Sunday, January 25, 2015

Berkunjung ke Desa Rantau Bujur (eps. Volunteering)

cerita sebelumnya di episode Bukit Kapayang

Listrik di Desa Rantau Bujur hanya didapat dari pukul 6 sore –6 pagi. Sinyal operator telepon seluler pun nyaris tidak ada. Ada, tapi hanya di satu sudut yang letaknya lebih tinggi dari wilayah lainnya di Desa Rantau Bujur ini sehingga kalau ingin menelepon/menerima SMS harus pergi kesana.
Untuk sementara lupakan mengutak-atik ponsel untuk sosial media. No BBM, path, instagram, facebook, bahkan telepon dan SMS. Malam itu dilewati dengan berbincang dengan Pak Mukeri dan guru-guru yang membantu istri beliau menyiapkan makan malam untuk kami. Tentang kondisi sekolah dan siswa-siswanya, juga kondisi masyarakat dan pelayanan medis yang terbatas. Kami pun melewati malam dengan bertukar cerita untuk mengenal lebih banyak antara yang satu dengan yang lain karena tidak semuanya sudah saling kenal dan pernah travelling bareng. Keterbatasan kali ini menambah keakraban kami karena tidak ada yang asik sendiri dengan ponselnya.

Rabu, 21 Januari 2015.
Bangun pagi dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Agenda kami pagi itu adalah berkunjung ke SDN Rantau Bujur dan SMPN 4 Aranio untuk kegiatan bakti sosial. Buku hasil donasi dari Indomedia dan teman-teman lainnya kami serahkan ke guru/petugas perpustakaan. Sambil membagikan permen coklat dan beberapa paket alat tulis ke kelas-kelas, kami bertukar cerita, membuat games/tebak-tebakan, juga penyuluhan kesehatan untuk para siswa.

antusias mendengarkan Kak Yusuf memberikan penyuluhan
mengenai cara mencuci tangan yang baik
Kak Hendra dan Kak Dwi sedang menceritakan pengalaman
mereka travelling kepada adik-adik SMPN 4 Aranio
 Senang rasanya melihat mereka antusias dengan kedatangan kami. Meskipun lokasi desa ini terpencil, tapi anak-anaknya memiliki semangat yang tinggi untuk bersekolah, minimal menuntaskan WAJAR DIKDAS 9 tahun. Memang tidak banyak anak yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena fasilitas pendidikan di desa ini hanya sebuah SD dan SMP negeri. Untuk melanjutkan ke SMA/sederajat dan jenjang yang lebih tinggi mereka harus pergi meninggalkan desa. 
Aku ingin ke Jakarta supaya bisa pergi ke Ancol dan Monas. Kata seorang siswa yang kami minta menceritakan keinginannya akan pergi kemanakah jika dia travelling suatu saat nanti
SDN Rantau Bujur dan SMPN 4 Aranio berada pada lingkungan yang sama karena dulunya memang merupakan sekolah satu atap. Terdapat 6 rombel di SDN Rantau Bujur dan kondisinya masih sangat bagus. Sedikit berbeda dengan kondisi SMPN 4 Aranio. Lantai di beberapa ruang kelas terlihat pecah-pecah. Cukup mengganggu pemandangan meski tidak mempengaruhi aktivitas belajar mengajar. Semoga kondisi lantai kelas ini mendapat perhatian dari dinas pendidikan mengingat saat ini di sekolah tersebut sedang dilakukan pembangunan WC sekolah.

kondisi ruang kelas di SMPN 4 Aranio
lapah tapi rami ya ini pang :)
tunjukkah coklatnya!!
Cukup lama kami berada di sekolah. Anak-anak SDN Rantau Bujur amat bersemangat mendengarkan penyuluhan kesehatan mengenai cara mencuci tangan yang benar yang disampaikan dengan gaya yang kocak oleh Kak Ucup yang berprofesi sebagai perawat. Belum puas di dalam kelas, dilanjutkan dengan duduk lesehan di teras kelas yang akhirnya diikuti oleh siswa dari kelas 1 – 6. Siapa yang bisa memperagakan cara mencuci tangan yang benar mendapat hadiah permen coklat buatan Kak Dwi yang memang memiliki usaha pembuatan kue dan coklat (nah Dwi, kurang apa lagi kakak mempromosikan Rumah Tieka Coklat di blog ini. Diskon lah kalau kakak pesan wadai/coklat :D).
senang bisa berbagi cerita bersama mereka
Halo Indonesia! Kami siswa-siswa SDN Rantau Bujur
pesta durian
Kegiatan berlanjut dengan hunting durian! Sayang, tahun ini tak banyak durian yang bisa didapat di desa ini. Untungnya, selain durian desa ini juga menyuguhkan buah-buahan lainnya seperti rambutan, kapul, dan ramania (gandaria). Buah yang disebut terakhir bahkan tak pernah dilupakan Steven di waktu makan tiba. Penuh semangat, Steven membuat cacapan ramania sebagai pengganti sambal terasi untuk menu pelengkap makanan yang dimasak oleh istri pembakal. Nasinya dari beras gunung, ikannya didapat dari sungai/waduk Riam Kanan, sayurannya sayur organik dari hasil kebun penduduk desa. Tanpa malu-malu tak sedikit dari kami yang nambah nasi dan lauk saking berasa nikmatnya.
 Waktu menunjukkan pukul 2 siang. 1 jam lagi kami akan dijemput kelotok carteran kami kemarin di dermaga. Sebelum pulang, ada lagi yang akan kami berikan kepada Pak Mukeri selaku pambakal yaitu papan nama kepala desa untuk dipasang di depan rumah dan papan nama desa untuk dipasang di dermaga. Senang rasanya melihat dermaga Desa Rantau Bujur kini bisa mengucapkan selamat datang bagi siapapun yang berkunjung kesana.

penyerahan papan nama desa kepada Pak M. Mukeri Pambakal Rantau Bujur
Semoga lebih banyak lagi perhatian dari berbagai pihak bagi Desa Rantau Bujur dan desa-desa lainnya di wilayah waduk Riam Kanan. Perbaikan akses jalan darat agar mudah dilalui menggunakan kendaraan bermotor, peningkatan fasilitas pasokan listrik, jaringan komunikasi telepon seluler, kesehatan (termasuk kendaraan seperti speedboat agar masyarakat bisa mendapat penanganan medis serius dengan cepat), pendidikan, dan semua yang menjadi hak mereka sebagai warga negara Indonesia.
Banyak pengalaman dan cerita menarik yang kami bawa pulang. Kegiatan kali ini bahkan menjadi pemicu semangat kami untuk melakukan kegiatan serupa di tempat lainnya. Voluntourism itu menyenangkan, kawan! Tidak hanya mendapatkan pengalaman menyenangkan saat berjalan-jalan, tapi juga perasaan nyaman karena dapat membantu sesama yang memerlukan bantuan.
Atas terlaksananya kegiatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak M. Mukeri selaku Kepala Desa Rantau dan istri, amang Anshari (guide), guru-guru SDN Rantau Bujur dan SMPN 4 Aranio, masyarakat Desa Rantau Bujur, dan para donatur atas sumbangan buku, uang, tenaga, serta dukungannya.
see you on next voluntourism with South Borneo Travellers
Gunung Pahiyangan dari kejauhan
Tepat jika ada yang menyebutkan bahwa… When you travel, there are always stories to tell, places to see, things to do, people to meet, and memories to remember.

*semua foto merupakan dokumentasi dari South Borneo Travellers

2 comments: