Long
weekend. Kalau lihat tanggal merah
berjejer langsung deh mikir liburan beberapa hari akan di rumah saja (baca
novel, bersih-bersih, berkebun, doing
nothing) atau pergi ke suatu tempat. Awalnya sih mau liburan ke Barabai
(ceritanya si wali kelas pulang kampung sekalian ngajakin siswa-siswanya satu
kelas berwisata). Tapi apa mau dikata, uang yang ditabung sedikit demi sedikit
eh diambil sampai habis sama mereka entah untuk keperluan apa (semoga untuk
bayar tunggakan sekolah). Galau. Ini dia tak enaknya tidak punya teman untuk
ngebolang rame-rame atau berdua saja. Kalau pergi sendirian, bingung mau kemana
karena bakalan terlihat seperti orang hilang.
Sebenarnya aku tahu kalau pendaftaran untuk
ikut kegiatan Angsana Beach Clean Up
sudah ditutup Selasa (25/3) kemarin. Tapi dicoba saja, siapa tahu masih ada seat kosong. Rezekiku kali ya…, siangnya
aku di telepon Al yang mengabarkan bahwa ada peserta yang batal ikut sehingga
ada seat kosong. Horaaayyyy… Angsana,
aku datang!!!
Sabtu, 30 Maret 2014
Pagi itu rombongan dari Banjarmasin
berkumpul di depan RSUD Ulin untuk berangkat bersama naik ELF. Selain kami, ada
juga peserta Angsana Beach Clean Up
yang pergi dengan transportasi lainnya baik rame-rame, berdua atau sendirian. Menariknya,
peserta kegiatan ini tidak hanya berasal dari Banjarmasin. Ada yang dari
Banjarbaru, Kandangan, Balangan, Pelaihari, Kuala Kapuas, Batulicin, juga
Bandung dan Magelang. Keren!! Kalau teman-teman dari luar Kalimantan Selatan
saja peduli, jangan sampai kita malah jadi penyebab kerusakan lingkungan obyek
wisata di banua kita sendiri.
Berangkat jam delapan pagi, kami sampai di pantai Angsana
pada pukul satu siang. Pantai Angsana
terletak di desa Angsana, 192 Kilometer dari Banjarmasin. Untuk menuju pantai,
kita akan menyusuri jalan perkebunan kelapa sawit sepanjang ± 9,5 Kilometer
dengan kondisi jalan yang cukup bagus.
Seperti pantai di selatan Pulau Kalimantan
lainnya, pantai Angsana berelief dangkal. Enak buat main air karena tak perlu
kuatir diterjang ombak besar dari Laut Jawa yang akan tiba-tiba datang. Breaker zone-nya jauh. Jadi entah dimana
gulungan ombak yang bergantian datang menerpa itu terbentuk. Di kejauhan terlihat
bagang-bagang* milik nelayan berdiri dengan gagahnya. Airnya tidak secoklat
pantai Takisung atau Batakan karena memang tidak banyak sungai yang bermuara
disana. Sungai kecil yang terlihat olehku saat itu juga kering sebelum bertemu
dengan bibir muaranya.
Bersih. Indah. Ombaknya pun bergulung
dengan ramah dan tenang. Pemandangan itu sepintas bisa terlihat di pantai yang
sekarang jadi obyek wisata primadona Provinsi Kalimantan Selatan. Tapi kalau
diperhatikan dengan seksama, sampah berserakan dimana-mana. Plastik berisi
tomat-nya pentol, gelas-gelas plastik air mineral, bungkus rokok, bungkusan
nasi bungkus, bahkan popok bayi! Miris. Kepopulerannya justru mendegradasi
pantai yang juga terkenal dengan keberadaan terumbu karangnya. Tak salah jika
South Borneo Travellers mengadakan kegiatan Angsana Beach Clean Up demi menyelamatkan pantai ini.
Malamnya, seluruh peserta berkumpul di posko untuk penyuluhan tentang terumbu karang. Penyuluhan ini penting agar masyarakat dan wisatawan turut menjaga kelestariannya. Meskipun sambil terkantuk-kantuk (efek obat yang aku minum karena terserang alergi), aku berhasil mengikuti kegiatan sampai selesai tanpa tertidur (tekilip iya! :p). Kegiatan malam itu ditutup dengan pengumpulan tanda tangan para peserta kegiatan Angsana Beach Clean Up sebagai aksi nyata lainnya terhadap kepedulian dalam menjaga pantai Angsana khususnya dan lingkungan pada umumnya.
Jika berniat bermalam di Pantai Angsana
para pengunjung tidak perlu kuatir. Ada beragam alternatif penginapan bisa
dipilih. Ada resort/hotel (kurang tahu apa jenis penginapannya) yang tentunya dilengkapi kamar mandi dalam, terdapat juga penginapan sejenis bedakan yang disiapkan oleh warga, tenda,
atau seperti kami yang malam itu tidur dengan menggelar tikar di pendopo yang
terletak tak jauh dari areal parkiran. Tapi, banyaknya wisatawan yang saat itu datang
silih berganti membuat stok air untuk melakukan kegiatan MCK cukup sulit
didapat meski toilet umum banyak disediakan oleh penduduk di sekitar pantai
(mandi bayar Rp 5.000, BAB bayar Rp 3.000, buang air kecil/ganti pakaian Rp
2.000).
Minggu, 31 Maret 2014
Berkunjung ke Pantai Angsana tidak lengkap
jika tidak melihat keindahan bawah lautnya. Meskipun tidak bisa berenang, aku
tak kalah bersemangat untuk ikut snorkeling
demi melihat terumbu karang dan nemo (clown
fish) yang selama ini hanya kulihat di televisi. Untung ada teman yang
sama-sama tidak bisa berenang dan pertama kali snorkeling. Jadi di laut nanti kami bisa belajar snorkeling (dan kelelep) bersama. Hahaha…
Banyaknya wisatawan yang ingin menikmati
bawah laut Pantai Angsana menyulitkan kami untuk mendapatkan akomodasi ke spot snorkeling.
Panitia tak kehabisan akal. Kami di drop ke Pantai Bunati yang terletak tidak
jauh dari Pantai Angsana. Disana lah kami menyewa kapal dan alat untuk snorkeling. Bahkan, kami bisa menikmati
keindahan bawah laut Angsana tanpa dibatasi waktu. Kami boleh snorkeling
sepuasnya!! Seru kan…
Ini pertama kalinya aku snorkeling. Meski
cukup kesulitan membiasakan diri menggunakan snorkel, aku berhasil melihat terumbu
karang, nemo, dan biota laut lainnya. Awesome!
Jadi pingin snorkeling lagi di Angsana dan di tempat lainnya juga. Hehehe…
Foto-foto underwater ini hasil jepretan
teman-teman South Borneo Travellers
Kegiatan Angsana Beach Clean Up ditutup di siang hari dengan penyerahan beberapa
tong sampah donasi dari Disporbudpar Prov. Kalimantan Selatan dan SMK Sandhy
Putra Telkom dan tentunya foto-foto bersama. Bagian lain yang menyenangkan dari
kegiatan ini adalah meskipun para peserta telah kembali ke aktivitas
masing-masing, silaturahim yang terbentuk tetap berlangsung. Jadi, Angsana Beach Clean Up tidak hanya menjadi ajang
kepedulian terhadap lingkungan tapi juga untuk menambah persahabatan. Semoga
Angsana Beach Clean Up tidak perlu
lagi diadakan dalam artian pantai Angsana kembali menjadi pantai yang bersih,
indah, dan menyenangkan untuk didatangi.
No comments:
Post a Comment