buku-buku favoritku |
Persahabatanku dengan buku berlangsung sudah lama.
Mungkin sejak aku merengek minta belikan majalah Bobo, Donal Bebek, Gober
Bebek, dan komik-komik lainnya ke orang tuaku saat mulai belajar hingga
akhirnya bisa membaca dengan lancar.
Saat itu aku duduk di TK kelas Nol Besar. Iri pada
kawan-kawan yang sudah pandai membaca, aku merengek minta belikan ortu majalah atau
buku bacaan. Bahkan lama-lama aku mulai rajin menyisihkan uang jajan agar bisa
membeli buku atau berlangganan majalah.
kado ultah dari sahabat *sukaaaa* |
Buku bacaan (novel, majalah, dkk) seringkali lebih menggiurkan
untuk dibaca daripada buku pelajaran. Iya, aku mengakui itu. Saking sukanya
dengan cerita yang disajikan, novel yang tebalnya ratusan halaman bisa saja
selesai dalam waktu hanya beberapa hari. Sampai bikin telat makan, malas mandi,
menunda jam tidur, bahkan dimarahi mama karena buku ituuuuu…… saja yang
dipegang dan dibawa kemana-mana. Beda cerita dengan buku pelajaran. Buku
pelajaran seringkali dijadikan media agar lekas tertidur di malam hari.
Sugestinya, membaca buku pelajaran ibarat memanggil peri-peri agar menaburkan
serbuk tidurnya padaku. Seringkali hal itu memang terjadi :p
Membaca buku itu ibarat mendengarkan seseorang
bercerita. Kadang, membaca buku bahkan membuatku seakan-akan turut mengalami
kejadian yang diceritakan buku tersebut. Ketika ada hal lucu ikut tertawa, ada
hal sedih ikut menangis, beragam rasa yang diceritakan isi buku membawaku larut
terbawa suasana.
Aku mulai kembali mengoleksi buku-buku bacaan saat
duduk di bangku kuliah. Novel, ensiklopedia, dan tentu saja buku referensi (kalau
dulu untuk bahan belajar perkuliahan, kalau sekarang untuk bahan mengajar). Rak
buku ukuran sedang sudah tidak dapat menampung buku-buku itu. Semoga selalu
diberi Allah SWT rezeki untuk membeli buku dan tentunya menyediakan ruang
khusus untuk menaruh buku-buku ini. Aamin ya Allah :D
Buku favorit?
Ada banyak buku koleksi yang sudah kubaca
berkali-kali. Buku yang dibaca berkali-kali tanpa bosan itu pastinya yang
ceritanya aku suka. Kategori buku favorit atau yang disuka tiap orang pastinya
berbeda-beda. Bisa dilihat dari tema ceritanya, penulisnya, bahkan penerbitnya.
Kalau aku lebih sering memilih buku karena tema cerita dan penulisnya.
Buku-buku koleksiku kebanyakan bertema tentang travelling (fiksi maupun non fiksi,
berlokasi di Indonesia, maupun berbagai negara di bumi ini) dan bacaan yang
berkaitan dengan ilmu geografi (komik sains, ensiklopedia, buku seri
pembelajaran untuk anak-anak). Sebagai guru geografi yang suka travelling, bacaan seperti ini memberiku
banyak wawasan tentang banyak tempat dan banyak hal yang bisa kuceritakan kepada
murid-murid saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, tentu disesuaikan
dengan materi yang dibahas saat itu. Aku juga suka membaca novel metro pop.
Cerita cinta-cintaan gitu deh. Aku suka yang ceritanya gak terlalu banyak
drama, happy ending, bahasanya simpel
tapi bisa jadi quote yang menarik.
Kalau penulis, kebanyakan buku fiksi dan non fiksi
yang kubaca ditulis oleh penulis Indonesia. Alasannya, gaya bahasa dan budaya
yang sama membuatku lebih mudah memahami sudut pandang penulis dalam bercerita
dibandingkan jika membaca buku terjemahan.
sengaja menularkan hobi membaca ke adik sepupu dengan membelikan mereka buku bacaan :) |
Senang rasanya melihat ada anak kecil yang sedini
mungkin sudah dibiasakan orang tuanya membaca buku. Kata mama, anak-anak
tetangga yang masih usia TK sering main ke rumah. Kalau ke rumah, mereka sering
mengamati isi lemari bukuku yang memang berada di ruang tamu. Sayang, buku
koleksiku tidak banyak yang bisa dibaca oleh anak-anak kecil dengan kemampuan
membaca masih terbatas seperti mereka. Pelan-pelan aku mulai menambah koleksi
bacaanku agar bisa dinikmati oleh mereka. Meski kebanyakan yang mereka dilihat
hanya gambar-gambarnya, tapi senang rasanya mengetahui setiap kali mereka main
ke rumah, lemari bukuku lah salah satu spot favorit untuk mereka datangi.
buku-buku donasi. dipilah, dipacking, capek tapi seru!! |
Melakukan kegiatan voluntourisme dengan membawakan
buku-buku untuk dibaca anak-anak di desa terpencil pun merupakan kegiatan yang
amat menyenangkan. Mulai dari proses pengumpulan buku, packing, pengantaran,
sampai penyerahan buku ke desa. Berkenalan dengan warga yang ada disana,
bertemu adik-adik yang belum tersentuh kecanggihan teknologi karena akses
mereka untuk mendapatkan hal tersebut masih sangat terbatas, dan membawakan
mereka buku-buku yang akan menjadi jendela wawasan mereka terhadap dunia luar
menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Antusiasme mereka menjadi penyemangat
tersendiri agar dapat melakukan hal serupa di tempat-tempat lainnya. Setidaknya
buku menjadi media mereka untuk berpikir bahwa dunia ini amatlah luas. Sayang
jika mereka tidak mencoba mengenalnya lebih jauh dengan membaca lebih banyak
buku dan memiliki impian untuk dapat melihatnya langsung di kehidupan nyata.
Ada yang pernah nonton The Day After Tomorrow? Film
ini merupakan salah satu film favoritku. Di film ini terdapat scene ketika Sam
dan kawan-kawannya harus membakar buku-buku yang ada di perpustakaan nasional
agar mereka tetap hangat saat terjebak badai yang terjadi akibat perubahan
iklim secara tiba-tiba. Oleh salah satu tokoh dia berucap, “Jika peradaban
barat musnah setidaknya buku ini (menunjuk pada Kitab Gutenberg yang
dipegangnya) menjadi buku yang dapat kuselamatkan”. Atau film The Book of Eli
yang bercerita tentang perjalanan Eli (diperankan oleh Denzel Washington) untuk
mengantarkan buku ke Barat. Saat itu diceritakan bahwa perang berdampak pada
runtuhnya peradaban modern. Buku yang dibawa oleh Eli menjadi barang yang amat
berharga. Eli harus menghadapi berbagai rintangan untuk menyelamatkan buku
tersebut agar selamat sampai ke tempat tujuan.
mewakili kawan-kawan South Borneo Travellers menyerahkan donasi buku-buku
untuk perpustakaan sekolah saat kegiatan voluntourism di Desa Rantau Bujur |
Kedua film tersebut menggambarkan bahwa buku bisa menjadi
harta yang berharga karena terdapat banyak ilmu yang ada disana. Firman Tuhan
YME (buku berupa kitab suci), akal dan pemikiran manusia, dibukukan agar dapat
dibaca, dipelajari, dan dinikmati oleh banyak orang dari generasi ke generasi
meski si penutur dan penulisnya sudah meninggal dunia.
No comments:
Post a Comment