Tuesday, January 19, 2010

FA on Vacation (III): ‘Just Walking...’

Berasa banget bangkrutnya ketika kemana-mana kami pergi naik taksi. Baru dua hari di Surabaya kami langsung berasa amat sangat kere. Padahal, liburan kami baru saja dimulai.

Minggu, 27 Desember 2009
Siang itu kami pergi naik taksi ke Jembatan Merah Plaza (JMP). Sewaktu mendengar nama Jembatan Merah, aku langsung mupenk banget pingin berjalan di jembatan yang pada era VOC menjadi sarana vital penghubung Kalimas – Gedung Karasidenan Surabaya dan cikal bakal kawasan kegiatan pernigaan Surabaya. Gak kesampaian sih. Aku cuma lewat daerah di sekitarnya. Jembatan kecil yang biasa aja. Tapi warnanya yang merah dan nilai historisnya jadi keunikan tersendiri bagi jembatan ini.

Berhubung gak niat shopping (dan gak menemukan barang yang membuatku tergiur), aku hanya menemani yang lain berkeliling. Setelah itu aku meminta Ilham menemaniku berjalan-jalan keluar. Ternyata kawan-kawan memutuskan untuk ikutan. Kami berjalan di atas trotoar besar dan melewati gedung-gedung tua yang beberapanya dijadikan cagar budaya. Hotel Ibis Surabaya. Bank BNI Jembatan Merah. Sampai akhirnya Ilham ingat kalau museum House of Sampoerna berada di sekitar daerah ini. Karena dia pun belum pernah ke sana, Ilham mulai bertanya pada penduduk sekitar.


Setelah berjalan cukup jauh, kami menemukan museum yang menjadi cikal bakal perusahaan Sampoerna. Arsitektur House of Sampoerna keren euy! Gedung ini dibeli oleh Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna, untuk merekam sejarah berdirinya perusahaan rokok Indonesia yang saat ini sahamnya telah dijual kepada Philip Morris, perusahaan Amerika pemegang Marlboro.

at House of Sampoerna

Di lantai dasar gedung kita dapat menikmati sejarah keluarga Sampoerna, berbagai koleksi kemasan rokok perusahaan ini dari waktu ke waktu, pelat-pelat bekas cetakan bungkus rokok, dan barang-barang lainnya yang berkaitan dengan sejarah perusahaan ini. Kita juga bebas berfoto di zona ini. Sedangkan di lantai dua, kita dapat membeli souvenir sebagai oleh-oleh dari House of Sampoerna. Yang menarik, dari ruangan ini kita dapat melihat ruangan dimana para pekerja melakukan kegiatan melinting, menggunting ujung rokok, dan membungkusnya. Sayang kami ke sana ketika hari sudah sore (dan hari Minggu). Jadi, kami gak bisa melihat secara langsung kegiatan tersebut.


Kami kembali ke daerah JMP dengan berjalan kaki. Biar irit, kami memutuskan untuk pulang dengan naik angkot yang banyak mangkal di sekitar sana. Karena gak ada jalur angkot dari JMP yang lewat tepat di depan hotel, kami pun kembali harus berjalan kaki. Kemana-mana naik angkot. Kemana-mana jalan kaki. Jadi ingat masa-masa kuliah di Malang. Naik angkot dan jalan kaki bukanlah hal asing bagiku saat itu...

Dok: Surabaya – Bali Trip. Yang moto: Farina, Aban, Ilham.

No comments:

Post a Comment