Friday, June 1, 2007

TEMU TEMAN BANJAR…

19 Mei semalam di acara Temu Teater Mahasiswa Nusantara (Temu Teman) yang diselenggarakan di UIN (Universitas Islam Negeri) Malang, kawalan dari Forum Apresiasi Seni (FAS) Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) Banjarmasin mementaskan panting bercerita berjudul Kerajaan Tulalit. Selain dari FAS, katanya dari Banjarmasin masih ada 2 kontingen yang ikut. Aku sih sempat lihat anak poltek main waktu happening art di Museum Brawijaya. Waktu itu mereka join sama FAS. Bukan komedi sih yang ditampilin, tapi cukup ulahku merinding. Ceritanya kan tentang kemarahan orang bukit akibat hutan mereka (Kalimantan) di gunduli. Jadi mereka mengancam akan mengirim mantra, parang maya, atau wisa kepada siapapun yang merusak alam mereka. Tapi waktu pementasan komedi kontemporer, berhubung yang kukenal cuma anak-anak FAS, aku juga gak tau jadwal pementasan yang lainnya, jadi aku nontonnya ya pementasan FAS saja. Mereka pentas jam 11 malam! Untungnya ada kawan kuliah yang bersedia membagi kamar kostnya denganku karena walaupun malam Minggu, jam malam kostku sampai jam 10 (kalau hari lain cuma sampai jam 9).

Cara menarik perhatian para penonton saat itu cukup unik. Supaya yang nonton gak cuma anak-anak Banjar, para artis pergi bareng ke tempat pementasan diiringi alunan musik panting. Nah, sembari jalan ke tempat pementasan ngajakin kawan-kawan lain untuk nonton. Melihat alunan musik dan kostum para artis yang (mungkin) terkesan asing, tentunya mereka penasaran dan berniat untuk nonton. Skenarionya pun dibawakan berbahasa Indonesia supaya kawan-kawan yang gak ngerti Bahasa Banjar bisa ngikutin ceritanya. Pikirku, yang berbahasa Indonesia saja benar-benar mengocok perut apalagi yang berbahasa Banjar, tentu akan lebih gila-gilaan.

Panting? Itu nama alat musik tradisional suku Banjar. Sayang aku gak bisa main gitar (yang artinya juga gak bisa main panting, asal petik doank!) dan gak sempat berfoto pura-pura main panting karena saat itu semua kru sedang sibuk siapin pentas karena jujur, seumur-umur baru itu aku megang panting! Gak apalah, yang penting aku tahu dan pernah pegang panting.

Aku yang sudah lama gak liat pementasan teater, terutama yang bernuansa Banjar, benar-benar menikmati pementasan tersebut. Aku juga sudah lama banget gak liat FAS main. Waktu SMA, anak-anak FAS ngelatih teater skul ku, Teater Perak. Sampai sekarang malah. Jadi sedikit banyak aku kenal dan pernah nonton pementasan mereka, apalagi beberapa kawanku pas kuliah ini join di FAS. Skenario favoritku adalah Pambakal Ibad! Karakter favoritku, siapa lagi kalau bukan Utuh Linun yang sok pintar dan Jarni yang polos abis!! Kawalan teater yang kukenal tuh rata-rata eror, urat malunya sudah putus semua! Dekat sama mereka pasti pinginnya ketawa. Ada... saja ide atau kelakuan mereka yang aneh, lucu, dan ajaib! Jadi gak perlu nonton extravaganza kalau mau ketawa ^.^v Kalau kampus extravaganza audisi di Banjarmasin, pasti seru banget kalau mereka umpatan juga.

Saat pementasan kemarin banyak kawan-kawan Banjar baik yang kuliah di UIN dan bukan UIN juga nonton. Ceritanya kan dua arah gitu (para pemain bisa berinteraksi dengan penonton), celotehan berbahasa Banjar seperti “cupu karing”, “raja kaka nih!”, dan lain-lain pun baik dengan logat pahuluan atau kuala keluar satu persatu bikin penonton yang bukan Banjar heran dengan apa yang kami ucapkan. Nyahutin apa kata pemain lah, ngomentarin Adit yang saat itu berperan jadi penasihat/wajir yang kalau lagi nari japin seksi banget lah, si pangeran ke-3 (ku lupa tanya siapa namanya) yang make upnya culun banget dan aktingnya yang asli cengeng dan polos banget lah!! Banyak deh dan seru abis. Yang menarik, setelah pementasan selesai banyak anak yang bukan Banjar minta ajarin bejapin gara-gara liat semua pemain di setiap scene selalu bejapin. Japin itu salah satu jenis tarian khas Banjar. Gerakannya simpel, jadi gampang buat dipelajari. Waktu SMA pernah sih sekali bejapin pas jadi penari di pementasan Mamanda, tapi setelah itu gak pernah lagi. Aku jadi pingin sering menari Banjar lagi seperti waktu TK-SD.

Saat nonton pementasan itu terasa kebersamaan antara para mahasiswa Banjar yang kuliah (madam) di Malang. Yah, papadaan gitu lah! Padahal banyak yang gak saling kenal. Setelah pementasan sih banyak juga yang saling kenalan, tapi belum tentu setelah itu ketemu di jalan masih saling mengingat. Coba sering-sering seperti ini, pasti rasa homsik bisa sedikit terobati karena di madam ternyata banyak bubuhan Banjar. Silaturahim bubuhan Banjar pun gak cuma dengan kawalan lawas, sekampus, atau sepermainan jadinya. Sakakali, adain juga pank kagiatan baramian sagan bubuhan Banjar sa-Kalsel, jadi kawa bakumpulan.

1 comment:

  1. trims lh ats ulasan nya...

    suatu kebanggan jua gasan kami..

    ReplyDelete