Saturday, December 15, 2007

Akankah Banjarmasin Tenggelam Akibat Pemanasan Global???*

* Judul dan sebagian isi artikel ini aku adaptasi dari sebuah buku yang berjudul “Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global”

“Diperkirakan sekitar 2.000 pulau akan tenggelam pada tahun 2030-2050 karena pemanasan global.” – Suara Pembaharuan, Juni 2007 –

Pemanasan global. Kata ini sudah tidak asing lagi di telinga dan terasa begitu mengerikan. Perlahan tapi pasti mengurangi kenyamanan kita hidup di bumi.
Pemanasan global merupakan kejadian yang diakibatkan oleh:
  • Meningkatnya temperatur rata-rata pada lapisan atmosfer
  • Meningkatnya temperatur pada air laut
  • Meningkatnya temperatur pada daratan
Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan gas rumah kaca, yaitu gas yang memiliki sifat penyerap panas seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrooksida (N2O), uap air, chloro flouro carbon (CFC), hidro flouro carbon (HFCs), dan sulfur heksaflourida (SF6).
Gejala ini dapat kita amati dan rasakan dengan adanya:
  • Pergantian musim yang tidak dapat diprediksi
  • Hujan badai yang sering terjadi di mana-mana
  • Sering terjadi angin puting beliung
  • Banjir dan kekeringan terjadi pada waktu yang bersamaan
  • Penyakit mewabah di banyak tempat
  • Terumbu karang memutih
Kalau pernah lihat film The Day After Tomorrow, mungkin +- begitulah yang akan terjadi nanti jika pemanasan global semakin tidak dapat dikendalikan. Atau versi yang digambarkan sedikit lebih lucu, film animasi Ice Age 1-2. Walau yang digambarkan keadaan bumi zaman dulu, dengan para binatang sebagai tokohnya, tapi cukup menggambarkan bagaimana suasana kelak jika pemanasan global semakin tidak dapat dikendalikan.
Bagaimana kemungkinannya apabila air laut naik secara perlahan ke darat setinggi 1 meter saja? Jawabnya, maka kota-kota yang terletak di pesisir pantai akan tenggelam. Banyak dari kota-kota tersebut merupakan kota besar dan ‘urat nadi’ Indonesia, seperti Banda Aceh, Medan, Batam, Padang, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang, Menado, Samarinda, dan BANJARMASIN! Kota kelahiranku, tempat tinggalku, tempat aku menyelesaikan sekolahku sedari TK-SMA, etc. (T.T)

Kondisi Geografi Kota Banjarmasin
Secara astronomis Kota Banjarmasin terletak antara 3015’−3022’ LS dan 114032’−114038’ BT dengan luas wilayah 72 km2 atau 0,19 % dari luas Propinsi Kalimantan Selatan. Suhu udaranya berkisar antara 250C−380C dan rata-rata curah hujan 236 mm dengan 157 hari hujan per tahun. Kemiringan tanah Kota Banjarmasin rata-rata 0,13 %. Susunan geologi bagian bawah didominasi oleh lempung dengan sisipan pasir halus dan endapan aluvium yang terdiri dari lempung hitam keabuan dan bersifat lunak.
Kota Banjarmasin terletak di dekat ambang Sungai Barito. Di tengah-tengah Kota Banjarmasin mengalir Sungai Martapura, sehingga Kota Banjarmasin seolah-olah terbagi menjadi dua. Kota Banjarmasin mempunyai banyak anak sungai dan saluran yang berfungsi sebagai prasarana transportasi air dan drainase sehingga kota ini mendapat predikat sebagai Kota Seribu Sungai.
Kondisi Kota Banjarmasin berpaya-paya dan relatif datar, berada pada ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukaan laut. Fluktuasi permukaan air sungai tinggi. Saluran buatan maupun perairan alami lainnya di Kota Banjarmasin setiap hari dipengaruhi oleh gerak pasang surut air laut. Kondisi hidrologis ini menyebabkan ketika air pasang dan musim hujan sering terjadi genangan, ditambah lagi penggunaan tanah untuk perluasan jalan, permukiman, dan kawasan bisnis menimbulkan masalah terhadap aliran air. Permukiman kumuh dan pembangunan yang tidak teratur dan tidak berwawasan lingkungan pun menjadi salah satu sebab permasalahan drainase, termasuk got di Kota Banjarmasin.
Nah, dengan kondisi hidrologis serta beragam permasalahn drainase kota yang seperti itu, bukankah kemungkinannya akan lebih buruk?! Bukankah itu juga kota kalian semua wahai penduduk Kota Banjarmasin?! Siapkah kita untuk menghadapinya? Kalau tidak, mari kita selamatkan kota tercinta kita, banua kita, negeri kita, dan bumi ini dari bencana yang diakibatkan oleh pemanasan global. Semangat!! :)

Tuesday, December 11, 2007

Namnam




Namanya namnam. Gak banyak yang tau sama buah ini. Jangankan pernah lihat buah apalagi pohonnya dan memakannya, mendengar namanya saja banyak yang gak pernah. Bahkan di Barabai tempat aku sering menemukan buah ini juga ada aja yang gak tau.
Idul fitri kemarin waktu aku berkunjung ke rumah nenek (acil Anai, begitu abahku memanggilnya. Kalau gak salah beliau saudaranya nenek dari abahku) di Sungai Jatuh dan acil Hamdah di Banua Hanyar, mataku langsung aja tertuju ke pohon namnam di samping rumah. Aku sudah beberapa tahun gak makan namnam sih. Untungnya di rumah nenek ada beberapa yang sudah bisa dimakan, walau kata beliau buahnya sudah banyak dipetik Ica, adik sepupuku. Habis kalau gak kehabisan, aku datang waktu buahnya masih kecil-kecil. Sayangnya aku gak bawa kamera waktu metik buah ini, jadi gak bisa liatin kayapa pohonnya. Buahnya menempel di batang (bukan di ranting), kayak belimbing tunjuk (belimbing wuluh). Pohonnya juga tinggi besar, tapi juga bisa dibonsai. Mamaku pernah nyoba, tapi sayang mati. Di rumah ada 1 batang, masih kecil, ditanam mama di pot (soalnya rumahku di Banjarmasin di lantai 2). Biji namnam kemarin juga beberapa ditanam, di rumah di Banjarmasin dan yang di Barabai. Semoga aja semuanya bisa tumbuh. Amin.
Waktu sahabat-sahabat ajaibku datang ke rumah, mereka yang awalnya gak tau buah ini jadi penasaran trus nyoba. Komentar mereka, rasanya asam banget! Walau menurutku namnam yang sudah masak sebenarnya gak terlalu masam (kalau yang mangkal alias setengah masak emang). Cocok tuk yang suka ngerujak atau yang lagi ngidam. Kalau belum masak kulit buahnya berwarna hijau. Kalau masak kuning. Bijinya berukuran besar dan satu aja per buah (gak kecil-kecil kayak pepaya). Biasanya sih tumbuh liar di hutan (coz aku gak pernah dengar ada orang yang menanam buah ini dalam jumlah banyak). Paling 1-2 batang bisa ditemukan di pekarangan rumah, itu pun jarang. Mungkin karena itu buah ini termasuk buah-buahan langka. Tapi aku pernah liat di tv, buah ini ada di tanam di kebun raya Bogor. Waktu aku KKL di PPLH Seloliman, buah ini juga ditanam di sana. Sayangnya kata petugas di sana pohonnya belum pernah berbuah, padahal pohonnya sudah tinggi besar. Padahal pohon-pohon namnam sebesar itu yang pernah kulihat sudah berbuah berkali-kali. Jadi waktu kuceritakan aku pernah makan buahnya mereka penasaran banget. Tapi berhubung aku lama banget gak pernah liat pohonnya jadi rada lupa apakah namnam yang dimaksud seperti namnam yang kutau.
Katanya sih namnam buah Kalimantan. Tapi seperti kebanyakan buah-buah lokal dan langka lainnya, kayak kasturi (Mangifera casturi), pampakin (Durio kutejensis), ramania/gandaria (Bouea macrophylla), rambai (Sonneratia caseolaris), hambawang (Mangifera foetida), kuini (Mangifera spp.), gitaan (Leukconitis corpidae), kapul, tarap, balangkasuwa, mundar (Ipomoea batatas L.), dll, refrensi tentang buah ini susah banget didapat. Bahkan sekadar tuk cari nama ilmiahnya. Jadi sulit untuk tau kayapa persebaran dan habitatnya. Mereka dikenal oleh masyarakat banyak saja syukur coz kenyataannya banyak yang gak tau. Aku sendiri waktu baca buku yang isinya menyebutkan bermacam-macam buah-buahan rawa Kalimantan banyak yang gak aku tau. Gak salah kalau banyak mahasiswa yang gak berani bikin skripsi tentang buah-buahan ini, termasuk aku :)

Be a backpacker at Bali

Sabtu, 14 Juli 2007, untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Pulau Dewata. Aku pergi sama 3 kawan dan 1 adik tingkatku di kampus (aku cewek sendiri). Tujuan utama adalah Kota Singaraja, dimana kami akan mengikuti rapat koordinasi Ikatan Mahasiswa Geografi Regional Jawa Bagian Timur di STIKIP PGRI Singaraja yang sekarang berubah menjadi Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSA).
Pergi dari Pelabuhan Ketapang sekitar jam 3 sore WIB. Sesampainya di Pelabuhan Gilimanuk, kami mampir sebentar tuk sholat Ashar lalu cari angkutan di terminal Gilimanuk. Kesan pertamaku, “Ya ampyun, ni terminal kok sepi amat!!” penumpang yang ada bisa dihitung dengan jari dan alhasil hampir Isya angkutan (bus bison) kami baru penuh dan mulai bergerak menuju Singaraja. Selama menunggu di terminal, kami kenalan dengan seorang cowok, Agung namanya. Mahasiswa (DO) ITS yang lagi pulkam. Benar kata Ibn Battuta. Traveling- it makes you lonely, then gives you a friend. Sambil sama-sama menunggu kami ngobrol banyak. Cerita pengalaman dia menaiki banyak gunung yang ada di Pulau Jawa, termasuk Gunung Ijen dengan kawahnya yang indah banget (hiks, sayang gak jadi ke sana. Padahal aku pingin banget!!) dan Gunung (Bukit) Panderman (satu-satunya gunung di Jawa yang pernah kunaiki, itupun pakai acara hipotermia ) yang baru aku tau ternyata juga dijuluki gunung kondom coz banyak yang pacaran di sana dan gak jarang banyak yang membuang kondom di sana (aku juga dengar aja, gak pernah lihat coz ketika di sana aku gak merhatiin. Di sepanjang jalan naik aku terlalu sibuk merhatiin jalan dan puluhan kunang-kunang yang udah lama banget gak aku lihat. Di puncak aku gak jalan-jalan di sekitar tenda, apalagi ngintip-ngintip orang pacaran. Aku sendiri nangis dan teriak-teriak kayak orang kesurupan gara-gara kedinginan → hipotermia. Besoknya aku terlalu hepi coz bisa lihat kota-kota yang terhampar di bawah gunung. Berdiri sejajar dengan gumpalan awan lagi! Mana sempat aku nyari-nyari kondom bekas, hHe ^.^v).
Selesai acara di UNDIKSA, kami langsung meluncur ke Denpasar. Ternyata kami kembali bermasalah dengan angkutan. Di terminal, kami juga harus menunggu sekitar 2 jam hingga si bison penuh baru bisa berangkat. Oich, biaya angkutan di Bali tuh mahal yach?! Gilimanuk-Singaraja aja lebih mahal daripada Malang-Banyuwangi naik kereta. Terbukti lagi ketika kami sampai di Ubung. Mau ke Tuban aja harus meronggoh kocek lumayan bagi kalangan backpacker pas-pasan kayak kami ini. Udah pas-pasan, gak berpengalaman lagi! Untungnya gak ada kendala berarti menimpa kami selain masalah angkutan. Well, di Kuta akhirnya kami memutuskan untuk kemana-mana jalan kaki, termasuk ke Joger. Selama di daerah pantai Kuta, cuman bisa ngiler coz apa daya gak ada duit tuk bergaya ala orang-orang tajir (ngopi di starbuck, makan di resto, cobain game yang bayarnya ratusan ribu, shoping pakaian merk terkenal, dan nongkrong di hard rock) ^.^v.
Sayangnya selain duit yang pas-pasan waktu kami di Bali pun hanya sebentar karena harus balik ke KKN-an. Jadi, waktu lewat di Danau Buyan dan Danau Bratan, kami hanya bisa gigit jari karena gak bisa mampir, walau sekedar foto-foto . Daerah Bedugul yach yang sering berkabut itu? Waktu lewat sana jadi ingat masa-masa Banjarmasin (kalau kayak tahun kemarin satu Kalsel malah) dipenuhi kabut. Mana dingin banget! Aku sampai menggigil, apalagi saat itu sedang hujan. Mana kakak angkatku yang tinggal di Bali juga gak bisa ngantarin jalan-jalan coz kami ke sana pas hari kerja. So, Cuma bisa ketemuan bentar deh.
Bali itu indah banget, terutama di pedesaan dan dataran tingginya. Soalnya daerahnya masih asri. Bentang alamnya menarik banget tuk dipandang. Apalagi jalannya mulus, aspalnya gak pakai acara tambal sulam pula! Yang umat Hindu, di depan rumahnya pasti ada pura. Kata dosenku yang asli Bali, rumah-rumah penduduk Bali gak ada yang melebihi tinggi pohon kelapa (aku lupa alasannya). Sayang saat itu beliau baru saja terbang ke Malaysia tuk melanjutkan studi (kalau beliau ngajar, terutama mata kuliah geografi pariwisata, aku suka banget nyimaknya. Soalnya beliau sering cerita tentang banyak tempat menarik di Indonesia yang pernah beliau datangi). Kalau gak, pasti asik&berkesan banget kalau saat di sana kami jalan-jalan sama beliau.
Sebulan kemudian aku bekpek-an lagi. Tepatnya 24 Agustus 2007. Masih ke Bali, tapi sama kawan-kawan KKN. Kali ini berdelapan, tapi cewek semua! Kami niat banget ke Bali soalnya selama KKN kasarnya kami gak pernah refreshing kemana-mana (batal ke Ijen, hiks ). Masak hampir setiap hari yang diliat pulaunya doank, padahal tinggal nyebrang. Terserah deh ke Bali naik apa, tidur di mana, dan ke mana aja. Yang penting bisa jalan-jalan di Bali! Habis nunggu terencana dan terorganisir kayaknya ribet banget. Dan itu pun ternyata bikin keributan di KKN-an. Kami baru dapat izin sehari sebelum balik ke Malang. Dengan kebersamaan, semangat 45, dan iringan lagu Kemesraan dan Lembayung Bali, kami pun travelling dengan riang. Bikin iri Mba Wowon, anak KKN WAJAR di Banyuwangi juga tapi beda kecamatan coz mereka gak ada acara kemana-mana after kerja keras selama lebih dari dua bulan.
Kami nyebrang nebeng salah satu feri (kapalnya bagus dan bersih). Kok nebeng? Soalnya kami naik gratisan :p Kebetulan salah satu kawanku kenalan sama pemiliknya waktu cari dana buat seminar KKN kami. Nah, beliau nawarin kalau mau ke Bali hubungin aja biar bisa nyebrang gratisan, hHe... Kami pun akhirnya berlarian sampai diliatin orang-orang di pelabuhan karena waktu kami datang ferinya udah mau berangkat . Di Gilimanuk, di pos pemeriksaan orang –orang yang mau masuk-keluar Bali, dia yang gak bisa liat polisi muda dikit aja langsung sempatin kenalan sama para polisi yang jaga di sana. Tambah kenalan gitu deh. Hitung-hitung kalau kami kenapa-kenapa di sana ada orang yang bisa dikontak . Kami ke Denpasar naik bis. Berkat dia juga ongkos bis kami cuman 15 ribu (cowok-cowok dari Yogya yang satu bis sama kami cuman berhasil nawar sampai angka 18 ribu). Dia mengistilahkan kemampuan ini dengan kata ”jual diri”. Kata dia, kalau mau sukses jadi seksi pencari dana atau humas harus pintar jual diri biar segala urusan lancar. Selain itu, biar gak shock dan tahan banting kalau tiba-tiba ada yang beneran nawar! Soalnya emang kejadian. Waktu dia cari dana, ada bapak yang ngajakin kencan. Nganggap dia ayam kampus gitu deh. Dia ketawa aja nanggapinnya (walau dalam hati kasian banget sama istri dan anaknya karena punya suami dan bapak bejat kayak dia), toh tujuannya mau jual diri kok. Kalau ada yang mau beli berarti sukses!! Padahal ada kawan KKN lain yang jadi seksi pencari dana juga diperlakuin gitu nangis, gak terima kalau dia dianggap ”ayam”.
Sepanjang perjalanan, namanya sekumpulan cewek, eror lagi! Pastilah rame. Cowok-cowok dari Yogya yang duduk di depan kami aja sampai ketawa, heran, plus takjub waktu diceritain apa motif dan tujuan kami ke Bali. Sayang lagi-lagi aku gak sempat nikmatin matahari tenggelam di Kuta gara-gara sampainya kemalaman. Jadi sesampainya di Ubung kami langsung carter angkot ke kontrakannya kawanku yang doyan jual diri itu (selama di Bali dia PJ-nya ^.^v). Berhubung udah malam, capek, gak dapat motor sewaan, akhirnya kami cuman nonton tv (yang selama di KKN-an jadi barang mahal coz posko kami gak ada tv-nya). Besoknya, setelah subuhan kami jalan kaki dengan tujuan pantai Sanur, mau liat matahari terbit. Karena cukup jauh, kami sampai saat hari sudah terang. Itupun gak persis di pantai Sanurnya. Sempat sedih coz kami pikir ketinggalan matahari terbit, baru mau selonjoran kaki di pasir pantai tiba-tiba matahari perlahan naik di ufuk barat. Well, rezeki kami mungkin. Kami pun kegirangan gak jelas kayak gak pernah lihat matahari selama setengah tahun (kayak di kutub aja). Setelah puas, kamipun kembali berjalan kaki menelusuri jalanan Sanur. Lagi-lagi kami gak dapat motor sewaan (buat turis domestik rada sulit ya?! Atau kebetulan aja kami gak dapat coz lagi musim turis datang ke Bali?). Kami pun mutusin carter angkot ke Sukowati (tujuan utama tentunya beli bed cover!). Sebenarnya sih belum puas blanja, berhubung waktu mepet coz kami harus sampai di Banyuwangi sebelum malam, kami pun harus bergegas (apalagi jadwal kami udah molor gara-gara cari motor sewaan dan keasikan blanja di Sukowati ). Untungnya selama diperjalanan kami ngontak dosen yang ditugasin buat jemput rombongan KKN. So, walau telat-telat dikit (termasuk pakai jurus jual diri, hHe...) kami gak kena marah. Beliau maklum kalau kami minta waktu buat refreshing setelah kerja keras. Alhamdulillah kami selamat selama travelling. Karena pulang-pergi Bali nyebrang gratisan, tidur gratisan di kontrakan kawan, pulang dari Bali kami bawa banyak kresek dengan bawa duit pembagian hasil kerja keras di KKN-an yang terbilang pas-pasn, akhirnya kami istilahkan travelling kami dengan nama wisata kresek. Yach, sedikit di bawah level wisata ala ransel lah ^.^v.
Inilah hidup. Selagi masih bisa buy experience (walau kayaknya susah tuk sekalian ngelepas buy things, hHe...), kenapa gak. Apalagi kalau jarang-jarang bisa dilakuin. Well, kapan lagi yach aku bisa kayak itu?!

Thursday, June 21, 2007

Before gtg KKN-an…

Libur panjang ini aku kada bulik. Aku KKN, diterima di program percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun dan ditempatkan di Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Malam ini aku berangkat dan baru balik 25 Agustus, beberapa hari lebih panjang dari KKN yang non WAJAR. Aku sekelompok dengan 3 orang kawan sejurusan, 1 orang kawan (angkatan 2003) satu UKM (UKM Penulis. Untuk UKM entahlah apa aku masih bisa disebut anggota atau gak, soalnya aku gak pernah lagi ke sana ^.^v), dan satu kawan baru tapi sama-sama Urang Banjar . Kawan-kawan sekelompokku yang lain sejauh ini asik dan baik-baik. Semoga kami bisa jadi tim yang solid, selama bahkan sampai setelah KKN selesai.

Ada enam ruang lingkup kegiatan KKN Wajar yang harus kami laksanakan, yaitu penciptaan hubungan harmonis antara masyarakat dan pemerintah (buat kesepakatan dengan stakeholders sana), pendataan dan pemetaan Wajar Dikdas 9 tahun (mendata siswa usia SD-SMP dan membuat peta gugus pendidikan dasar), sosialisasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun (kampanye/penyuluhan gitulah ke masyarakat atau calon peserta didik), peningkatan daya tampung (kayak bikin USB alias Unit Sekolah Baru, SD-SMP satu atap, kejar paket B, pondok salafiah, dan semacamnya gitu deh), peningkatan mutu pembelajaran, dan membantu pengembangan kelembagaan. Kayaknya bakal melelahkan dan penuh tantangan gitu deh! Hope i can pass it easily, amin. Soalnya aku kan asing banget dengan daerah itu, apalagi tugas terpenting yang bakal tentuin suksesnya KKN kami adalah banyaknya siswa yang bisa kami giring untuk back to school supaya angka APK dan APM daerah kami KKN naik, mencapai/lebih dari standar yang ada (95%).

KKN ntar adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Banyuwangi. Dari yang kudapat waktu pembekalan, daerah yang kutempati itu bersifat kekotaan coz dari sembilan daerahnya, 5 diantaranya berstatus kelurahan (yang lain desa). Tapi gak tau deh kayak apa kondisi desa yang paling jauh, yang ada di daerah Gunung Merapi ntuh…. (duh, bisakah slama di sana aku ngenet?!). Semoga aja kost-kostan kami kada jauh dari Banyuwangi (jar Korcamnya sih kada jauh amat, 9km-an lo, hHe…). Semoga juga bisa main ke Bali (yach, minimal sampai Gilimanuk trus balik lagi :p).

Penduduknya mayoritas suku Madura, Using (penduduk asli Banyuwangi), dan Jawa (so, tipis banget kemungkinan ketemu urang Banjar di sana, hHe…). Semoga aku gak bermasalah dalam hal adaptasi, slain beda budaya, yang paling ulah stres tuh adalah bahasa! Jangankan Madura/Using, Jawa aja aku masih banyak nganganya, padahal dah 3 tahun di Jawa… :p Katanya sih Banyuwangi tuh terkenal akan santetnya. Duh, semoga aja gak perlu berhubungan dengan hal-hal seperti itu. Semoga aku selalu dalam lindungan Allah SWT, amin.
Tadi pagi upacara dan pelepasan KKN-an. Yang ditempatkan di dekat-dekat sini (di sekitar Kota Malang) pertama brangkat, malamnya kami (rombongan Bnyuwangi), besoknya rombongan Pasuruan, Blitar, dan Malang yang agak jauhan (kalau kada salah...). Ujarnya sih Banyuwangi panas. Lumayanlah dibandingkan Malang, apalagi sekarang Malang lagi dingin-dinginnya. Jadi mungkin gak perlu bawa sweater tebal kesayanganku. Puff, tapi belum selesai packing ih! Gak ada yang bakal antar ke kampus lagi ntar malam (kecuali Eqy kawa dipaksa tuk jadi ojek!!), habis bawaan banyak banar.

Oich, apa jadinya jaket KKN aku lah? Tapi pada pakai jaket yang super big. Semoga aja bagus. 20 ribu tuh larang kan tuk biaya ngecilin jaket?! Habis, biasanya kalau urusan yang berkaitan dengan jahit-menjahit kan tinggal serahkan ke Mama. Bisa dipantau dan dah dijamin kayapa hasilnya (hHe…, promosiin Mama sendiri. Ya dunk, desainer pribadiku…!). Semoga da banyak crita menarik yang ntar bisa di post. Pokoknya, to semuanya deh termasuk aku sendiri, semoga KKNnya lancar, segala urusan dipermudah, sehat dan baik-baik aja selama KKN, dan dapat nilai A!! Met KKN to semua…!!

Saturday, June 9, 2007

Cewek Gila Shoping

Aku pernah menanyakan satu hal ke kawan dekatku (cowok), dua hal– rokok dan bokep – apa gak bisa lepas dari kehidupan Co seperti halnya shoping dan ngegosip (Mmm, kayaknya lebih tepat ngrumpi deh. Ngerumpi kan bisa banyak hal, kalau ngegosip konotasinya negatif gitu…), kalau di kehidupan Ce? Then he say, “maybe, yap!”. Setelah ditelusuri lebih jauh, mayoritas kawanku yang berjenis kelamin Co memang menjadikan ngerokok dan nonton bokep tuh seperti suatu kebutuhan. Setelah ditelusuri lebih jauh juga (obyek awal ya diri sendiri, uma, ading, para uwa bini, dan paacilan, baru berlanjut ke kawan-kawan), mayoritas Ce tuh juga gak bisa lepas sama yang namanya ngerumpi dan shoping!!

Aku lagi gak mau bahas soal rokok, apalagi bokep coz aku gak ngerti tentang itu. Aku mau bahas yang dekat banget sama kehidupan aku, kehidupan para Ce. Aku mau bahas tentang shoping (kalau ngrumpi, walau suka tapi aku bukan ahlinya).

Sudah lama sih aku sadar kalau Ce itu gila shoping, tapi baru benar-benar merasa “lucu” Senin lalu. Saat itu hari pertama ujian akhir. Sepulangnya, aku ngajak Mita pergi ke mal dekat kampus. Sebenarnya sih aku cuman nyari gantungan kunci, tapi Mita ngajak masuk ke salah satu outlet di mal itu. Nah, di sanalah kami melihat mahkluk bernama Ce (segala umur deh!) lagi ngumpul. Bukan buat ngerumpi, tapi milih-milih baju. Kalap gitu deh kelihatannya. Penasaran, akhirnya kami datangin. Ternyata lagi ada diskon 75%! Naluri Ce kami langsung aja on. Dengan kalapnya kami pun ikut mengobrak-abrik barang “bermerk” yang murah meriah itu. Padahal saat itu kami sama-sama belum dikirimi uang jajan sama ortu!! Tapi yang namanya Ce, kere kayak kami lagi (well, yang berduit aja pasti ngiler liat barang bagus dan murah, apalagi kami!!), kalau gak beli rasanya rugi! Kan gak setiap hari diskon besar seperti ini, hHhe… setelah beranjak dari kasir kami pun langsung pulang, takut kalap liat barang bagus lainnya ^.^v

Jadi ingat juga kejadian beberapa waktu lalu. Saat itu aku lagi BT sama kawan dekatku. Habis dia jarang jalan sama aku, padahal dia cuma beberapa hari di Malang. Sebagai pelariannya, mumpung saat itu di dompetku ada uang lumayan banyak ya sudah, ajak ading ke mal, shoping deh!! Kebetulan sebelumnya kami lihat ada barang yang bagus. Mau beli saat itu gak enak coz lagi jalan sama makhluk bernama Co (aku salut banget sama Co yang setia nemenin Ce-nya shoping coz itu adalah hal yang cukup langka! Contoh: Abahku bakal ikut istri dan anak-anaknya shoping kalau dia juga ada yang mau dibeli. Kalau gak, dia lebih suka ngasih uang dan sendirian di rumah. Nonton tv atau tidur!). Pastinya, ada banyak Ce lain yang melakukan hal sama. Contohnya: Umaku and her gank (ibu-ibu komplek). Saat mereka lagi jablai (sering di tinggal suami tugas keluar kota/tugasnya lama gitu…), apalagi kayak umaku yang anak-anaknya nun jauh di sana, uang di tangan ya untuk diri sendiri. Dengan kompaknya mereka shoping bareng ke mal atau pusat perbelanjaan lainnya. Syukurnya umaku tetap ingat sama anak-anaknya. Kalau gak pakaian jadi, seperti biasanya, uma beli kain dan bikinin kami pakaian. Umaku bahkan pernah kirimin kami beberapa kalung bikinan sendiri. Kreativitas ibu-ibu jablai gitu… Shoping memang salah satu obat yang mujarab untuk hilangin rasa sedih, sepi, dan BT bagi para Ce. Ya kan?!

Friday, June 1, 2007

TEMU TEMAN BANJAR…

19 Mei semalam di acara Temu Teater Mahasiswa Nusantara (Temu Teman) yang diselenggarakan di UIN (Universitas Islam Negeri) Malang, kawalan dari Forum Apresiasi Seni (FAS) Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) Banjarmasin mementaskan panting bercerita berjudul Kerajaan Tulalit. Selain dari FAS, katanya dari Banjarmasin masih ada 2 kontingen yang ikut. Aku sih sempat lihat anak poltek main waktu happening art di Museum Brawijaya. Waktu itu mereka join sama FAS. Bukan komedi sih yang ditampilin, tapi cukup ulahku merinding. Ceritanya kan tentang kemarahan orang bukit akibat hutan mereka (Kalimantan) di gunduli. Jadi mereka mengancam akan mengirim mantra, parang maya, atau wisa kepada siapapun yang merusak alam mereka. Tapi waktu pementasan komedi kontemporer, berhubung yang kukenal cuma anak-anak FAS, aku juga gak tau jadwal pementasan yang lainnya, jadi aku nontonnya ya pementasan FAS saja. Mereka pentas jam 11 malam! Untungnya ada kawan kuliah yang bersedia membagi kamar kostnya denganku karena walaupun malam Minggu, jam malam kostku sampai jam 10 (kalau hari lain cuma sampai jam 9).

Cara menarik perhatian para penonton saat itu cukup unik. Supaya yang nonton gak cuma anak-anak Banjar, para artis pergi bareng ke tempat pementasan diiringi alunan musik panting. Nah, sembari jalan ke tempat pementasan ngajakin kawan-kawan lain untuk nonton. Melihat alunan musik dan kostum para artis yang (mungkin) terkesan asing, tentunya mereka penasaran dan berniat untuk nonton. Skenarionya pun dibawakan berbahasa Indonesia supaya kawan-kawan yang gak ngerti Bahasa Banjar bisa ngikutin ceritanya. Pikirku, yang berbahasa Indonesia saja benar-benar mengocok perut apalagi yang berbahasa Banjar, tentu akan lebih gila-gilaan.

Panting? Itu nama alat musik tradisional suku Banjar. Sayang aku gak bisa main gitar (yang artinya juga gak bisa main panting, asal petik doank!) dan gak sempat berfoto pura-pura main panting karena saat itu semua kru sedang sibuk siapin pentas karena jujur, seumur-umur baru itu aku megang panting! Gak apalah, yang penting aku tahu dan pernah pegang panting.

Aku yang sudah lama gak liat pementasan teater, terutama yang bernuansa Banjar, benar-benar menikmati pementasan tersebut. Aku juga sudah lama banget gak liat FAS main. Waktu SMA, anak-anak FAS ngelatih teater skul ku, Teater Perak. Sampai sekarang malah. Jadi sedikit banyak aku kenal dan pernah nonton pementasan mereka, apalagi beberapa kawanku pas kuliah ini join di FAS. Skenario favoritku adalah Pambakal Ibad! Karakter favoritku, siapa lagi kalau bukan Utuh Linun yang sok pintar dan Jarni yang polos abis!! Kawalan teater yang kukenal tuh rata-rata eror, urat malunya sudah putus semua! Dekat sama mereka pasti pinginnya ketawa. Ada... saja ide atau kelakuan mereka yang aneh, lucu, dan ajaib! Jadi gak perlu nonton extravaganza kalau mau ketawa ^.^v Kalau kampus extravaganza audisi di Banjarmasin, pasti seru banget kalau mereka umpatan juga.

Saat pementasan kemarin banyak kawan-kawan Banjar baik yang kuliah di UIN dan bukan UIN juga nonton. Ceritanya kan dua arah gitu (para pemain bisa berinteraksi dengan penonton), celotehan berbahasa Banjar seperti “cupu karing”, “raja kaka nih!”, dan lain-lain pun baik dengan logat pahuluan atau kuala keluar satu persatu bikin penonton yang bukan Banjar heran dengan apa yang kami ucapkan. Nyahutin apa kata pemain lah, ngomentarin Adit yang saat itu berperan jadi penasihat/wajir yang kalau lagi nari japin seksi banget lah, si pangeran ke-3 (ku lupa tanya siapa namanya) yang make upnya culun banget dan aktingnya yang asli cengeng dan polos banget lah!! Banyak deh dan seru abis. Yang menarik, setelah pementasan selesai banyak anak yang bukan Banjar minta ajarin bejapin gara-gara liat semua pemain di setiap scene selalu bejapin. Japin itu salah satu jenis tarian khas Banjar. Gerakannya simpel, jadi gampang buat dipelajari. Waktu SMA pernah sih sekali bejapin pas jadi penari di pementasan Mamanda, tapi setelah itu gak pernah lagi. Aku jadi pingin sering menari Banjar lagi seperti waktu TK-SD.

Saat nonton pementasan itu terasa kebersamaan antara para mahasiswa Banjar yang kuliah (madam) di Malang. Yah, papadaan gitu lah! Padahal banyak yang gak saling kenal. Setelah pementasan sih banyak juga yang saling kenalan, tapi belum tentu setelah itu ketemu di jalan masih saling mengingat. Coba sering-sering seperti ini, pasti rasa homsik bisa sedikit terobati karena di madam ternyata banyak bubuhan Banjar. Silaturahim bubuhan Banjar pun gak cuma dengan kawalan lawas, sekampus, atau sepermainan jadinya. Sakakali, adain juga pank kagiatan baramian sagan bubuhan Banjar sa-Kalsel, jadi kawa bakumpulan.

Cerita dari KKL III GEOGRAFI ANGKATAN 2004 DI PPLH SELOLIMAN, MOJOKERTO

Mandi ditemani Katak dan Makan Martabak Daun So

Tanggal 2-4 Mei 2007 lalu mahasiswa Geografi angkatan 2004 melaksanakan KKL III di PPLH Seloliman Mojokerto. PPLH Seloliman merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) non komersial yang didirikan tahun 1990. Tujuan utama LSM ini adalah mendorong terwujudnya kepedulian semua lapisan dan golongan masyarakat baik secara sendiri atau bersama terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, sehingga sumberdaya alam yang ada bisa terus dilestarikan, dinikmati, dan diwariskan kepada generasi mendatang. Semua hal yang berhubungan dan terkait dengan lingkungan hidup dengan segala permasalahannya dikaji dan dibahas secara informal, terbuka, dan santai di tempat ini dari berbagai bidang ilmu seperti Biologi, Fisika, Kimia, Geografi, Geologi, juga aspek kehidupan lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Para pendamping pun ramah dan enak untuk diajak sharing. Tidak mengherankan jika yang berkunjung ke PPLH Seloliman ini tidak hanya dari daerah sekitarnya tetapi juga para LSM dan mahasiswa dari luar negeri. Tidak hanya para LSM dan mahasiswa tapi juga pelajar SMA sampai siswa TK.
Berbeda dengan 2 KKL sebelumnya, KKL III ini berupa penelitian baik itu sosial, fisik, ataupun pendidikan. Penelitian yang dilakukan berupa persepsi masyarakat sekitar terhadap keberadaan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman. Mahasiswa dibagi beberapa kelompok untuk menanyai responden yang tersebar di tiga desa di sekitar PPLH. Karena banyak mahasiswa Geografi yang tidak bisa Bahasa Jawa (tentunya karena berasal dari luar Jawa atau mahasiswa asal Madura yang gak bisa Bahasa Jawa), mereka ditemani oleh mahasiswa asal Jawa supaya tidak kesulitan saat melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar (kalau respondennya hanya bisa bahasa Jawa kan gawat!). Dari hasil penelitian, sebagian besar masyarakat menyebutkan bahwa keberadaan PPLH sangat menguntungkan baik secara langsung maupun tidak langsung. PPLH membina masyarakat untuk ramah terhadap lingkungan, salah satu caranya dengan pertanian ekologis dan organik serta pemanfaatan tanaman obat sebagai pengobatan tradisional/alternatif.
Berkunjung ke PPLH Seloliman merupakan hal yang menarik. Sambil belajar, kita juga bisa menikmati suasana yang masih asri. Semua bangunan di sana didominasi oleh kayu, mengingatkan saya akan rumah-rumah di kampung halaman yang masih didominasi baik dari kayu ulin ataupun jenis kayu lainnya. Arsitekturnya pun menarik karena merupakan gabungan arsitektur Jawa, Bali, dan Jerman dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan. Ada tiga pilihan penginapan yang tersedia, yaitu asrama, guest house, dan bungalow. Menariknya, kamar mandi yang ada di penginapan ini open space. Jadi, sambil mandi kita bisa melihat pemandangan sekitar. Bahkan, saya yang mendapat tempat di guest house setiap melakukan (maaf) kegiatan MCK ditemani oleh katak karena bungalow tersebut dikelilingi oleh water garden. Kalaupun ingin berendam harus waspada kalau-kalau ada katak yang ingin ikutan berendam di bathup.
Di dekat PPLH Seloliman terdapat situs purbakala berupa Candi Jolotundo dengan cerita dan legendanya yang menarik serta mata air berkualitas A. Bagi yang suka hiking, bisa menjelajahi hutan dan menyisiri sungai atau bahkan naik ke Gunung Penanggungan melalui melalui track yang ada. Saat KKL, ada salah satu teman yang sedang hamil juga ikut jelajah alam! Bikin semua teman-teman was-was jikalau terjadi sesuatu. Alhamdulillah, semua baik saja. Hitung-hitung sejak dikandungan mengajarkan anak untuk bertualang dan mencintai alam yang semakin memprihatinkan, baik akibat penebangan hutan dan masalah lingkungan lainnya.
Di PPLH Seloliman ada dua alat komunikasi yang dipergunakan sebagai media informasi, yaitu gong dan pentungan berbentuk ikan. Jika pentungan berbentuk ikan itu digunakan, berarti semua peserta harus berkumpul di aula. Yang paling ditunggu tentu saja ketika gong dipukulkan karena itu artinya makanan telah dihidangkan, siap disantap.
Masakan di PPLH walau relatif lebih mahal tetapi non pestisida dan zat adiktif. Salah satu cerita yang melatarbelakanginya adalah istri manager PPLH pertama yang berasal dari Jerman ketika melahirkan (di Jerman) dilarang untuk menyusui bayinya karena air susunya mengandung pestisida yang notabene didapatnya selama berdiam di Seloliman. Alasan lainnya karena tentu saja makanan non pestisida dan zat adiktif jauh lebih sehat untuk dikonsumsi. Bahan-bahan didapat dari para petani pertanian organik binaan PPLH. Selain itu, secara tidak langsung kita diajarkan untuk disiplin dan solid kepada teman-teman kita karena jumlah makanan yang tersedia jumlahnya sama dengan jumlah peserta. Jadi, kalau kita mengambil lauk dua, maka akan ada satu teman yang tidak kebagian.
Kita benar-benar berwisata kuliner karena apa yang kita makan itulah yang kita rasakan. Kalau istilah salah satu dosen saya, kita makan tidak nguber roso. Tidak makan sayur bayam tapi rasanya ayam. Variasi menunya pun beragam, tinggal pilih sesuai selera dan duit yang tersedia. Sebelum kembali ke Malang, supaya tidak penasaran saya memesan hidangan khas Restoran Alas, restoran yang dikelola oleh PPLH, yaitu martabak daun so (daun belinjo). Saya sempat ditanya apakah saya tahu bagaimana martabak tersebut. Dengan polos saya jawab “Gak. Saya mesan untuk mencoba bagaimana rasanya.” Alhasil, ketika dihindangkan saya shock. Ternyata martabak itu benar-benar berwujud daun so (tidak seperti martabak biasanya deh!) yang dicincang halus dengan campuran telur. Saya sempat berpikir tidak akan bisa menghabiskannya, bahkan jikalau saya seorang vegetarian. Tapi setelah dimakan ternyata enak juga.