Wednesday, March 12, 2008

Masih tentang Skripsiku

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Alhamdulillah, walau judul skripsiku belum disetujui (coz aku belum mengajukan judul lagi ke Pak Kajur) dan aku masih penasaran ingin minta masukan ke dosen-dosen lain yang belum kutemui, aku sudah mendapatkan sedikit pencerahan mengenai skripsiku yang pada intinya:

Aku tetap bertahan untuk meneliti lahan rawa lebak!

Silakan baca blogku sebelumnya: Aargh!!! (Bagaimana nasip skripsiku?!) dan To: Kajur Geografi UM.

Yach, walau masih bingung arah penelitiannya nanti ke geografi sosial, pertanian, fisik, atau lingkungan (atau apalah tapi tetap menggunakan sudut pandang geografi). Soalnya ada dosen yang mendukungku untuk tetap mengambil tema kearifan lokal, ada juga yang lebih ke pertanian (walau bisa saja di dalamnya terselip mengenai pengetahuan lokal petani tersebut). Habis, kalau mengambil tentang pengetahuan lokal katanya terlalu sulit untuk diukur.

Semoga setelah ini gak ada hal-hal lain yang buat aku stuck, sedikit desperado, dan down lagi dalam mengerjakan skripsi. Amin :)

Aku pun akhirnya menghubungi Pak Rafieq (yang sekarang sedang berada di Riau, survei. Bapak, ikut…!!) via sms. Aku bilang Insya Allah akan tetap mengambil penelitian tentang rawa lebak di Desa Banua Kupang. Gak maksud sok idealis sih, tapi wajar kan kita mempertahankan apa yang kita minati dan sudah kita persiapkan sedari dulu demi kepuasan batin?! So, bahan” yang aku minta dulu aku minta untuk segera dikirim dan beliau balas:

Syukurlah, nanti bp minta Usuf ke Bjb dan mengirimnya utk Rina.

Pak Rafieq, thanks banget sudah mau banyak kurepotin. Thanks banget atas bantuan dan suport yang diberikan to aku. Semoga bapak masuk surga (amin) :) Biar yang lain juga gak ngiri, thanks juga to ortu (yang sebenarnya gak tau skripsiku sedang bermasalah. Kalau tau pasti bakal rame dan heboh banget!), Usuf (tetanggaku di Barabai) yang sudah dan akan banyak membantu aku (semoga lakas merit – jar Pak Rafieq mu kuliah/dibiayai to kuliah lagi yach?! Senangnya… Apalagi sudah diangkat jadi PNS setelah pengabdian bertahun” ^.^v), keluargaku yang banyak membantu baik moril, materiil, dll (termasuk tanya” kayapa skripsinya? Kapan lulus? tung kada takun kapan merit?! Soalnya di keluargaku banyak cewek” mapan yang belum merit dan easy goin’ aja ^.^v), dosen” yang sudah ngasih masukan (termasuk Pak Komang walau sharing/kontaknya via imel + cerita kalau beliau sedang ada di South Australia, penelusuran literatur – oleh”nya ya Pak ^.^v), sohib”ku tercinta yang selalu menghibur dan menyemangatiku (yang sama” berjuang untuk skripsi, yang udah mu diwisuda merit), gak ketinggalan kawan” geografi senasib yang sekarang sedang saling suport to survive mengerjakan skripsi. Semoga kita semua masuk surga. Amin :)

hHe, ini belum judul skripsiku diterima. Kayapa thanks to ku kalau skripsiku dah selesai kaina?! (o^.^o)v

Tapi aku mau sedikit bahas tentang kajurku. Soalnya aku shock banget tentang hal ini. Gak nyangka aja! Tapi aku gak bermaksud memprovokasi loh. Aku benar” shock dengar cerita ini!

Beberapa malam yang lalu aku ngrumpi ma kawan satu offering via telpon. Katanya dia mau ngajuin judul ke Pak Kajur, so mau sharing gitu sama kawan” yang sudah maju (yang akhirnya sama Pak Kajur dikasih judul. Gak tau deh dia pakai judul itu atau gak coz mu konsultasi dulu sama dosen” yang kompeten). Nah, dia cerita kalau teteh sakit hati banget sama bapaknya. Pikirku, ceritanya pasti seru banget nih kalau teteh bisa sakit hati banget sama Pak Kajur. Ternyata benar!

Saat kami mengajukan judul (pertama kali), kami kan nulis judul, rumusan masalah, kompetensi dasar, dan variabel gitu di selembar kertas. Nah, kertas kami tuh dipakai untuk mempertimbangkan judul kami diterima atau enggak sebagai judul skripsi. Punya teteh diterima dan saat teteh mengambil kertas itu lagi di dosen, di kanan atasnya tuh terdapat tulisan tangan yang menginformasikan nama dosen pembimbing skripsinya teteh (aku juga lihat. Seingatku teteh ngajuin tentang analisis tata ruang pesisir pasca tsunami di Pangandaran. Nerusin proposalnya waktu mata kuliah seminar. Kalau gak salah pembimbingnya Pak Darno. Tapi lupa, dia dapat pembimbing satu atau sudah dua). So, waktu teteh ke Pak Kajur (aku lupa untuk minta pembimbing dua atau memastikan judulnya sudah masuk ‘catatan judul skripsi yang diterima oleh Pak Kajur’), kata Pak Kajur tulisan tangan di kertas teteh tuh tulisannya sendiri. Teteh menuliskan itu supaya Pak Kajur langsung meng-acc judulnya. Teteh tentu aja gak terima coz tulisan itu sudah ada saat dia menerimanya. Teteh keukeh bilang kalau bukan dia yang menulis. Tapi ternyata tetap, Pak Kajur bilang teteh berdusta!

Astagfirullahhaladzim…, kalau pun becanda gak begitu banget kan kisahnya?! Jayus banget c! Mau percaya tapi kok rasanya hal kayak itu kasar banget. Mau gak percaya juga susah. Yach, mending dibilang tema kita gak relevan sama geografi daripada digituin walau lebih baik gak keduanya. Habis gaya ngomong Pak Kajur tuh nyakitin banget. Mendengar ceritanya saja sakit hati apalagi mengalaminya sendiri. Kalau mamaku dan Bu Atik (guru pamongku) tau pasti bakal komentar, “Sudah, santet (parang maya, or sejenisnya lah!) aja dosen kayak itu!!” walau hanya becanda untuk mengungkapkan rasa kesal (bisa beneran juga c. Namanya ortu kalau merasa anaknya disakiti apapun bisa dilakuinnya kan?!).

Trus tadi juga aneh. Tadi kan kawanku seminarin proposal skripsinya. Aku gak ikut c coz datang telat karena sebelumnya aku ada kelas di skul (PPL-an). Jadi diceritain sama kawan”. Nah, Pak Kajur tuh pembimbing I dia. Tapi anehnya, yang ‘membantai’ dia tuh bukan dosen penguji, melainkan Pak Kajur, dosen pembimbingnya sendiri. Penguji walau membantai tapi lebih ke arah memberikan masukan. Anehkan?! Padahal justru dosen pembimbing yang seharusnya melindungi dan berupaya membela mahasiswa bimbingannya dari ‘pembantaian’ dosen penguji. Kalaupun ingin mengomnetari tentunya saat proses pembimbingan, not in seminar forum. Kalau sudah begitu, minta tolong sapa dunk kalau pembimbing sendiri membantai?!

Pembicaraan pun terus berlanjut di seputaran mahasiswa geografi yang sedang memprogram skripsi (yang masih terkatung-katung pada judul dan kecewa sakit hati atas sikap Pak Kajur yang dingin gak menghargai). Kami paham kalau Pak Kajur ingin membawa perubahan bagi jurusan, tapi masa caranya begini? Ini prodinya masih satu loh, kayapa kalau dua (Geografi dan Pendidikan Geografi)?!

Nah, kalau aku maunya Pak Kajur di masa jabatannya ini, atas banyak hal yang udah terjadi, karena kebijakannya yang gak komunikatif dan merugikan, menjadi berubah, sadar, lebih menghargai orang, dan menjadi orang yang (sedikit… aja, gak usah banyak” deh Pak) menyenangkan, ternyata kawan”ku ada yang pinginnya Pak Kajur yang sekarang menjadi kajur dengan masa periode yang tersingkat (kasarnya c pingin Pak Kajur lengser secepatnya!). Semoga setelah itu beliau bisa sadar dan jadi orang yang fleksibel (gak nanggung kan?! Lebih parah dari yang kuharap). Yach walau mungkin kami beraninya ngomong di belakang doank alias cemen. Paling gak kami bisa saling menghibur satu sama lain.

So, siapa yang setuju Pak Kajur turun angkat tangan?! ^.^v

No comments:

Post a Comment