Wednesday, January 28, 2009

Ujian Skripsi Membuatku Menangis…

Akan selalu ada hal yang gak sesuai harapan dan diluar kendali. Cobaan itu bisa saja membuat rapuh. Jangan putus asa, jangan menyerah! Karena setelah melewati cobaan itu, pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Ada hal yang bisa dipelajari. Ada kata syukur yang terucap. Menghasilkan kedewasaan dalam bersikap (cie…, so wise banget c gue?! hHe… ^.^v)
- catatan setelah ujian skripsi -


Pembimbing II sudah datang, bahkan lebih dulu dibandingkan kamu. Penguji sudah datang. Sekarang kamu menunggu pembimbing I (beliau bilang mungkin datang terlambat karena jadwal sebelumnya waktu ujian gak jam segitu. So, gak apa kalau ujian dimulai tanpa beliau).
Kata penguji, “Ayo kita ujian duluan. Gak papa setelah ini kamu baru ujian sama pembimbing.” Ini karena beliau yang minta waktu ujian dimajukan jadi lebih pagi.
Pembimbing II bilang, “Kalau ujian ya harus lengkap dewan pengujinya. Kalau kurang saya gak mau ke ruang sidang. Kalau kamu ujian cuma sama penguji, siapa nanti yang bantuin kamu?!”

So, waktu penguji beranjak pergi dari ruang ujian, mau pulang, apa yang kamu lakukan?! Mengejarnya?! Membiarkannya?! Kesal sama diri sendiri dan pembimbing yang datangnya telat?! Nangis?! Ada hal lain yang kamu lakuin, mungkin?!
Menunggu dewan penguji lengkap, gak enak sama penguji yang sudah menunggu dan gak masalah kalau ujian dimulai walau dewan penguji belum lengkap. Ujian cuma berdua sama penguji?! Pastinya bakal dianggap gak menghargai pembimbing padahal salah satu pembimbing sudah datang. Apalagi beliau bilang kalau cuma ujian sama penguji trus kenapa-napa siapa yang bantuin?! Kalau beliau tersinggung dan akhirnya lepas tangan?! Nilai kan juga ditentukan oleh pembimbing…
Serba salah banget kan?!

Kisah di atas merupakan potongan kisah ujian skripsiku kemarin pagi. Mau tahu apa yang kulakukan saat penguji skripsiku mau pulang?!
Ya tentu aku mengejar beliau, memohon dengan wajah memelas (hampir nangis! Akhirnya aku benar-benar nangis, tapi gak dihadapan beliau) agar beliau gak pulang dan meminta maaf karena ujian gak bisa dilakukan tepat waktu karena hal ini benar-benar di luar kendaliku (tapi tentunya aku gak bilang apa penyebabnya). Yang pasti, kejadian pagi itu ditonton oleh semua yang ada di teras GKB dan kantin MIPA. Aku gak peduli! Aku bahkan sudah gak peduli jikalau mendapatkan nilai kurang dari B+ (mayoritas nilai ujian kawan-kawanku yang sudah masuk ke fakultas segitu). Yang penting aku bisa ujian skripsi dan lulus!
Alhamdulillah penguji luluh juga melihat wajahku yang sudah desperate. Walau sempat presentasi tanpa pembimbing, kedua pembimbingku akhirnya masuk ke ruang sidang (puff!). So, lengkaplah dewan penguji skripsiku ^_^
Kerenkan, kalau yang lain nangis setelah ujian, aku malah sudah nangis sebelum ujian ^.^v

Kisah yang gak kalah seru apalagi kalau bukan seputar tanya-jawab antara dewan penguji-aku. Kuakui skripsiku itu jauh dari sempurna. Banyak banget hal yang kurang dan gak terpikir olehku untuk diteliti dan dibahas. So, wajar kalau ada pertanyaan yang bikin aku memutar otak untuk menjawabnya. Tapi pikirku, daripada aku diam lebih baik jawab saja! Bahkan setelah ujian aku baru sadar bahwa ada jawaban yang walau aku pedenya selangit saat menyatakan hal itu setelah ditilik lagi sebenarnya salah! Ada juga pertanyaan yang sebenarnya di draft dan buku refrensiku ada jawabannya. Tapi karena aku orangnya pelupa, akhirnya kujawab seingatnya. Yang penting nyambung! ^.^v
Yach, yang namanya gugup. Apalagi mengingat kasus ‘dewan penguji’ dan yang belum kuceritakan, laptop yang kubawa gak bisa konek ma LCD. Screennya bahkan berubah jadi hitam. Akhirnya aku pakai laptop jurusan. Eh setelah itu LCD yang bikin masalah! Layernya jadi merah. Diutak-atik tetap gak bisa. Entah apa yang salah. Media persentasiku pun jadi terlihat mengerikan. Mas yang bantuin masang LCD sampai bilang gini buat menghibur aku,
“Tetap semangat ya. Merah kan artinya berani!”
Setelah dewan penguji berunding untuk memberikan penilaian terhadap skripsiku, akhirnya aku ditanyain gini sama penguji utama,
“Yakin lulus?! Kalau gak lulus gimana?!”
Sempat shock dengar hal itu. Gak lulus bukan hal mustahil karena ada beberapa Kk tingkat yang mengalami hal itu. Tapi aku bangkitkan pedeku dan bilang,
“Insya Allah saya lulus, Pak!”
“Pede banget sih!”
“Insya Allah saya lulus, Pak!”
“Tapi gak bisa dapat nilai A ya.”
“Gak apa, Pak. Saya sadar kok hasil saya gak maksimal. Jadi gak mungkin saya dapat nilai A.”
“Ya sudah, kalau gitu kamu lulus. Jangan lupa revisi secepatnya!”
Yess!!
Walau revisi skripsiku lumayan banyak (pembahasannya harus dirinci lagi), gak apa deh! Bismillahirrahmanirrahiim, Insya Allah skripsi bisa kurevisi dan kuselesaikan tepat waktu. Yang penting, aku bisa yudisium dan wisuda semester ini! (o^.^o)v
Kabarin abah. Kabarin mama. Kabarin Kk (trus pasti dikabarin ke uwa). Kabarin acil.
Alhamdulillahirabbil a’lamin. Akhirnya jadi sarjana juga!

4 comments:

  1. Wah selamat ya, perjuangan tak akan sia-sia!! Salam kenal dari Banjar

    ReplyDelete
  2. derai air mata bahagia pantas anda terima....profisiat telah ulus pendadaran...salam..

    ReplyDelete
  3. Selamat juga yah mba...smoga ga nangis lagi

    ReplyDelete
  4. Salamat jadi sarjana, Aluh Langkar. Mudahan kawa bulik ka Banua, mambangun daerah saurang. Jangan kaya aku marantau di banua urang. Bulik ngalih. Tapi, semua adalah bumi Allah. Di manapun bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Salam kenal dari urang Barabai di Indramayu.

    ReplyDelete