Tuesday, January 27, 2015

Berkunjung ke Rumah Seni Balai Ramang

Senang rasanya saat melihat/mendengar Balai Ramang akhir-akhir ini cukup sering diekspos media cetak dan siaran radio lokal. Jadi teringat waktu berkunjung kesana pada 1 Januari 2015 kemarin. Saat itu belum banyak yang tahu mengenai keberadaan rumah bambu dengan arsitektur unik ini. Kami sendiri tahu setelah Ichunk (pengurus Basecamp Buku Meratus) memajang fotonya saat berada disana sebagai DP BBM-nya. Ichunk sendiri saat itu mengaku baru tahu keberadaan rumah seni ini. Padahal, ternyata Pak Bambang Sujianto (yang membangun Balai Ramang) sudah setahun ini tinggal disana.
burung dari sabut kelapa hasil karya anak-anak Kampung Ramang

Rumah seni (Balai Ramang) terletak di Kampung Ramang, Desa Patikalain, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Balai Ramang difungsikan tidak hanya sebagai tempat untuk berkesenian, tetapi juga sebagai tempat belajar bagi anak-anak Kampung Ramang. Pada sore atau malam hari banyak anak berkumpul disana untuk belajar bersama untuk membuat prakarya, belajar memainkan gitar, atau membahas pelajaran sekolah.

Pak Bambang sebelumnya bekerja dan berdomisili di Jakarta. Saat kutanya kenapa memilih tinggal di desa yang jauh dari keramaian, beliau menjawab, “Wong urip iku kudu urup. Aku sudah lama hidup di kota besar mengejar materi. Jadi, sekarang waktunya aku mendekatkan diri pada Tuhan, caranya dengan membantu penduduk kampung ini agar bisa hidup tanpa harus bergantung dengan apa yang disediakan oleh alam,” Kurang lebihnya begitu kata beliau saat bercerita pada kami.
Perjalanan ke Balai Ramang bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 1 jam dari Kota Barabai dengan kondisi jalan yang bagus. Patokannya adalah obyek wisata air panas Hantakan (banyu panas). Sesampainya di depan gerbang banyu panas, jangan belok/masuk gerbang tapi lurus saja, ikuti jalan beraspal karena masih akan melewati beberapa kampung, huma (ladang di perbukitan), hutan yang ditumbuhi pohon durian, rambutan, pampakin, dan pepohonan lainnya. Selain itu, mata kita juga akan dihibur dengan pemandangan sungai-sungai yang mengalir di sepanjang tepi jalan. Sangat menyenangkan dan menenangkan meski di musim hujan kita harus waspada karena ada beberapa ruas jalan yang rawan longsor. Sampai di Kampung Cabai, kendaraan bisa dititip parkir di Basecamp Buku Meratus dilanjutkan berjalan kaki sekitar 10 menit ke Balai Ramang. Jika bingung, bisa bertanya dengan penduduk karena Pak Bambang sudah dikenal oleh masyarakat disana.
kolam ikan indukan
Selain Balai Ramang, Pak Bambang yang sewaktu muda pernah menjadi atlet gulat ini juga membuat kincir air yang digunakan sebagai pembangkit listrik bagi rumah-rumah yang ada di Kampung Ramang karena listrik memang belum menjangkau daerah ini. Sinyal operator telepon seluler pun hampir tidak ada. Pak Bambang juga membuat beberapa kolam ikan yang salah satunya sudah menjadi kolam ikan indukan untuk kolam lainnya. Beliau juga berencana untuk mengelola kebun dengan metode hidroponik di sekitar kolam. Semuanya dimanfaatkan untuk menjadi sarana belajar bagi masyarakat di Kampung Ramang dan siapa pun yang ingin berkunjung kesana.

bendungan dan kincir air untuk pembangkit listrik bagi Kampung Ramang
Untuk pendanaa segala pembuatan balai, kincir, dan kolam, selain dari kantong pribadi Pak Bambang juga mendapat bantuan dari kawan-kawannya. Pak Bambang berharap Balai Ramang bisa menjadi tempat belajar bagi siapa pun dan beliau akan sangat senang jika ada yang bersedia menjadi volunteer untuk membantu kegiatan disana.
Pak Bambang Sujianto ternyata alumni SMPP 28 Banjarmasin (sekarang SMAN 7 Banjarmasin).
Bertemu dengan satu almamater sekolah di tempat yang jauh itu menyenangkan :)

Backpacker Satayuhnya Barabai bersama Pak Bambang Sujianto

2 comments:

  1. Amazing. ,,,, sangat mengharukan, ,,
    Semangaat terus untuk Pak Bambang Sujianto ^▽^

    ReplyDelete
  2. Mantap om...seni ngk pandang usia...
    Kpn sya d ajak ksna...! 😊

    ReplyDelete