Monday, March 3, 2008

Skripsiku sayang Skripsiku malang...

Sebelumnya sori kalau isi post blogku kali ini rada emosi coz aku memang lagi benar” emosi.
Aku sempat bernazar kalau judulku gak diutak-atik sama pak kajur, aku dapat kemudahan memperoleh pembimbing II, aku gak lagi akan lagi mengomentari apapun (yang jelek” tentunya) mengenai beliau. Tapi ternyata hal itu gak terjadi. So…
Kalau aku boleh berkomentar, angkatanku, angkatan 2004 lagi chaos banget. Kayaknya bakal banyak yang terpaksa menyelesaikan skripsi dalam kurun waktu cukup panjang.
Kalau pun boleh membela diri, bukan karena PPL yang bikin kami kayak ini walau karena PPL kami jadi jarang bisa ke kampus dan cukup repot (mungkin karena belum terbiasa) dengan tugas di sekolah. Bukan juga karena kami malas dan kurang berusaha supaya skripsi kami cepat selesai. Tapi karena kebijakan Pak Kajur Geografi memberatkan kami. Masak untuk masalah judul saja sedemikian sulitnya?!
Judul skripsi kami diumumkan diumumkan pada bulan Desember. Pengumumankan itu dibuat berdasarkan hasil keputusan rapat dosen-dosen yang membahas judul/tema yang ingin kami angkat di skripsi kami. Otomatis kan di rapat yang seperti itu kajur juga ada di tempat?! Ikut juga dalam menetapkan judul mana yang diterima/gak dan pemilihan siapa dosen yang cocok untuk membimbing. Walau hanya separuh yang judulnya diterima, aku hepi coz judulku termasuk yang diterima. Di papan pengumuman itu pun tercantum nama pembimbing I ku, yaitu Pak Yusuf Idris.
Waktu itu Bu Yus yang memegang kertas pengajuan judul skripsi yang Geografi Sosial. Tapi kata beliau judulku itu walau sudah diterima harus diperbaiki lagi. Biar relevan, biar berbau geografi, biar ilmiah. Saat itu judul yang aku ajukan adalah:
Pengetahuan Lokal Petani Banjar dalam Pengelolaan Pertanian Lahan Rawa Lebak di Desa Banua Kupang, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.
Masalahnya ternyata dari sekian banyak judul yang diterima tersebut masih harus diajukan ulang ke ketua jurusan untuk didaftarkan/mendapat pembimbing II. Banyak kawan-kawan, termasuk aku yang sudah bimbingan dengan dosen pembimbing berkali-kali tetapi saat mengajukan pembimbing II harus mulai dari nol lagi karena kata Pak Kajur judul kami tuh gak layak, gak ada kaitannya dengan geografi, dan entah apalagi. Gak sedikit dari kami yang nangis/shock mendengarnya karena kami pikir kalau judul sudah disetujui, kami tinggal minta pembimbing II dan pak kajur tinggal memilihkan dosen yang tepat untuk kami. Kami berusaha loh untuk mempertahankan judul skripsi kami dan memberanikan diri beradu argumen dengan beliau karena kami pikir Pak kajur gak ada hak untuk mengutak-atik skripsi kami karena hal itu sudah diputuskan dalam rapat dosen dan menjadi legalitas pembimbing untuk mengarahkannya kemana. Lagipula itu kan bisa hanya sebatas tema, judul bisa mengikuti.
Bahkan ada loh kawanku yang judulnya sudah disetujui dan telah mendapat 2 pembimbing (dari hasil rapat dosen tersebut), ketika dia bertanya judul dia sudah masuk/belum di pak kajur ternyata pak kajur bilang dia harus merubahnya, memulai dari nol lagi (setahuku tema/judul yang dia ajukan sekarang berbeda jauh dengan judul semula). Aku juga sempat dengar dari kawan-kawan ada dosen yang merasa tersinggung dengan sikap pak kajur yang terkesan “mengambil lahan orang” tersebut karena mahasiswa yang dibimbingnya bolak-balik ganti judul, ganti bahasan hanya karena pak kajur bilang itu gak relevan dengan geografi, bukan suatu masalah, gak layak, dan apalah gitu. Gak tanggung, ada pembimbing kawanku yang berdebat dengan beliau di hadapan dia sendiri. Menyebalkan banget kan?!
Padahal, di jurusanku tuh sudah ada pembagian dosen yang mengurusi skripsi bertema pendidikan, geografi sosial, fisik, lingkungan, atau teknik loh. Nah, Pak kajur itu sendiri orang geografi pendidikan tapi kenapa skripsi geografi sosial, fisik, lingkungan, dan teknik beliau campur tangan? Apa gak makan lahan orang namanya?! Lalu apa guna rapat jurusan beberapa waktu lalu kalau ujung-ujungnya kembali beliau yang turun tangan?! Kajurku memang orang yang cekatan! Dia bisa bekerja sendiri, gak perlu bantuan para stafnya.
Kajurku itu terkenal killer, gak mau dibantah, dan gak suka dikritik. Apa yang kita ucapkan selalu saja salah dan beliau terkesan menjudge apa yang kita ucapkan dan kita lakukan. Gak ada respon positif seperti memberi masukan dan motivasi. Yang kudengar dari kakak tingkat dan kawan-kawan, sering loh mahasiswa yang skripsinya dibimbing oleh beliau menangis gara-gara proposal atau skripsi mereka dilempar begitu saja. Alasannya gak layak lah, variabelnya gak jelas lah, gak ada kaitannya dengan geografi lah, dan berbagai alasan lainnya.
Pak kajur juga sepertinya tidak memberi masukan kepada kami sebaiknya diarahkan kemana tema skripsi yang ingin kami angkat. Kami malah dibuat menjadi down dan patah semangat (malas) untuk mengurusi skripsi (terutama karena harus diproses dahulu oleh pak kajur). Kalau begini terus kapan kami bisa mengerjakan skripsi?! Kapan juga kami bisa lulus?
Setelah aku perbaiki lagi judul aku sekarang menjadi:
Pengetahuan Lokal Petani dalam Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak untuk Kegiatan Usaha Tani di Desa Banua Kupang Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan
Aku sih gak masalah bagaimana redaksional judul aku nantinya. Tapi kalau boleh, aku ingin tetap mengambil tema mengenai kearifan lokal-pengetahuan lokal petani dalam kaitannya dengan pengelolaan lahan rawa lebak untuk pertanian. Paling ekstrim banget, aku ingin tetap meneliti mengenai lahan rawa lebak, apakah itu secara geografi sosial, geografi lingkungan, geografi fisik, atau pendidikan. Soalnya dari jauh hari aku sudah mengumpulkan cukup banyak buku dan referensi lainnya mengenai hal ini.
Aku sudah dua kali bimbingan dengan pembimbing I (Pak Yusuf Idris. Kebetulan saat ini beliau berada di Jakarta. Kata beliau nanti kami bicarakan setelah kembali ke Malang). Awalnya isi proposal aku memang masih bercampur dengan bidang pertanian dan antropologi. Tapi sedikit demi sedikit oleh beliau proposalku diarahkan supaya menjadi sebuah penelitian geografi. Walau proposalku masih kacau dan aku cukup kesulitan memilah mana yang geografi, antropologi, atau pertanian karena referensiku rata-rata dibuat oleh orang non geografi, aku pikir proposalku sudah mendapat banyak kemajuan walau belum sistematis.
Selain berkonsultasi dengan pembimbing, aku juga sering minta bantuan referensi, data, dan masukan pada orang lain. Kebetulan, di Desa Banua Kupang, tempat yang ingin aku jadikan obyek penelitian sedang berjalan proyek Prima Tani. Oleh tetanggaku yang menjadi penyuluh pertanian di sana (desa tersebut berjarak sekitar 15 menit jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dari rumah aku di Barabai-orang tuaku berasal dari Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, tapi bekerja di Banjarmasin), aku dihubungkan dengan ketua proyeknya. Selain bekerja di BALITRA, beliau juga dosen di UNLAM. Namun, karena latar belakang pendidikan beliau pertanian dan antropologi, beliau susah kasih masukan yang pas dengan geografi. Tim peneliti di proyek tersebut juga gak ada yang berlatar belakang geografi. Jadi, saat aku cerita kalau judulku ditolak oleh kajur, beliau menyarankan agar aku berkonsultasi mengenai hal ini dengan dosen pembimbing. Beliau juga menyarankanku agar minta masukan dengan dosen-dosen geografi lainnya supaya mendapat banyak arahan untuk hal ini.
Saat aku menghubungi beliau beberapa waktu lalu setelah Pak Yusuf memintaku untuk menyertakan data yang rinci (jumlah petani di tiap RT, dll) ke dalam proposal aku, aku menghubungi beliau agar aku bisa mendapatkan data-data tersebut. Beliau mengiyakan dan saat ini bersama tetangga aku sedang mengumpulkan data-data tersebut. Ketika pulang ke Kalsel kemarin pun selain menemui beliau, atas bantuan paman, aku juga telah datang ke kantor BPS dan Dinas Pertanian. Aku juga kontak kakakku yang bekerja di Bappeda. Mereka menyatakan siap membantu penelitian skripsi aku. Tapi, karena kasus penolakan judul ini, aku jadi sungkan dan malu untuk menghubungi dan merepotkan mereka sebelum mendapatkan kepastian.
Aku kesal banget dengan kajurku, begitu pula kawan”ku. Bukannya mempermudah, malah mempersulit kami. Gak mau melihat kami cepat jadi sarjana yach, Pak?! Kalau gitu bapak harus belajar sama Pak T untuk menghitung jumlah biaya yang sudah dikeluarkan ortu kami selama masa studi kami ini. Makin lambat kami selesai makin besar jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Biaya pendidikan sekarang mahal banget loh, Pak. Kasihanilah kami. Kasihanilan ortu kami. Kasihanilah para penguasa yang bukannya menambah jumlah anggaran negara untuk pendidikan malah memangkasnya. Jangankan kami, bapak pun pasti tahu kalau bapak gak bisa sesempurna seperti yang bapak mau. Dengan membuat kami down, bapak bahkan gak mencerminkan diri sebagai seorang dosen pendidik yang kerjanya tuh mendidik anak bangsa penerus generasi negara ini.
Pak, kami tuh bukan robot. Kami manusia. Kami punya perasaan dan hati nurani. Kami pun bisa mengumpat kalau kami merasa tersakiti, walau pun gak langsung di hadapan bapak kalau kami gak berani. Bapak kayak anggota dewan saja yang memegang amanah rakyat tapi disumpahi oleh rakyat. Help us pliz. Beri kami judul skripsi yang sesuai minat kami.

1 comment:

  1. Curhatnya panjang amat..........dah lega?
    Farin masih ingat anekdot : hidup adalah perjuangan?
    naaahh....apa yang farin alami saat ini adalah bagian dari perjuangan hidup dan dinamika kehidupan. konsep "struggle for life" dalam evolusi hidup dan kehidupan manusia sedang farin alami.so, nikmati dan jalani aja. OR diskusi dengan dosen2 yang lain.yaaacchhh....sekedar berbagi uneg2.sabar dan tawakkal.ok?

    Salam,
    SW

    ReplyDelete