Saturday, May 10, 2008

My Unforgettable Holiday II (part II)

Ponorogo-Madiun

Kami mampir dulu di rumah Tama di Trenggalek. Aku pun sudah berganti pasangan (sama Andi). Kawan” pun sudah bawa motor dengan kecepatan lebih rendah. Setelah melewati jalanan dari yang lurus sampai penuh tikungan karena mengitari gunung, kami sampai Ponorogo sekitar jam 9.30 malam. Ngopi”, trus aku dan Arifah di antar ke Madiun. Aku pun menginap di rumah Arifah.

Arifah telaten banget ngobatin lukaku. Aku bahkan dimasakin air hangat buat mandi (aku jadi sungkan banget sama dia dan ortunya). Tapi, berhubung sedang touring, gak mungkin dunk aku meratapi lukaku dengan duduk di rumah aja. Bahkan, andai hari itu (1/5) gak ada rencana jalan sama kawan”, Arifah berniat mengajakku melihat” Madiun. Tangah hari, kawan” datang. Kami pun akhirnya pergi ke Telaga Ngebel di Ponorogo. Pemandangannya indah euy! Telaganya luas, bisa dikelilingi lagi (kayapa Danau Toba yang merupakan danau terbesar di Indonesia atau Danau Superior yang berada di AS dan Kanada ya?!). Tapi di sana dingin, soalnya terletak di gunung. Setelah ngopi, foto”, makan tempura n roti bakar Bandung, kami pun turun gunung.

photo at Telaga Ngebel

Tapi sayangnya, hari itu kami ditakdirkan untuk merasakan hujan orografis. Lebat dan lama lama lagi!! Kami sampai harus berteduh dua kali. Pertama, di pondokan pinggir jalan sambil menatap rumah yang letaknya tepak disisi lereng (bagian belakang rumahnya dijamin gak dikasih tembok pun sudah tertutup dengan lereng ^.^v Aku dan Rika Syahri saja sampai berkomentar, “Aku gak bisa tidur kalau tinggal di rumah itu. Takut kena longsor!!”). Kedua, di teras rumah orang jualan pisang (apa c nama pisang yang kecil” itu? Pisang panurun?! Nama Indonesianya?! Kalau gak salah yang diteliti Mita to skripsinya. Musa paradisiaca apa… gitu). Adip pun beli setundun pisang to mengganjal perut kami. Apa karena lapar, kami penggemar pisang, atau kami tuh memang turunan warik = monyet (aku lupa bahasa Jawanya) jadi setundun pisang itu habis kami makan?! Akhirnya, daripada kemalaman sisa perjalanan turun gunung itu pun kami lalui dengan hujan”an (puff, kayak waktu pp ke Pare aja!).

Road to Pacitan

Jum’at, 2 Mei 2008

Aku dan Arifah pergi ke Ponorogo coz perjalanan ke Pacitan akan dimulai dari sana. Kami mampir ke rumah Ike, Ce.nya Adip. Ketemuan dengan kawan” di sekitar pasar trus jemput mantuk yang rumahnya dekat dengan alun” (sayang Mita gak pulang. Kalau gak, bisa mampir dan ajak dia ke Pacitan d). Tama bahkan datang dari Trenggalek, sendirian pula, untuk bergabung bersama kami.

Perjalanannya melelahkan banget coz Pacitan tuh jauh. Pacitan tuh tergolong kabupaten yang susah banget dikembangkan coz topografinya terdiri dari pegunungan (Pegunungan Kidul) mulai yang rawan longsor sampai berbatuan cadas dengan ngarai” curam (apa c nama sungai yang mengalir di sana?) yang mengiringi kita di sepanjang perjalanan berkelok” menuju kota. Indah… banget pemandangannya. Kami saja berkali-kali singgah to berfoto” setiap dapat obyek bagus. Tapi entah kenapa, ada saja halangan to perjalanan kami.

Guys, kalian gak ngecek kondisi motor dulu yach sebelum berangkat?! Motor Win Adip ngadat. Kayaknya c bensinnya tercampur air, terpaksa dibuang, diisi ulang. Trus gak tau lagi d apa masalahnya. Kami sampai harus berteduh di pondokan” kecil tempat para pemecah batu bekerja yang ada di tepian jalan. Trus, pas udah diperbaiki, lagi” si Win gak bisa dihidupkan. Dikin sampai berkucuran peluh menghidupkan mesinnya. Akhirnya dia nyumpah”. Sampai kiamat juga mesinnya gak bakal hidup kalau kontak (kuncinya) belum dinyalakan. Eror!! Berhubung hari jum’at, mampir dulu to jum’atan -> yaang Ce sholat Zuhur di mesjid. Perjalanan masih jauh euy!!

Obyek yang pertama kami lihat adalah pantai yang letaknya gak jauh dari Kota Pacitan (Teluk Pacitan). Aku lupa namanya. Tampelar or apa gitu! Soalnya kami menikmati keindahan pantainya dari rumah makan doank. Dari rumah makan bisa dilihat muara sungai yang bersatu dengan pantai berwarna biru muda yang ketika berada di ujung tanjung berubah menjadi biru tua, menyatu dengan laut lepas, Samudera Hindia. Di sana juga terlihat perahu” nelayan yang tertambat. Sambil makan ikan, yummy, nikmatnya…!! Oich, di sana juga pertama kalinya aku (dan Rika Syahri yang asal Aceh) merasakan tiwul. Nasi yang terbuat dari singkong. Karena gak biasa, rada aneh gitu (pikirku, bakal enak banget nih tiwul kalau dimakan pakai gula merah (aren) cair. Kayak makan kerupuk dari bahan singkong yang lebarnya kayak daun pohon jati gitu. Kerupuk apa ya namanya? Habis sudah lama gak makan itu, jadi lupa d!! ^.^v).

Habis makan, kami melanjutkan perjalanan ke pantai Sriung. Pinginnya c ke Gua Gong, tapi waktunya gak nutut. Lumayan jauh dari kota. Jalannya pun berliku-luku, mengitari gunung (puff, ini Jawa, bagian selatan pula! Bukan Kalsel. Kalau di Kalsel, kalau mau ke pantai berarti melewati dataran rendah atau daerah berawa-rawa. Bukannya melewati pegunungan berhutan jati, dll, baru ketemu pantai. Kalau ada hutan bakau, di daerah yang pantainya berpasir kayak di selatan Madura, bukan pantai berlumpur kayak di pantura, hHe..).

Subhanallah…, pantainya indah banget! Secara, laut lepas. Pasirnya pun putih, ditumbuhi pandan” pantai juga rayuan pohon” kelapa :) Gak jauh dari tepian, terdapat beberapa pulau karang. Ombaknya pun besar” (kayaknya sudah bisa to surfing. Tapi bunuh diri aja kalau surfing di pantai berkarang) dan hampir saja menyeret Ike yang saat itu bersama Adip dan Mantuk lagi asik berfoto” ditepian pulau karang yang berada di tepi pantai. Awalnya kami gak mengira kalau ada ombak yang hempasannya bisa sampai sana coz hempasan ombak” sebelumnya gak sejauh dan sebesar itu. Pasca insiden yang hampir memakan korban itu, kami jadi gak berani jauh” turun ke pantai daripada menjadi makanan pantai selatan. Tapi, untuk acara foto” tetap berjalan lancar. Namanya juga himagipret… (o^.^o)v.at Pantai Sriung

Puff!! Lagi” diperjalanan pulang kami mendapat hambatan. Motor Andi masuk bengkel karena bannya harus ditambal. Kami pun menunggu dengan badadai di tepi jalan. Karena hari sudah menjelang malam, perjalanan pun jadi menegangkan. Apalagi bagi diriku yang masih trauma akibat kecelakaan. Soalnya, selain daerahnya yang rawan longsor, gelap, penuh tikungan dan ngarai/jurang”, jalurnya kadang sepi kadang ramai. Rawan kecelakaan d!! Kata Mantuk yang saat itu memboncengiku, ada beberapa daerah di sana yang rawan penampakan pula!! Jadi horor gitu d!! Aku gak henti berdoa semoga sampai di rumah dengan selamat. Tapi tetap saja kebiasaan burukku muncul. Untung saat itu gak lagi nebeng Andi. Kalau gak, strez berat dia coz kebiasaan buruk yang kumaksud adalah ngantuk, bahkan tertidur di motor yang sedang melaju!! ^.^v.

Ba’da Isya kami sampai di Ponorogo. Karena kecapekan, kami nginap di rumah Ike. Apalagi besoknya kami masih ada rencana, mau ke Sarangan di Magetan :) Tama juga nginap di rumah Ike dan gak pingin ketinggalan melancong, walau sebelumnya cuma izin satu hari ma ortunya.

Road to Magetan

Sabtu, 3 Mei 2008

Setelah sarapan kami berkumpul di rumah Adip. Kami akan pergi ke Sarangan. Tapi obyek utama c bukan telaganya yang terkenal itu, tapi air terjunnya. Karena perginya lewat Ponorogo, kamipun melewati desa” di pegunungan. Pemandangannya indah…!! Tapi menegangkan. Mungkin lebih menegangkan daripada perjalanan ke Cangar. Aku takjub banget. Kok bisa ada pemukiman yang ramai banget di atas gunung. Agropolitan gitu deh. Sepantauanku c lebih ramai daripada Pujon. Terbentang kebun” yang ditanami berbagai sayuran, seperti bawang, kubis, dan wortel.

Berhubung keuangan kami selama perjalanan ini ngepas banget, kawan”ku yang sebelumnya sudah pernah ke sana membawa kami melewati jalan yang gak umum dilewati wisatawan. Lewat pemukiman penduduk gitu d supaya gak bayar karcis masuk ke obyek wisata Telaga Sarangan ^.^v. Sesampainya di Telaga Sarangan, kami lewat doank. Sepulangnya dari air terjun, baru kami mampir. Trus, daripada jalan kaki terlalu jauh, kami baru akan memarkir motor di parkiran terakhir, sekitar 1 km gitu lah dari air terjun.

Mengingat kakiku yang terluka akibat kecelakaan, kawan” rada khawatir aku gak bisa maksimal tracking. ke air terjun. Galih bahkan ujung”nya menawarkan diri, kalau aku gak kuat tracking, dia bersedia menggendong aku :) Ternyata, pas tracking Tama malah berucap:

“Aku mau nyerah tapi malu sama Farin. Dia yang kakinya luka aja kuat naik, masa aku yang gak kenapa” gak kuat jalan sampai ke air terjun.”

Wajar c Tama bilang gitu coz tanjakannya lumayan bikin capek bagi yang gak terbiasa naik gunung. Dingin lagi!! Aku ngos”an, bahkan sesekali dituntun biar gak kehilangan keseimbangan. Apalagi aku orangnya gak kuat dingin (ini yang bikin aku gak mau lagi ikutan naik gunung. Daripada kena hipotermia lagi!!). Hidungku langsung padak, serasa mu pilek :”(

Sambil menikmati air terjun dari pondokan gak jauh dari air terjun, kami menikmati hidangan berupa sate kelinci yang banyak dijual di daerah sana. This is my first time eat rabbit’s sate. Rasanya?! Aneh. Apalagi aku sempat jijay pas ada potongan daging yang masih ditempeli beberapa helai bulu kelinci. Setelah foto” di dekat air terjun dan makan sate kelinci, kami turun. Hujan orografis sepertinya akan turun di daerah itu. So, kami gak berlama-lama di Telaga Sarangan yang jauh lebih besar dibandingkan Telaga Ngebel. Selain ada jasa penyewaan bebek”an, di sana juga ada jasa penyewaan speadboat. Aku melihat Telaga Sarangan kayak sedang melihat Sungai Martapura/Barito di musim hujan. Soalnya saat itu arusnya besar. Apalagi kalau dilewati speadboat. Sama kayak di Telaga Ngebel, saat itu airnya pasang. Di beberapa bagian hampir melewati batas cekungan, siap” tumpah ke jalanan.

Setelah dari Sarangan, kami main ke rumah Galih. Rencananya c mau makan lele peliharaan Galih. Tambaknya terletak di samping rumahnya. Lumayan luas lahannya. Apalagi setelah dihidangkan ternyata menggiurkan banget. Kami pun makan dengan lahapnya (o^.^o)v. Sayang, Ike, Arifah, dan Tama gak ikutan coz harus pulang. Sedangkan aku, rencananya setelah bermalam mingguan baru akan diantar ke rumah Arifah. So, aku bisa ngopi (itu kawan” Co dink, malam itu aku gak ngopi, melainkan minum susu hangat) dulu di alun” Kota Madiun sambil melihat keramaian orang bermalam mingguan di sana.

2 comments:

  1. ada joke yg lucu dari temen2 smada angkt 2003 dulur……………………
    “magetan megapolitan” magetan sekarang udah ajib bgt maju pesat sat……. sat………………
    apalagi desa kulo sarangan Megapolitan hehehehehe
    Kagem dulur yang mo nginep wonten Hotel alias PEnginapan ingkang ajib Hotel ARIKA

    Monggo pinarak…… mumpung lebaran kan berlibur…….
    ada nadzar kn blog nya nembe dadi sing nginep krn dpt info dari internete/ blog akan mendapatkan free speedboat keliling Telaga

    kulo tguuuuuuuuu dulur

    arox_move@yahoo.com
    081 335 638612 / Bpk. Sujarwo(direktur)
    0856 3300 167 / arix (admin http://hotelarika.wordpress.com)

    ReplyDelete
  2. Nama pantainya mungkin bukan Sriung, Mbak, tapi Srau. Dan pantai di Kota Pacitan itu namanya Teleng Ria.

    ReplyDelete