Wednesday, October 28, 2015

Belajar Speleologi di Gua Wisata Batu Hapu

S 3o07’37,6”
E 115o10’30,2”
Ketinggian: 71 mdpl

Sudah lama punya keinginan kalau jalan-jalan sambil check point koordinat obyek yang aku datangi. Akhirnya kesampaian juga saat ikut ke Gua Batu Hapu bersama Borneo Speleology Community (BSC). Menggunakan GPS (meski bukan aku yang mengoperasikan) akhirnya bisa didapat lokasi astronomis Gua Batu Hapu berada.
Gua Batu Hapu
Kalau secara administratif, Gua Batu Hapu berada di Desa Batu Hapu, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin yang berjarak 154 km dari Kota Banjarmasin atau 43 Km dari Kota Rantau (ibukota Kabupaten Tapin). Gua karst ini menarik untuk dikunjungi sehingga menjadi salah satu obyek wisata andalan bagi Kabupaten Tapin. Gua Batu Hapu juga tempat yang menarik bagi mereka yang ingin belajar speleologi (studi ilmiah mengenai gua).
Jum’at, 23 Oktober 2015 kemarin, rombongan dari Borneo Speleology Community (BSC) berkunjung ke Gua Batu Hapu. BSC dibentuk saat Workshop Rencana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup pada Kawasan Karst di Ekoregion Kalimantan yang dilaksanakan oleh Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan bekerjasama dengan Mapala STIENAS Banjarmasin. Workshop ini sendiri berlangsung selama dua hari (21-22 Oktober 2015). Hari pertama diisi dengan pemaparan mengenai kawasan karst yang ada di Indonesia dan Kalimantan (aku serasa sedang mengikuti kuliah umum Geomorfologi, bikin rindu suasana perkuliahan). Hari kedua diisi dengan diskusi antar instansi pemerintah terkait dan antara LSM, mapala, dan komunitas mengenai rencana pengelolaan kawasan karst (sesuai dengan judul workshop).
Memetakan kawasan karst dan gua-gua
yang pernah dieksplorasi oleh para mapala dan travellers
Berfoto bersama setelah pembentukan Borneo Speleology Community
Kunjungan kami ke Gua Batu Hapu menjadi amat menarik karena diselingi dengan diskusi dengan para nara sumber workshop yang ahli di bidang karst dan eksplorasi gua tentang kondisi gua Batu Hapu. Inilah fungsi dibentuknya BSC, agar penggiat alam bebas maupun pemerhati lingkungan di Kalimantan Selatan memiliki wadah untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan demi kemajuan speleologi dan kelestarian kawasan karst.

diskusi lokasi geografis Gua Batu Hapu dan
belajar menentukan koordinat menggunakan GPS
diskusi mengenai kondisi gua

Gua Batu Hapu merupakan gua yang indah dengan beberapa ruangan besar di dalamnya. Meski dihuni kelelawar, gua ini pun tidak terlalu gelap akibat lorongnya yang tidak terlalu panjang dan memiliki banyak mulut gua. Pada langit-langit gua di salah satu ruangannya juga terdapat lubang yang besar sehingga sinar matahari dapat masuk dan menjadi sumber penerangan bagi isi gua. Selain di depan mulut gua, di ruangan yang berlubang di langit-langitnya inilah spot berfoto favorit bagi para pengunjung.

ornamen yang ada di gua batu hapu
ornamen yang ada di gua batu hapu
































Akses jalan yang bagus dari Kota Binuang ke lokasi gua, fasilitas penunjang seperti loket masuk, parkir, toilet, tangga masuk, bahkan papan peringatan yang berisi kode etik saat berada di gua menunjang gua Batu Hapu sebagai obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan agar dapat menarik lebih banyak wisatawan. Sayangnya, tidak semua wisatawan yang datang ke tempat ini sadar bahwa gua merupakan tempat yang rapuh dan harus dilindungi. Sampah-sampah berserakan di lantai-lantai gua. Vandalisme dari pengunjung-pengunjung yang tidak ramah lingkungan pun turut ‘meramaikan’ dinding gua yang tentunya tidak tercipta dalam waktu yang singkat. Ini menjadi PR bagi kita semua untuk tak henti-hentinya mengedukasi siapapun untuk turut menjaga lingkungan (termasuk gua) agar terus lestari sehingga bisa dinikmati hingga generasi yang akan datang.
vandalisme di dinding gua Batu Hapu
vandalisme di gua Batu Hapu
mengangkut sampah yang berhasil dikumpulkan selama kegiatan
Selain Gua Batu Hapu, kami juga caving di gua yang berada tidak jauh dari sana. Gua yang kami kunjungi berikutnya ini sangat menarik bagiku. Selain terdapat banyak kelelawar (dan tentunya guano alias kotoran kelelawar), mulut guanya cukup besar dan memiliki beberapa lorong. Ada lorong yang memiliki aliran sungai bawah tanah, ada pula lorong yang lokasinya lebih tinggi sehingga dapat dimasuki tanpa harus berbasah-basahan.

persiapan dulu sebelum caving
Safety first ya, guys! Pakai helm dan headlamp demi kenyamanan dan keselamatan saat caving.
Kami memasuki lorong gua yang tidak dilalui aliran sungai bawah tanah. Wow. Keren. Amazing. Subhanallah. Allahu akbar! Sebagai seseorang yang masih newbie dan bisa dihitung jari tangan jumlah gua yang pernah kumasuki, gua yang satu ini indah! Apalagi untuk dapat melihat speleotem (ornamen gua, contoh: stalagtit dan stalagmit)  di gua ini, kami sempat harus merayap agar dapat memasuki lorongnya yang sempit. Entah berapa panjangnya gua ini. Bisa masuk dan menikmati sedikit keindahannya saja sungguh pengalaman yang bikin ketagihan! Apalagi untuk menuju ke gua ini tidak perlu acara daki-mendaki seperti ketika ke Gua Batu Sawar yang ada di Desa Salak, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.



berfoto bersama setelah caving
Kalimantan Selatan memiliki kawasan karst yang cukup luas, termasuk di dalamnya gua-gua yang masih perlu dieksplorasi. Perlindungan kawasan karst dan gua-gua yang ada di Kalimantan Selatan pun perlu dilakukan karena gua memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, baik sebagai gudang air tanah potensial, fasilitas penyangga mikro ekosisten yang sangat peka dan vital bagi kehidupan makro ekosistem di luar gua, laboratorium ilmiah, obyek sosial budaya, maupun sebagai indikator perubahan lingkungan karena gua sangat sensitif dengan perubahan kondisi lingkungan di sekitarnya. Hal sepele yang bisa kita lakukan misalnya dengan tidak melakukan vandalisme dan membuang sampah di dalam gua.
Mari kita jaga kelestarian gua dan kawasan karst bersama-sama. Bumi merupakan titipan dari anak cucu kita. Oleh karena itu, pembangunan yang berkelanjutan sangat diperlukan agar sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada sekarang dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Foto-foto milik pribadi dan dokumentasi Borneo Speleologi Community.

Thursday, October 15, 2015

Berwisata ke Bukit Matang Kaladan

Riam Kanan di musim kemarau dan diselimuti kabut asap.
View dari Bukit Matang Kaladan
Bukit Matang Kaladan terletak di Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Simpelnya, bukit ini berada di area dermaga bendungan Riam Kanan yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Banjarbaru. Aku berkesempatan ke bukit ini kemarin, bersama kawan-kawan kuliah. Tidak sulit untuk menemukan jalur untuk naik ke bukit ini. Puncaknya bahkan terlihat dari area parkir kendaraan. Tinggal tanya dengan tukang parkir atau masyarakat sekitar, mereka pasti akan menunjukkan arahnya.



bersama kawan-kawan yang merasa hidupnya kurang piknik :p
Bukit Matang Kaladan mungkin bukan tempat yang asing bagi anak muda Kalimantan Selatan yang hobi naik bukit. Buktinya, saat aku kesana kemarin banyak anak muda (usia sekolah dan kuliah) yang mengisi libur tahun baru hijriah di bukit ini. Beberapa yang kusapa di mesjid saat beristirahat bahkan bilang mereka berasal dari Kandangan dan Barabai. Bela-belain benar pikirku mengingat disana pun banyak bukit-bukit indah yang asik untuk dikunjungi.

Kalau jarang naik bukit/berolahraga mungkin akan sedikit shock dengan kemiringan lerengnya yang lebih dari 45°. Tapi syukurnya jalur menuju puncak sudah difasilitasi dengan undakan dan tali/rotan yang dibentangkan agar memudahkan pengunjung untuk mendaki. Lama pendakian? Tergantung stamina. Kemarin aku tidak memperhatikan.Tapi kutaksir sekitar 30-45 menit.

Bukit Matang Kaladan bisa dibilang obyek wisata alam yang murah meriah. Cukup membayar retribusi sebesar Rp 3.000 (eh, ini belum biaya parkir kendaraan, ya...) ditambah stamina yang prima dan beberapa botol air mineral, kita bisa menikmati keindahan bendungan Riam Kanan tanpa perlu menyewa kelotok (perahu bermesin).

Untuk mencapai bukit ini ternyata bisa ditempuh melalui dua jalur. Kami mengetahuinya dari pemilik satu-satunya warung yang ada di puncak bukit Matang Kaladan (iya, disini juga ada warung loh meski tak sebesar yang ada di Bukit Batas). Biar tidak penasaran, pulangnya kami melalui jalur yang dimaksud. Benar saja, jalur ini meski lebih jauh, tidak bisa melihat view bendungan Riam Kanan, melewati kebun karet penduduk, tapi landai dan jalurnya bisa dilewati oleh sepeda motor. Cukup mengikuti jalan setapak yang ada, lalu ketika bertemu jalan setapak yang sudah permanen (di semen), belok kanan menuju ke pemukiman.

Jika dilihat dari maraknya foto-foto yang beredar di media sosial, kegiatan tourism di Kalimantan Selatan tak kalah menggeliat seperti daerah lainnya di Indonesia. Seringkali peningkatan ini tidak dibarengi dengan kesadaran untuk semakin menjaga kelestariannya. Membuang sampah sembarangan dan vandalisme adalah contoh yang paling banyak dilakukan. Miris saat melihat banyak sampah berserakan di sepanjang jalur pendakian hingga ke puncaknya. Padahal, sudah tersedia tempat untuk mengumpulkan sampah jikalau malas membawa turun botol dan bungkus makanan yang dibawa ketika naik. Edukasi mengenai kedua hal ini memang melelahkan. Setidaknya kita tidak turut melakukannya.

view dari Bukit Matang Kaladan
Jalur melewati kebun karet penduduk
Ibarat pepatah suku pribumi Amerika,
"We don't inherit the earth from our ancestors. We borrow it from our children. Take care of the earth and earth will take care of you."
"Kita tidak mewarisi bumi dari leluhur kita. Kita hanya meminjamnya dari anak keturunan kita. Rawat bumi ini, maka ia akan merawat kita."

Sebenarnya sempat memfoto jalur pendakian baik lewat jalur pendek yang menguras tenaga dan jalur panjang nan landai melewati kebun karet penduduk. Tapi apa daya, memori card kamera digitalku lagi musuhan sama laptop dan kabel datanya hilang. Jadi mesti cari pertolongan pihak ketiga dulu supaya hasilnya bisa ditransfer.

Ceritaku lainnya di Riam Kanan:
- Berkunjung ke Desa Rantau Bujur eps. Bukit Kapayang
- Berkunjung ke Desa Rantau Bujur eps. Voluntourism
- Bukit Batas