Tuesday, November 22, 2016

PLPG di Surakarta

Tuhan memiliki cara sendiri untuk menemukanmu dengan orang-orang baru yang mampu membuatmu tersenyum dan laugh uncontrollably*

sayang gak semuanya terkumpul buat foto bareng
Surakarta. Ini kali kedua aku menginjakkan kaki disana. Meski lagi-lagi bukan untuk berwisata.

Rabu (9/11) subuh, travel yang membawa aku, kak Ilham, dan Wahyu sampai di Riyadi Palace Hotel, tempat kami akan mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) sebagai prasayarat mendapatkan sertifikasi guru selama sepuluh hari. Karena belum bisa check in, kami beristirahat di musholla hotel untuk sholat subuh dan rebahan sebentar.
Pagi itu, kami mendapat pemandangan cukup unik dari jendela musholla. Ada lokomotif lewat di depan hotel. Padahal, Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan besar namun di sisi jalannya terdapat rel kereta api yang masih difungsikan (maklum, keberadaan alat transportasi berupa kereta api baru akan ada di Kalimantan Selatan beberapa tahun lagi).
Belum bisa check in, jadi kami pun belum dapat sarapan hotel. Kami bertiga menyisir jalan di sekitar hotel untuk mencari warung yang buka, sambil menikmati pagi di Kota Surakarta (kalau di Malang jam segitu masih mamadar* karena jadwal kuliah kami kebanyakan dimulai jam 8.45 wib, hahahaa….). Sayangnya, belum ada warung yang buka (._.”). Gerobak nasi kucing akhirnya jadi perhentian kami untuk sarapan kala itu. Excited juga sih karena itu kali pertama aku makan nasi kucing. Seingatku, Wahyu habis tiga bungkus. Kak Ilham dua bungkus. Aku sih kalem, satu bungkus (tapi plus bakwan, gorengan, dan milo panas :p).
Tidak lama setelah kami balik ke hotel, resepsionis mempersilakan kami check in. Karena sekamar diisi bertiga, rombongan/kontingen PLPG Kalsel yang terdiri dari empat perempuan dan dua laki-laki akhirnya harus berbagi. Mba Fe, Azimah, dan ka Latifah yang sudah terlebih dahulu datang tetap bertiga. Wahyu dan ka Ilham berdua (yang kemudian sharing kamar dengan pak Andi), aku yang awalnya sendirian kemudian mendapat kawan sekamar yaitu mbak Poni dan mbak Chris.
Pembukaan berjalan dengan lancar. PLPG UNS tahap 3 ini ternyata terdiri dari tiga rombel/kelas. Dua kelas mapel Bahasa Inggris, satu kelas mapel geografi. Kami menjadi satu-satunya kontingen dari luar Jateng-DIY. Berasa spesial sekaligus grogi. Tapi berdoa semoga bisa berbaur dengan peserta lainnya dan dapat mengikuti PLPG dengan baik.
Day by day…. Mengikuti PLPG ternyata tidak semenegangkan yang dibayangkan sebelumnya. Kala itu, aku teringat obrolan dengan mama lewat telepon saat mengetahui bukannya dapat di ULM atau UM, malah PLPG-ku LPTKnya dapat di UNS.
Curhatku ke mama waktu itu: kalau dapat di ULM, aku bisa sekalian pulkam (seperti Anisah, Hayuna, dan Linda). Instruktur/dosen pengajarnya pun aku kenal, jadi tidak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan mereka. Kalau dapat di UM, selain gak perlu pergi ke luar kota, dosen pengajarnya pun aku kenal karena yang ngajar pastinya dosen-dosen yang pernah mengajariku selama kuliah di UM. Tapi mama malah bilang: ah kamu, pulang melulu yang dipikir. Kan bagus, bisa jalan-jalan ke Solo. Lagian, kamu kan belum pernah belajar di UNS. Kan asyik dapat pengalaman baru.
Mom’s right! (why she always right?!). Mungkin kalau curhat ke abah dijawabnya juga sama. Semakin banyak memiliki tempat untuk belajar, semakin banyak pengalaman yang didapat. Semakin banyak punya guru, semakin banyak ilmu yang didapat.
PLPG ini memberiku hal tersebut. Saat mengikuti kegiatan pendalaman materi (dari Pak Gamal, Bu Rahning, dan Pak Singgih), aku merasa seperti sedang mengikuti perkuliahan. Alhamdulillah, dapat ilmu dari dosen yang luar biasa. Pak Joko yang awalnya kutakuti pun ternyata saat peer teaching amat memudahkan. Peer teaching yang kutakuti pun akhirnya dapat kulalui dengan nyaman. Terima kasih, pak, bu. Senang bisa mendapat ilmu dari kalian meski hanya sebentar.

suasana belajar yang serius tapi santai (^_^)




Berbeda dengan PLPGnya kawan-kawan di ULM yang berasa reunian kuliah, PLPG-ku diisi dengan wajah-wajah yang baru kukenal (selain sesama Kalsel tentunya). Jangankan kawan kuliah (sesama UM), kawan kenal di IMAHAGI pun gak ada. Aku  malah terbilang peserta termuda di kelas karena yang lainnya ternyata banyak berasal dari jalur K2. PNS-nya baru sebentar tapi masa kerjanya (honorer) sudah dimulai bahkan ketika aku masih duduk di bangku sekolah. Lagi-lagi aku diingatkan untuk bersyukur. Ada banyak kemudahan diberikan kepadaku sejauh ini (meski menjalaninya juga gak semudah kelihatannya, hee…). Bahkan, meski sedang tugas belajar, kami diberi izin untuk mengikuti PLPG.
Selama mengikuti PLPG, alhamdulillah gak ada yang jahat sama aku (hehehee…). Selama disana, aku lupa dengan tugas kuliah (termasuk proposal tesis yang belum rampung, hiksss…) dan kerjaan yang deadinenya sebentar lagi. Sukses juga lupa dengan seseorang yang sepertinya ingat kepadaku pun tidak (ngenes!). Kerjaanku di PLPG ya duduk manis mendengarkan instruktur, menahan kantuk (hehehee….), belajar sambil nonton tv/internetan (kalau di kamar), tekun mengerjakan RPP dan media yang akan dipakai untuk peer teaching (halah), dan berbagi cerita, pengalaman, juga ilmu bersama peserta lainnya J. Alhamdulillah, semua baik dan sayang sama aku (kalaupun ada yang gak juga tak mengapa). Bahkan, aku sering digoda karena statusku yang masih single (entah harus senang atau sedih). Pas aku sakit, beberapa orang bahkan menawarkan diri untuk mengeroki punggungku supaya cepat sehat. Thanks untuk semua yang sudah perhatian saat aku sakit (terharu). Spesial thank to mbak Poni, kawan sekamarku, yang tiap pagi bangunin aku dan ngeroki aku dikala sakit. Maaf, mestinya mbak fokus belajar, gara-gara aku nonton film akhirnya keikutan fokus lihat tv. Maaf, meski janjinya menemani belajar akunya malah ketiduran. Heee… (^o^v)

setelah ujian peer teaching geografi rombel 1.3


Seringnya memang saat mau berpisah atau sudah berpisah harga kebersamaan itu baru terasa. Mungkin karena pas awal bertemu masih beradaptasi, saling mengenal, masih jaim-jaiman. Tapi, semoga meski sudah kembali ke daerah masing-masing, berkumpul dengan keluarga dan kembali sibuk dengan rutinitas, silaturahim dapat terus terjaga. Semoga semuanya sukses menjadi guru profesional yang menjadi teladan dan inspirasi tak hanya bagi murid-muridnya, tapi juga bagi banyak orang.

Ulun pasti kaina karindangan lawan bubuhan pian J
Saya pasti akan rindu dengan kalian semua J J J

PLPG Geografi tahap 3 Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 9 – 19 November 2016.


Terima kasih untuk keluarga, SMATENERS, GeoSong, kawan-kawan, dan semua yang turut mendoakanku selama mengikuti PLPG. Alhamdulillah, dapat menjalani PLPG dengan baik dan lulus! Love you, all :* J


*laugh uncontrollably (potongan quote pajangan yang ada di AM-PM Café Purwosari, gak jauh dari hotel.
*mamadar (melanjutkan tidur pagi, bangun untuk sholat subuh kemudian tidur lagi, mbangkong lah kalau Bahasa Jawa-nya, heee….)

Geografi Piknik: Pantai Gua Cina, Pantai 3 warna, Kebun Teh Wonosari

Saat itu, di kelasnya profesor cantik, beliau bertanya tentang alasan kami mengikuti program beasiswa yang sedang kami jalani ini. “Piknik!” begitu jawaban salah satu dari kami. Hahahaa…. Jawaban anak geografi banget! Siapa sih anak geografi yang tak suka piknik? *yang jelas bukan aku*
Jawaban tersebut tentu hanya candaan untuk menghidupkan suasana kelas yang mulai diisi pertanyaan: Tesismu tentang apa? Proposalnya sudah sampai mana? Kapan maju presentasi? *langsung speechless.*
Tentu tak ada satu pun dari kami yang mau terbang dari Kalsel ke Malang, pisah dengan keluarga untuk kembali ke bangku kuliah, hanya agar bisa piknik. Tak akan ada yang namanya begadang mengerjakan tugas, panas dingin sebelum presentasi, memutar otak ketika ada diskusi kelas, gelisah karena tugas belum selesai, dan menahan agar mata tak terpejam saat kantuk melanda di tengah berlangsungnya perkuliahan, jika kami tidak serius menjalani program ini. Tapi hari-hari kami juga tak melulu diisi dengan belajar belajar belajar. Ada kalanya kami ‘piknik’ untuk me-recharge semangat dan tenaga, meski tak semua anggota kelas dapat ikut serta.

Pantai Gua Cina
Malang, 24 Juli 2016

Geosong at Pantai Gua Cina
Pantai Gua Cina di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tepatnya di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Lokasi pantai ini berjarak sekitar 60 km dari Kota Malang dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Untuk menuju Pantai Gua Cina, maka arah yang ditempuh adalah arah menuju Pantai Sendang Biru karena pantai ini berada sekitar 5 km sebelum Pantai Sendang Biru. Petunjuk arah menuju Pantai Sendang Biru cukup mudah ditemui di sepanjang perjalanan dengan kondisi aspal yang cukup baik. Namun karena melewati bukit-bukit maka sebagian perjalanan akan melalui jalan yang berkelok-kelok dan sempit. 
Ini trip pertama kami. Meski tidak semua dapat ikut karena jumlah motor yang ada tidak sebanyak jumlah kami sekelas. Ini pun pertama kalinya aku ke pantai ini setelah sebelumnya hanya menikmatinya dari foto kawan-kawan yang sudah pernah kesana. Pantainya cantik. Bersih. Tapi not recomended untuk berenang karena ombaknya yang besar. Pantai Gua Cina memang menghadap langsung ke laut lepas, Samudera Hindia.
Pantai ini dinamakan Gua China karena di bukit tepi pantai terdapat sebuah gua yang menurut cerita masyarakat setempat digunakan oleh seorang pertapa China untuk bersemedi. Pertapa tersebut katanya meninggal di gua itu. Hal itu diketahui ketika seseorang masuk, hanya ada tulang belulang sang biksu dan tulisan Mandarin di langit-langit gua. Mitosnya, gua ini juga sering dijadikan tempat mencari ‘nomor keberuntungan’, hingga saat ini. Kami tentu tak melewatkan untuk memasuki gua ini. Tapi karena guanya kecil dengan langit-langit yang rendah, kami hanya masuk sebentar kemudian kembali asyik menikmati birunya pantai selatan dengan debur ombaknya yang besar.
Keberadaan tiga pulau yang berada di pantai Gua China membuat pemandangan semakin indah. Tiga pulau itu adalah Pulau Bantengan, Pulau Gua China, dan Pulau Nyonya. Selain berfoto-foto, aku menikmati segarnya angin pantai dengan menggantung hammock. Ah, nikmat rasanya.
Perjalanan kami lanjutnya. Kali ini kami mengunjungi pantai sendang biru yang letaknya tidak berjauhan dari pantai gua Cina. Pantai ini merupakan pelabuhan bagi nelayan tradisional. Perut yang sudah kelaparan membawa kami mampir ke warung makan yang memang banyak terdapat di pantai ini. Sebagai pantai tempat bersandarnya kapal para nelayan, menu yang terdapat di warung-warung sekitar pantai sendang biru apalagi kalau bukan ikan laut! Nyaaaammm…
lanjut ke pantai sendang biru
kelaparan. akhirnya pesta ikan bakar di pantai sendang biru
Menjelang sore, kami kembali ke Malang. Perjalanan kami tutup dengan mampir ke mesjid Tiban di Turen untuk sholat magrib. Masjid ini terkenal dengan sebutan masjid jin. Masjid ini dibangun oleh Romo KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam pada tahun 1976. Lokasinya berada di Jalan KH Wahid Hasyim, Gang Anyar, Desa Sanarejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Sebenarnya, bangunan megah ini bukanlah sebuah masjid melainkan Pondok Pesantren yang bernama Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah. Yap, disini selain berwisata religi kita juga bisa menyaksikan kehidupan para santri yang tinggal di pondok pesantren ini.
pulangnya mampir ke mesjid Turen, sekalian sholat magrib

Pantai 3 Warna (Konservasi Clungup)
Malang, 17 September 2016

pantai tiga warna
Pantai tiga warna berada di kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC), Malang selatan yang dikelola oleh lembaga Bhakti Alam, Sendang Biru. CMC ini meliputi pantai tiga warna sebagai obyek wisata utama / pantai pathuk pantai watu pecah / pantai weden rusak pantai savanna pantai mini / pantai toronto pantai gatra pantai clungup pantai teluk asmoro pantai bangsong / juga pantai tomen.  Satu lokasi dengan banyak pantai menjadikan perjalanan ini tidak tanggung-tanggung mengingat lokasinya cukup jauh dari pusat Kota Malang. Sekitar 60 km atau lebih kurang 2,5 jam perjalanan.
Pertama ke tempat ini, aku pergi bersama adik dan adik-adik di asrama Kayuh Baimbai Putra pada 17 Juni 2015 lalu. Karena kami baru sampai di CMC lewat tengah hari, ditambah acara foto-foto, saat itu kami hanya dapat mengunjungi pantai clungup, gatra, tiga warna, dan watu pecah. Beruntung, meski saat itu air sedang surut sehingga terumbu karangnya terlihat di permukaan, kami dapat menikmati keindahan gradasi pantai tiga warna dan dapat mengeksplor bibir pantai lebih luas. Kunjungan keduaku kesana, selain sempat kehujanan di perjalanan, CMC yang semalaman diguyur hujan membuat air pantai keruh dan sampah “kiriman” banyak terdampar di pantai tiga warna.

untuk masuk ke kawasan pantai, terlebih dahulu kita akan melewati hutan mangrove Clungup
pantai gatra
Ada beberapa hal yng perlu diketahui jika ingin berkunjung ke pantai ini.
1.       Harus reservasi/booking terlebih dahulu
Reservasi ini berlaku jika ingin ke pantai tiga warna. Kalau hanya ingin ke pantai clungup dan pantai gatra, tidak perlu reservasi. Reservasi minimal 2 minggu sebelum hari kunjungan dan mereka tidak melayani pemesanan apabila kuota perhari (100 orang pengunjung) telah terpenuhi.
2.       Kamis libur.
3.       Tiket yang dibayar adalah parkir IRD 5k dan donasi untuk 1 bibit mangrove sebesar IDR 10k.
4.       Harus didampingi local guide.
Jika hanya berkunjung ke pantai clungup dan gatra, selain tidak perlu reservasi, juga tidak perlu menyewa local guide. 1 local guide mendampingi maksimal 10 orang (1 kelompok) dengan biaya IDR 100k. Kenapa harus pakai local guide? Karena kawasan konservasi ini luas! Jarak antar pantai harus ditempuh dengan trekking di jalan setapak melewati hutan mangrove, hutan pantai, kebun-kebun. Sebelum memulai perjalanan, local guide akan menanyai apakah ingin rute short trek (langsung ke pantai tiga warna) atau long trek (dapat banyak pantai). Mereka juga yang mengerti kondisi CMC apakah air sedang pasang/surut dan trek yang dilalui aman atau berbahaya (terutama jika datang sehabis hujan lebat).
5.       Batas kunjungan maksimal 2 jam
Selain untuk menunjukkan jalan, fungsi local guide lainnya adalah mengingatkan setiap pengunjung agar tidak melewati batas waktu kunjungan. Hal ini dilakukan untuk menjaga ekosistem pantai tiga warna.
Selama di pantai 3 warna, ada beberapa aktivitas yang bisa dilakukan. Foto-foto (pastinya) di bibir pantai atau dari bukit karang yang ada di sisi pantai. Dari bukit ini kita bisa melihat pantai sendang biru dari kejauhan. Hammocking sambil menikmati angin pantai atau menontoni pengunjung lainnya. Juga snorkeling! Pantai 3 warna memiliki terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang cantik. Untuk snorkeling, pengunjung diwajibkan memakai pelampung agar tidak menyentuh terumbu karang. Kedalaman airnya yang cetek (dangkal), bahkan kalau air surut terumbu karangnya ada yang terlihat di permukaan (seperti yang kusebut di awal) menjadikan peraturan ini memang diperlukan. Terumbu karang merupakan ekosistem yang rapuh dan amat penting. Kamu tidak ingin jadi orang yang dicap merusak lingkungan kan tentunya?!
Terdapat persewaan snorkel dan pelampung. Jadi kalau malas bawa alat sendiri bisa sewa di tempat ini melalui local guide.
6.       Tidak boleh camping
Pengunjung yang ingin camping di kawasan CMC tidak diperbolehkan mendirikan tenda dan bermalam di Pantai Tiga Warna. Spot khusus untuk camping adalah Pantai Gatra. Biaya untuk camping/sewa lahan IDR 25k/nite. Jika tidak membawa tenda, disediakan persewaan dengan harga IDR 25k/nite.
with ading-ading FKMB at pantai 3 warna
pantai batu pecah
atas: bersama ading sewaktu pertama kali ke 3 warna
bawah: kedua kali ke 3 warna, sayang pantainya lagi keruh
Apa yang kamu bawa masuk ke Pantai Tiga Warna, itu pulalah yang harus kamu bawa pulang kembali. Termasuk sampai kecil berupa bungkus makanan ringan sekalipun. Begitulah aturan yang ada di CMC terkait dengan sampah. Semua barang yang kita bawa akan di-checklist secara detail oleh petugas. Jadi, ada baiknya untuk membawa kantong kresek untuk menaruh sampah-sampah kecil bungkus makanan atau semacamnya. Aturan sampah di Pantai Tiga Warna sangatlah ketat Jika melanggar aturan ini bersiap-siaplah untuk menerima konsekuensinya. Bisa disuruh kembali ke pantai untuk mengambil sampah atau denda sebesar Rp 10.000 per item (sampah).
Alur untuk memasuki area CMC:
parkir → silahkan berdonasi → checklist barang bawaan → masuk area konservasi → checklist pulang sampah → ambil kendaraan → pulang.


Kebun Teh Wonosari
Lawang, 14 Oktober 2016

kolase foto-foto narsis kami di kebun teh Wonosari
Kebun Teh Wonosari terletak sekitar 6 km dari Kota Lawang dan berada di lereng Gunung Arjuna. Lokasi tepatnya di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Jika dari pusat Kota Malang berjarak sekitar 30 km ke arah utara. Kebun teh ini merupakan agrowisata perkebunan teh seluas 1.144 hektar dengan panorama alam yang indah. Berada di dataran tinggi dengan rentang 950 mdpl hingga 1.250 mdpl, agrowisata ini merupakan satu-satunya kebun teh di Jawa Timur yang dikelola sebagai destinasi wisata.
Akses menuju kebun teh Wonosari cukup mudah meski jalan yang dilalui sedikit menanjak dan berkelok. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jika memilih menggunakan kendaraan umum, rutenya dari Kota Malang yaitu ke arah Surabaya dan turun di terminal Lawang kemudian naik angkot jurusan Wonosari. Saat itu, kami pergi kesana beramai-ramai menggunakan sepeda motor. Sekalian mampir ke rumah kakaknya kak Opy yang berada tidak jauh dari lokasi kebun teh.

mampir di rumah kakaknya kak Opy, disuguhi makanan...nyam :D
Fasilitas yang dimiliki kebun teh Wonosari terbilang lengkap. Bagi yang ingin menginap, terdapat pilihan mulai dari hotel hingga vila dan bungalow. Wahana dan terdapat disana pun beragam. Saat itu, kami bertemu anak-anak dari SDIT yang berasal dari Tuban. Mereka melakukan kegiatan outbond disana. Jauh-jauh dari Tuban, tentu agrowisata ini memiliki kelebihan tersendiri untuk didatangi. Menarik bagi kami tentu saja karena di Kalimantan Selatan tidak terdapat perkebunan teh. Kalau kebun karet, kebun durian, atau kebun kelapa sawit mah banyak!

nge-gym gratisan :p
Selain foto-foto narsis di kebun teh, kami juga mampir menikmati teh di kedai yang ada di sana. Penasaran, aku mencoba teh putih yang dikenal memiliki banyak khasiat. Tak lupa membelikan teh putih siap saji untuk mama yang memang sudah lama minta carikan teh ini (tapi di Banjarmasin gak ketemu). Kami juga memesan seteko teh hijau. Rasanya? Coba sendiri saja deh! J

Jam Buka dan Tiket Masuk Kebun Teh Wonosari
Jam buka: 07.00 WIB
Jam tutup: 17.00 WIB
Tiket Masuk Hari Senin Sabtu: Rp 8.000/orang
Tiket Masuk Hari Minggu/Hari libur: Rp 12.000/orang