pulang ke Malang. Apakah Aris jadi melanjutkan perjalanan ke Jakarta dan Daniel mampir dulu di Salatiga, aku gak tahu. Aku sendiri baru akan pulang keesokan harinya. Kami berpisah dengan kawan” baru setelah seru berfoto bersama.
Guys, kalau kalian baca blog ini, kirimi aku foto” kita kemarin dunk… Semoga kita dapat terus menjalin tali silaturrahim. Nice to know u guys… See ya next time, I hope soon ^.^/~~
I lop u all :)

Ceritaku di Yogyakarta gak berakhir sampai di situ loh coz aku kan Senin baru pulang.
Aku minta Andrie menjemputku di UGM coz Yo chan gak bisa segera menjemput. Ada kerabat keluarganya baru meninggal. Dia pun harus menghadiri resepsi pernikahan kawan sekampusnya. Mau ke rumah Pipiet, ternyata neneknya baru meninggal dan saat itu dia harus mengantar ortunya ke stasiun karena mau balik ke Jakarta. Akhirnya Andrie membawaku ke kostnya. Habis Magrib kami makan malam di Kindai.
Kindai ini adalah warung masakan Banjar yang cukup terkenal di Kota Yogya. Jadi tempat gaul pula! Kata adingku, Kindai pernah loh masuk ke acara Wisata Kuliner. Maknyus lah!! Aku jadi ingin memanjakan lidahku dengan makan masakan banua (sebutan urang Banjar untuk kampung halaman). Coba di Malang ada yang seperti ini, aku pasti bisa sering” makan masakan Banjar. Habis di Malang rasa masakan Banjarnya standar (katanya ada satu yang enak, di daerah Jegger Ayam. Tapi aku belum pernah ke sana). Habis gak gampang mencari masakan Banjar yang seenak di Banjar, hHe… :p
Setelah dinner di Kindai, kami janjian dengan Yo chan di Amplaz (aku lupa kepanjangannya Plaza apa). Tempatnya besar dan luas banget! Malang Town Square (Matos) kalah deh. Duta Mall Banjarmasin juga. Karena rumah Yo chan jauh dari kost Andrie, kami pun memutuskan untuk mengambil barang”ku keesokan harinya. Apalagi malam itu Yo datang bersama papanya. So, malam itu aku tidur mengenakan pakaian Yo (asli, rumah Yo jauh banget!! Masuk” kampung gitu deh. Kata Andrie sih gak jauh dari tempat KKNnya). Malam itu aku tidur dengan sangat nyenyak setelah ber-curhat” ria dengan Yoan.

Senin, 25 Februari 2008
Sehari Bersama Yo Chan

Karena aku tidur dengan nyenyaknya (kecapekan banget), Yo chan sampai gak tega membangunkanku. So, seharusnya pagi kami gtg to Kampus Atmajaya karena Yo mau mengumpulkan revisi PKL dia di sebuah stasiun TV lokal di Kota Solo beberapa bulan lalu, hampir tengah hari baru kami berangkat. Pagi itu aku baru sadar kalau aku lupa send SMS to Ettong, sahabatku yang lain yang kemarin ultah ke 22. Aku langsung send SMS ke dia (Et, dah maapin aku lo?!).
Finally, after take a bath n milk a glass of milk, we going to Atmajaya University. Mentereng loh bangunannya. Kata Yo, jurusan Ilmu Komunikasi Atmajaya tuh cukup diperhitungkan. Makanya dia memilih mengambil jurusan ilkom di Atma, dibandingkan di PT lainnya. Setelah itu, kami breakfast. Yo menanyaiku mau makan apa pagi itu, yang jarang” aku temui/makan di Malang. Gudeg, kemarin aku sudah makan (panitia, gudeg kemarin tuh enak loh. Suer! Gak pedas pula. Napsu makannya jadi besar :p). Setelah sedikit mikir dan berembuk, kami memutuskan untuk sarapan di… Kindai! Alasannya, waktu sama Andrie menu yang aku makan kan Soto Banjar. So, aku kan juga harus nyoba yang nasi kuning masak habang (aku pesan yang pakai sambal goreng hati) :p
Di sana untungnya aku kembali bertemu dengan kawan lama. Baru saja kami membicarakan Anggie, eh dia datang dan duduk gak jauh dari kami. Kami pun akhirnya reuni kecil”an :) Aku baru akan pulang nanti malam (karena ternyata travel = bus. Rute ke Malang hanya dua kali sehari, pagi dan malam). So, waktuku masih cukup panjang untuk menghirup udara Yogyakarta. Aku dan Yo lalu pergi ke Malioboro. Beli celana kolor batik pesanan mba kostku, beli daster dan baju batik to mama, dan tas bernuansa gothic to aku dan Ifit pakai kuliah+jalan” (cewek memang gak bisa dipisahin hidupnya dari shopping ^.^v).
Karena ortu tahu saat itu aku sedang berada di Malioboro, aku diharuskan ortu deh berkunjung ke rumah bu’de Wid (apa nenek ya?!) yang tinggal di Jalan Gowongan Kidul (dekatnya Jalan Mangkubumi). Waktu kecil, aku tuh lumayan dekat ma beliau. Sering diajak jalan gitu kalau abahku yang ngantar” beliau kemana” :) Wajah beliau gak beda jauh sih dari terakhir kali aku lihat sekitar 18 tahun lalu (sudah lama banget!!) walau nampak beliau gak lagi muda. Bu Wid hepi… banget dikunjugi olehku. Kayak acara nostalgia gitu deh jadinya! Alhamdulillah aku juga sempat ketemu Pak Wid dan Mas Papang (cowok banget euy sekarang, hHe…) yang baru pulang saat aku mau pamit.
Trus aku dan Yo kembali menyusuri jalanan Yogyakarta, ke kost Andrie ambil barang. Ketemu Ka Zamakh di sana. Kami berempat jadi ngrumpi dulu deh! Menjelang petang aku dan Yo kembali ke rumah (mampir beli tempura dulu tapi, lapar c!!). Habis makan malam (satenya enak Yo), gak lama kemudian supir travel bilang sudah ada di jalanan sekitar Bandara Internasional Adi Sucipto. Berarti aku sudah harus bersiap. Yo dan papanya mengantarku sampai depan jalan utama (seperti yang kubilang di awal, rumah Yo tuh jauh di pelosok kampung!). Hiks hiks, berakhir sudah masa liburan singkatku :”( Yo, see u soon… Pipiet, Dede, Dodi, dan sahabat”ku tercinta yang berada di Yogya, sore ya aku gak bisa berkunjung ke tempat kalian. I miss u all. Tapi ada daya kita belum bisa bertemu, semoga segera :)
L300 yang kutumpangi pun melaju menuju Kota Solo, menjemput penumpang lainnya. Di dalam, sudah ada seorang penumpang. Oonnya aku lupa tanya nama beliau (sudah bapak”, makanya pakai kata beliau). He’s a Dutch. Come to Indonesia (Malang) to invite his friend. But, bcoz my English isn’t well, we just talking a little. Duh, sudah ada kesempatan ngobrol” ma bule (coz di Bali kemarin aku gak ada kenalan/just say hi ma bule), akunya yang gagap, sungkan ngomong gara” vocab Englishku kurang banget. Malu gitu deh! Nasip!! Kayapa mu ambil S2 atau kuliah di abroad kalau belum gape bahasa internasional. Terakhir, saat pisah dengan beliau karena aku yang diantar supir travel duluan ke tempat tujuan, aku hanya bisa bilang, “Goodbye, Sir,” dan mengurungkan niat untuk kasih beliau secarik kertas yang bertuliskan:
Hi, Sir. My name’s Rina. I’m a student in geography department, university of Malang. Sorry, I shy to talking much with u bcoz my English isn’t well. But, nice to meet u. Hope someday we can meet again and can talk more (parah banget kan Englishku?!).
Entahlah apa seharusnya aku memberikan kertas itu kepadanya/tidak. Tapi yang pasti aku jadi tahu satu hal. Ternyata walanda (orang Belanda, bahasa Banjar) juga gak tahan dingin. Di mobil sama dengan aku, beliau juga kedinginan. Kami malah sempat berbincang, sepakat untuk mematikan AC ketika pak supir keluar dari mobil. Tapi ternyata pak supir kembali menyalakannya. Finally, sepanjang perjalanan aku meringkuk dengan jaket dan tapih Baliku, beliau menghangatkan diri dengan sweater dan topi kupluknya.