Wednesday, September 24, 2008

Pelajaran itu bernama SABAR

Beberapa waktu lalu di kampus aku ngobrol dengan seorang dosen yang cukup dekat dengan kami (mahasiswa”nya). Lagian wajar, 2 mata kuliah beliau yang aku ikuti sangat berkesan. Aku sering bertanya di kelas (sampai kawan”ku bilang aku niy pintar or bodoh jadi tanya terus, padahal aku punya banyak buku!! Hal ini s4 bikin aku bete sama kawan” sekelasku). Nilai” tugas dan ujianku pun selalu bagus (dapat A dunk!! Bahkan presentasiku individualku mendapat nilai terbaik. Thx to Jejak Petualang edisi ekspedisi Papua yang membuatku bisa cerita banyak! Yach, walau sekarang aku lupa apa isi presentasiku itu ^.^v). Dan walau beliau sering ketukar antara aku dan Rika (sekarang udah gak lagi kan Pak?!), karena aku berasal dari luar Jawa, mungkin itu yang membuat beliau masih sangat mengingatku (gara” post blogku dulu juga mungkin ^.^v). Beliau menanyaiku. Obrolan kami +- gini:
“Farina, sudah sampai mana skripsimu?”
“Baru mau mengajukan surat izin seminar, Pak.”
“Kok baru mau seminar?! Saya pikir kamu sudah mau sidang.”
“Pinginnya c gitu, Pak. Tapi judul saya saja baru diterima minggu kemarin.”
“Kamu angkatan 2004 kan?”
“Iya, Pak.”
“Anak saya, kuliah di teknik informatika sudah mau wisuda loh.” (anak bungsu beliau angkt. 04 juga).
“Keren kan, Pak! Anak Geografi lebih susah lulus dibanding anak TI.” Kami lalu tertawa bersama.
“Sedih juga saya melihat kalian. Padahal kalian gak bermasalah di akademik kan?”
“Gak, Pak. Kami tuh bermasalahnya sama keberuntungan.” Kami lalu kembali tertawa.
“Yang sabar ya. Segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Insya Allah kalau ikhlas Allah akan memberikan balasan yang lebih baik setelah ini.” Aku mengamini perkataan beliau.
Setiap kali bertemu dan berbincang dengan kawan” yang ‘senasib’ denganku, beliau gak akan pernah bosan untuk mengulangi perkataannya itu, memberikan semangat dan doanya to kami.
Begitu juga ketika aku bertemu Julak anum saat menjemput Ifit di C3. Selain mengobrol tentang perkawinannya Dewi (sahabatku, keponakan beliau), kami membincangkan skripsiku. Dewi yang lulus ketika semester 7 bahkan menjadi wisudawan terbaik, tentu bertolak belakang denganku yang di semester 9 masih skripsi dan gak bakal jadi wisudawan terbaik (walau IPKku gak jelek. Aku yakin kok bisa lulus dengan IPK minimal 3,3!). Julak menghiburku dengan kata” yang mirip pepatah, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Asalkan aku sabar dan selalu berdoa Insya Allah aku akan diberikan yang terbaik oleh-Nya. Aku pun mengamini perkataan beliau.
Gak jarang aku saling berbagi cerita dengan kawan”, baik yang berhasil lulus 4 tahun, ataupun yang bertekad lulus di tahun ke 4,5 masa kuliah S1 kami. Walaupun perjalanan pengerjaan skripsiku gak mudah, alhamdulillah ternyata aku masih lebih beruntung dibanding beberapa kawan. Judulku diterima tanpa harus belasan kali mengajukan judul (dan pakai acara nangis/strez gara” judul ditolak karena suatu sebab. Bahkan, ada beberapa kawan yang belum mengajukan judul skripsinya. Entah belum PD, takut, or ?! to mengajukan judul skripsinya). Pembimbingku pun segera saja menyuruhku menjadwal seminar tanpa harus bolak-balik merevisi proposal. Dan walaupun super duper sibuk, pembimbingku tuh care abis! Beliau juga gak pernah lupa untuk memberikan semangat dan menyakinkan bahwa aku bisa mengerjakan skripsiku dengan baik (thx, Sir!!). Kata kawan”, pengujiku juga enak. Beberapa dosen juga easy going to dimintai masukan dan jadi tempat curhat. Kalau aku perlu apa” Pa Rafieq, Usup, dan keluargaku, di tengah” kesibukan mereka bahkan akan segera menyediakan permintaanku. Belum lagi dukungan dan semangat yang gak henti” diberikan, oleh ortu, keluarga, dosen, sahabat, kawan, adik” kelas, …. Rasanya naif kalau aku gak mensyukuri apa yang kudapatkan sekarang.
Ternyata skripsi memang bisa merubah hidup seseorang. Fisik dan mental benar” diuji. Tapi aku jadi belajar to menyikapi sesuatu dengan lebih sabar, bijak, dan menerima apa yang kualami dengan rasa syukur dan ikhlas. Satu step lebih dewasa daripada sebelumnya.

Sunday, September 14, 2008

Do'a untuk Jodohku

     Aku sudah lupa dapat dimana do’a, puisi, syair, atau apalah yang sesuai dengan tulisan di bawah ini. So, bagi yang merasa membuatnya sori ya kalau aku posting tanpa pemberitahuan sebelumnya… ^.^v
     Aku menyebut kata” di bawah ini sebagai do’a u/ jodohku. Semoga Allah telah mencatatkan .. .... (rahasia dunk!!) sebagai jodohku. Siapa juga yang gak berharap pacar (bagi yang punya) or someone yang kita suka a/ jodoh kita! Ya kan?! Berdo’a saja Allah memberikan jodoh yang sholeh (bagi Ce), sholehah (bagi Co) u/ kita. Amin, Ya rabbal a’alamin.


Ya Allah…………………
Engkau maha kuasa atas segalanya
Bumi dan langit dalam genggaman tangan-Mu
Semua mahluk hidup bersujud kepada-Mu
Tiada satupun kejadian di alam semesta ini tanpa ijin-Mu
Allahu Rabbi…………
Terima kasih Engkau telah menciptakan dia
Dan mempertemukan hamba dengannya
Untuk saat-saat terindah ketika kami bersama
Untuk senyumnya yang selalu mengiringi langkah hamba
Ijinkanlah hamba memohon kepada-Mu
Seandainya telah Engkau catatkan
Dia berjodoh dengan hamba
Bantulah hamba untuk mencintai, mengerti, dan menerima dia seutuhnya
Berikanlah hamba kesabaran, ketekunan, dan kesungguhan untuk memenangkan hatinya
Yakinkanlah dia bahwa hamba sungguh-sungguh mencintai dan rela membagi suka dan duka dengan dia
Ridhoi dia, agar dia juga mencintai, mengerti, dan mau menerima saya dengan segala kelebihan dan kekurangan saya
sebagaimana telah Engkau ciptakan...
Tetapi ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan
Dia bukan milik hamba
Bawalah jauh bayangannya dari mata ini, luputkanlah ingatan tentang dirinya
Berkatilah setiap langkahnya, agar dia tidak tersesat
Dan peliharalah hamba dari kekecewaan
Berikan hamba kekuatan
Untuk menahan rasa kegelisahan, kehilangan, dan kesedihan
Untuk membuang kenangan bersamanya
Untuk melihatnya berbahagia, walau itu dengan orang lain
Untuk tetap dapat menerima sebagai seorang teman
Luka dan keraguan ini pasti ada hikmahnya
Perjalanan ini mengajarkan hamba untuk hidup semakin dekat dengan-Mu, selalu berdoa, mengingat nama-Mu, dan menjadikan agama-Mu sebagai petunjuk hidup
Belajar untuk berusaha dan berdoa, sabar menanti tibanya waktu, dan setia berharap untuk terkabulnya keinginan
Menghargai hamba-Mu yang, melihat mereka dalam kebaikan dan menjadikannya panutan untuk bijaknya hari depan
Membakar kesombongan dalam diri, makin tiada berartinya hamba dihadapan-Mu ya Allah……
Jangan Engkau biarkan hamba sendirian
Menjuruskan hamba ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka karuniakan hamba seorang pasangan yang beriman
Supaya kami dapat membina kesejahteraan hidup
Melahirkan keturunan yang akan mengagungkan nama-Mu
Menegakkan agama-Mu di muka bumi
Ya Allah semoga Engkau mendengarkan dan mengabulkan doaku ini
Amin, Ya rabbal a’alamin

Sunday, September 7, 2008

Tersesat ke Jalan yang Benar

Sebelumnya, walau Ramadhan sudah berjalan lebih dari seminggu, aku mau mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa. Allahummaghfilanaa wa balighnaa fiy ramadhan waja’alnaa minalmuhsiniin. Amin.
Tersesat ke jalan yang benar? Istilah yang aneh… Tapi ya begitulah adanya…
   Istilah ini singgah di telingaku berawal karena kisah seorang… (sebut saja) adik. Sesama muslim kan bersaudara. Karena dia lebih muda jadi dia manggil aku kakak. Aslinya c aku memang pingin jadi kakak iparnya. Insya Allah kalau aku berjodoh dengan kakaknya. Amin. Doakan yach!! hHe… ^.^v
   Istilah yang kami gunakan untuk masa” ‘suram’ dia adalah zaman Jahiliyah. Yach, aku gak tahu pasti c seberapa bandel dia dulu… namanya juga remaja. Dimasa pencarian jati diri pasti ada… aja kenakalan yang diperbuat. Entah bolos sekolah/les, ngutil di toko ortu sendiri, tukang berantem, suka ngejahilin guru/kawan, sholat cuma kalau pingin, etc dah!! Nah, tiba” adikku itu berubah jadi Insya Allah anak yang shaleh. Karena perubahan yang dia alami inilah maka kakaknya menyebutnya tersesat ke jalan yang benar. Apa resepnya ya?! Namanya hidayah, Allah SWT yang memberi. Kapan pun, dimana pun , hidayah-Nya bisa datang. Semoga kita menjadi orang yang mendapat hidayah dari-Nya. Amin.
Tersesat ke jalan yang benar? Ikutan dunk…

Istoria da Paz; Perempuan dalam Perjalanan


Alasan kenapa aku suka novel Istoria da Paz; Perempuan dalam Perjalanan adalah karena +- kata” di cover belakangnya:
‘Novel ini bukan cerita tentang perempuan bernama Damai, seorang editor yang patah hati. Bukan juga cerita tentang Sekolah Damai, sebuah sekolah alternatif bagi anak” pengungsi Timor Leste yang berada di camp pengungsian di Timor Barat. Tapi novel ini adalah cerita seorang perempuan yang mengalami perjalanan mengubah sudut pandangnya tentang kehidupan’

Aku sedang dalam perjalanan. Perjalanan mencari jati diri, mencari cinta, mencari banyak hal. Sudut pandangku mengenai kehidupan pun sering berubah-ubah. Kadang bagiku hidup itu simpel, mengalir saja seperti aliran air. Kadang complicated, rumit! Tapi Insya Allah selalu ada hikmah di balik itu semua. Asal tetap optimis, tawakal, dan semangat!!
Dalam perjalan hidup ini aku sering bertanya”,
Akan menjadi apakah aku? Seorang guru kah (sesuai dengan background pendidikanku), wanita karir kah (bukan guru, dosen, dkknya), atau ibu rumah tangga?!
Akan berjodoh dengan siapakah aku? Mantan pacar kah, some one yang sedang kucintai kah (amin), salah seorang kawan di sekolah kah, atau seseorang yang belum hadir dalam hidupku?!
Yang pasti, sebagai hamba tentunya aku ingin menjadi seorang muslimah yang selalu meningkatkan kualitas diri dan ketakwaanku terhadap-Nya. Dan sebagai anak, aku ingin berbakti kepada orang tuaku. They d best I ever had.

Tentunya bukan aku saja yang sedang menjalani ini, tapi banyak orang. Termasuk kamu…
Sedang mencari apakah kamu dalam perjalanan hidup ini?!