Monday, March 3, 2008

My Story at Yogyakarta

Finally, I’m gtg to Yogyakarta again…

Posting aku kali ini akan panjang banget nih, soalnya akan menceritakan kehidupanku selama berada di Yogyakarta. So, kalau ada yang baca post blogku ini, mending setelah offline. Save page as saja dulu weblogku ini, trus, baca deh sepuasnya… :)

Pertama kali aku ke Yogya waktu KKL I di semester II. Walau keberadaan kami di Yogya gak sampai dua hari, tapi alhamdulillah saat itu aku bisa bertemu dengan Yo (dan Grego yang di awal perkenalan kamis sempat buat aku kaget. Selera Yo terhadap cowok ternyata ancur juga, sama kayak aku, hHe…), Andrie, dan Dodi. Aku pun sudah mengunjungi Pantai Parang Tritis (tentunya untuk melihat sand dunes alias gumuk pasir yang jarang banget bisa ditemui di daerah tropis), obyek wisata Kaliurang (sebenarnya sih tujuannya bukan ke obyek wisatanya, tapi ke daerah yang ada aliran lava Gunung Merapi. Dosenku lupa bilang sama TL travel, makanya jadi salah tujuan), makan gudeg (traditional food of Indonesia memang is the best! Selain beraneka makanan khas Banjar, gudeg, mpek”, es pisang ijo, bubur Jakarta, dll tuh bagiku adalah makanan” yang bikin aku mupeng to selalu menikmatinya :p), dan tentunya gak lupa menyusuri jalanan Malioboro dengan membeli celana atau baju batik :)
Nah, setelah beberapa kali rencanaku ke Yogya batal, akhirnya tanggal 22 Februari tadi aku menginjakkan kaki lagi di Yogya. Kali ini dalam rangka mengikuti Kongres X IMAHAGI (Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia). This is my story in Yogyakarta…

Kamis malam, 21 Februari 2008
gtg Daerah Istimewa Yogyakarta

Aku dan keenam kawanku berangkat dari Malang (terminal Arjosari) ke Yogyakarta naik bus malam sekitar pukul 8. Di terminal aku melihat seorang cewek yang mirip dengan ading kelasku sejak SMP (sekarang dia kul di UMM), kawan Ifit, adingku. Ternyata memang benar cewek itu adalah Icha. Kami pun akhirnya mengobrol berdua lumayan lama. Nantinya dia pun akan turun di tempat yang sama dengan kami, di daerah Kaliurang. Di sana, dia nanti akan dijemput oleh Ridha, cowoknya, kawan sekelasku selama 3 tahun di SMA. hHe, baru sampai Yogya aku sudah bisa ketemu kawanku nih, reuni :)

Jum’at, 22 Februari 2008
Welcome to Kongres IMAHAGI

Sepanjang jalan aku dan kawan” tidur pulas. Aku bahkan menyelimuti diri pakai tapih Bali. Sampai di Kaliurang kira” pukul setengah empat. Jam segitu mana ada angkutan umum. Trus kami ke UGM naik apa ya?! Beruntung Ridha dan kawannya menyemput Icha pakai mobil. Dia menawarkan diri untuk mengantar kami ke Fak. Geografi. Thanks Da, kamu memang kawan yang baik. Jadi ingat masa” kita satu kelas buka bareng di rumah kamu. Trus kalian mengantar aku pulang sampai ke depan pintu rumah supaya aku gak kena marah Mama gara” pulang kemalaman :)
Untung juga kawan”ku yang semuanya adalah cowok (kejadian di Bali terulang lagi. personel cewek tetap aku seorang dengan formasi cowok yang sedikit mengalami perubahan. Minus Yovi, plus Bayu, Rika, dan Galih) sebelumnya gak jadi godain Icha. Aku pun berhasil menyelamatkan adik kelasku itu dari rayuan gombal mereka :p Kalau gak, bisa malu banget aku di depan Ridha. Kawan”ku pun bersyukur mereka gak jadi menggodanya karena kalau gak mereka bakal malu banget sama Ridha. Guys, beruntung juga aku adalah personel kalian. Kalau gak, kalian akan jalan kaki ke UGM pagi” buta itu.
Kami melepas lelah di Gegama, mapalanya Fak. Geografi UGM. Ngobrol” gitu dengan anak” mapala. Ternyata, Mas Ari alias si Jaket adalah kawan seangkatan Pak Syamsul Bachri, dosen termuda di jurusanku waktu kuliah.
“Oh, kalian anak buahnya Syamsul tuh,” begitu katanya. Mas Ari bahkan sms Pak Syamsul. Kata kawan”, kurang lebih begini isinya
Sul, anak buahmu ada di sini nih
Kami pun membalas sambutan hangat beliau terhadap mahasiswa kawannya itu dengan guyonan, “Oh, kalau di sini berarti kita panggilnya Syamsul dunk, gak pakai pak,” ucap kami sambil tertawa.
Aku pun berhasil membangunkan Andrie (yang akhirnya mendatangiku ke sana) dan Yoan (yang ternyata masih mengumpulkan nyawanya yang beterbangan saat ku telpon). Ketika matahari telah menyinari kota gudeg itu, panitia menjemput kami dan mengantarkan kami ke homestay. Ada dua homestay yang diperuntukkan bagi peserta kongres. Yang pertama di blok K dan aku sendiri dapat yang di blok L. Di sana ternyata sudah ada 5 orang adik tingkatku yang sudah terlebih dulu berangkat. Tendo, Adi, Candra, Amel, dan Lia. Selain mereka dan beberapa orang panitia ada juga kawan” dari Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang, yaitu Fandy (sayang banget Alfa gak ikutan dan Ocha sudah meninggal) dan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung) yaitu akang Gelar dan Arif kuadrat (Muslim Arif dan Arif Budiyanto). Ketiganya orang Sunda.
Waktu di Fak. Geografi UGM, ketika kongres akan dibuka, tambah lagi kawan” yang datang. Ada yang dari UNY, UNESA, UI, UMS, UNNES, UNS, dan tentunya delegasi dari UGM sendiri.
Jum’at-Minggu, 22-24 Februari 2008, bertempat di Fak. Geografi UGM, akhirnya sekitar 30 mahasiswa geografi yang berasal dari 10 komisariat IMAHAGI seluruh Indonesia berkumpul dalam rangka Kongres IMAHAGI X. Kongres kali ini bertema “Revitalisasi Fungsi dan Peran IMAHAGI” yang membahas mengenai AD/ART, rekomendasi progker yang akan dilakukan Sekjen IMAHAGI terpilih, pemilihan Sekjen IMAHAGI, dan pernyataan sikap dari mahasiswa geografi atas permasalahan bangsa saat ini.
Kongres dibuka oleh Pak Hartono, dekan Fak. Geografi UGM (akhirnya setelah lama menjadi kawan friendster tanpa pernah say hi alias nge-add doank, ketemu juga dengan beliau :p). dilanjutkan dengan penampilan oleh seorang mahasiswa geografi UGM (dia membawakan tari Bali dengan gemulai. Bercerita tentang keBhinneka Tunggal Ika bangsa Indonesia, begitu kata prolognya karena aku hanya bisa menikmati tarian tanpa mengerti maknanya. Jadi pingin nari lagi! Aku sudah lama banget gak menari. Sudah lupa malah sama tarian yang pernah kupelajari jaman TK-kelas 1 SD dulu). Kawan” pun mengabadikan tariannya dengan camdig atau kamera ponsel. Sayang, karena flashdiskku rusak, aku jadi gak bisa memajang fotonya di blog :(
Acara pembukaan kemudian dilanjutkan dengan pidato ilmiah yang diisi oleh Gilang, delegasi yang juga ketua HMJ Geografi UI dan ketua Ikatan Geograf Indonesia (IGI), Pak Suratman W. Setelah Jum’atan, kongres dengan agenda sidang pun dimulai. Jujur, aku gak menyukai persidangan, apalagi kalau waktu sidang habis termakan ketika membahas tata tertib. Benar saja, sidang baru berakhir jam 1 malam (tentunya dengan beberapa kali break) dengan hanya sempat membahas tata tertib sidang. Itu pun akan dilanjutkan besok sore, setelah pulang dari field trip ke lab. alam geospasial Parang Tritis dan berkunjung ke salah satu perusahaan bakpia patok (mendelete kunjungan ke Kaliurang, melihat daerah yang menjadi aliran lava Gunung Merapi. Lagi” gak ke sana). Sungguh melelahkan.
Karena sidang berakhir lewat tengah malam, kami pun terpaksa pulang jalan kaki. Untungnya rame”, jadi gak begitu terasa jauh. Sepanjang jalan kami saling bercerita dan bergurau. Kantuk yang terasa ketika sidang pun hilang sesampainya di homestay. Bukannya segera tidur, kami malah becanda sambil nonton tv di ruang tengah. Alhasil, lewat jam tiga kami baru tewas.

Sabtu, 23 Februari 2008
Field Trip to Lab. Alam Geospasial Parang Tritis (Paris)

Waktu KKL I kemarin kami gak berkunjung kemari (ntah kenapa). Di sini kami mendapat penjelasan singkat mengenai berdirinya lab. alam Paris, ekosistem pesisir, dan tentunya gumuk pasir dari Pak Wayan (pimpinan lab. alam Paris). Di sini pun aku baru tahu loh kalau dahulu kala ada Gunung Parang Tritis. Tapi akibat erupsi dan fenomena geologis-geomorfolis, gunung itu sekarang ya menjadi wilayah Parang Tritis seperti sekarang. Akibat Gunung Parang Tritis itu juga makanya di daerah Parang Tritis bisa ditemukan sumber mata air panas.
Setelah mendengar penjelasan dan melakukan tanya jawab dengan Pak Wayan, kami menjelajahi sudut” lab. alam Paris dan berfoto bersama di luar gedung lab. alam Paris. Seru banget! Terasa kebersamaan peserta kongres semakin kuat. Diperjalanan pulang ke Kota Yogyakarta, panitia sengaja meminta pak supir bus untuk mengambil rute yang bisa menampakkan pemandangan Pantai Parang Tritis (termasuk gumuk pasir, tebing karang, dan pemukiman yang berada di sekitarnya). Kami juga melewati daerah gumuk pasir yang biasa digunakan penduduk setempat untuk shalat Id juga untuk latihan manasik haji (asik banget yach bisa manasik haji di Gurun Arab pura”, hHe…).
Sebelum ke homestay ® kampus, kami berkunjung ke sebuah perusahaan bakpia patok. Asik juga yach ternyata melihat para pegawai membuat bulatan” bakpia. Setelah dicoba ternyata gak segampang kelihatannya loh! Aku sendiri cukup membuat dua buah, 1 yang isi kacang hijau, 1 yang coklat. Setelah itu aku lebih memilih melihat proses pembuatannya sambil memakan bakpia patok gratisan yang disediakan untuk kami nikmati (o^.^o)v
Sampai di homestay rata” kami tewas! Saat bus jemputan datang, kami baru bangun. Akhirnya pak supir harus benar” sabar menunggu kami di setiap penjemputannya :)

Aku rada heran waktu melihat kawan”ku (delegasi UM yang gak sehomestay dan serombongan denganku saat berangkat ke Yogya) sudah terlebih dahulu berada di kampus. Padahal kawan” dari delegasi lain gak ada. Mereka pun membawa semua bawaan mereka. Ternyata mereka diusir oleh panitia lantaran gak bisa bayar penuh kontribusi kongres. Separuh doank! Mau tidur dimana mereka? Entahlah. Mungkin jadi gelandangan atau tidur di rumah Pak Agus, dosen kami yang tinggal di Yogya. Tapi sayangnya hal ini menjadi konflik internal bagi.
Pertama, Bayu tiba” izin pulang di tengah forum. Katanya ada urusan akademik yang mendadak. Aku sendiri bingung karena setahuku gak ada urusan akademik yang harus Bayu urus. Di akhir pekan pula walaupun dia membolos satu hari dari sekolah tempatnya PPL. Trus, ketika break ishoma (Magrib-Isya), kawan”ku itu bilang pada kami malam ini terpaksa gak mengikuti sidang karena harus pergi ke rumah Pak Agus untuk mendapat tempat bernaung malam itu (daripada harus menggelandang semalam). Tapi mereka berjanji besok akan kembali mengikuti sidang.
Shit!! Aku bete banget jadinya. Aku marah kepada mereka habis”an. Padahal sidang sudah membahas hal” yang semakin kompleks. Ini yang gak aku suka dari mereka. Apalagi ketika salah seorang dari mereka berkata,
“Inilah kesalahan kita, membawa cewek” cantik untuk mengikuti kongres,” ketika kami menyatakan keberatan kami kalau mereka tidak mengikuti sidang pada malam itu, meninggalkan kami untuk mengikuti sidang selanjutnya (after break until finish that nigt). Menyebalkan banget kan?!
Boleh aku membela diri?!
Guys, kalau kami bukan cewek”, saat itu mungkin kami pun akan jadi pecundang kayak kalian. Kami memang polos, lugu, dan gak bisa main politik. Tapi kami keinginan untuk menghidupkan dan memajukan IMAHAGI. Dengan alasan itu kami akan buktikan kalau kami bisa membawa nama UM dengan citra yang baik.
Kalian kelihatannya saja punya tekad bulat menjadi delegasi UM atas biaya sendiri dan membawa visi-misi merevitalisasi IMAHAGI dan agar Sekjen IMAHAGI bisa dijabat oleh delegasi UM (aku sampai mempertanyakan ketulusan mereka untuk menghidupkan lagi IMAHAGI alias datang hanya sekadar untuk memperoleh puncak kepemimpinan IMAHAGI). Tapi ternyata cemen (pengecut). Gak berani menanggung akibat dari perbuatan kalian sendiri. Daripada jadi pecundang aku lebih baik pulang dan gak menampakkan diri lagi di sidang. Inilah akibat dari pergi satu tujuan tapi gak sefaham.
Sori guys, aku tahu gak semua dari kalian sebenarnya gak bisa membayar penuh dan menginginkan hal di malam itu terjadi. Kalian hanya berlaku solid. Tapi saat itu aku benar” kecewa sama kalian. Kebulatan tekad kalian ternyata begitu rapuh sampai gak berani menggelandang semalam (walau untuk alasan kesehatan).
Malam itu delegasi UM yang mengikuti sidang tersisa aku, Tendo (jadi presidium II), Adi, Candra, Lia, dan Amel. Aku pun jadi kasihan dengan Adi, Candra, Lia, dan Amel. Sebelumnya mereka itu gak mengerti apa itu IMAHAGI. Mereka ikut ke Yogya atas ajakan Tendo dan mengira kegiatan yang akan mereka ikuti berupa seminar mengenai IMAHAGI. Mereka juga gak berpengalaman mengikuti sidang sehingga gak berani untuk ikut aktif di sidang itu (walau akhirnya sedikit demi sedikit Lia dan Amel unjuk bicara). Aku pun jadi malu atas tindakan kawan”ku yang meninggalkan sidang tanpa izin panitia, presidium, dan forum. Aku hanya bisa bilang,
“Sori, aku gak bisa menjelaskan kenapa mereka meninggalkan sidang,” ketika kawan” yang lain bertanya. Untungnya mereka memaklumiku. Mereka berkata cukup kehilangan kawan”ku karena delegasi UM memang aktif di forum dan sejak mengikuti kongres ini tentunya kami menjadi sebuah keluarga, satu kesatuan dalam IMAHAGI.
Thanks guys, kalian memperlakukanku dengan sangat baik dan benar” menghiburku malam itu sehingga aku gak terlalu memikirkan kelakuan kawan”ku yang membuatku sangat kesal dan kecewa.

Minggu, 24 Februari 2008
Akhir dari Kongres IMAHAGI

Sidang masih berlanjut sampai pukul 2 malam. Padahal malam Minggu dan di agenda kegiatan seharusnya malam itu kami bisa santai. Aku telah merencanakan untuk menghubungi kawan”ku yang kuliah di Yogya dan mengajak ketemuan. Tapi gak apalah, saat itu IMAHAGI menjadi sesuatu yang berarti bagi aku. Lagipula, kapan lagi aku bisa ikut serta dalam kegiatan ini kalau gak saat itu mengingat aku gak berencana untuk memperlama masa studi S1-ku?!
Sebenarnya malam itu aku ingin menyelesaikan sidang walaupun sampai pagi. Tapi karena panitia gak bisa memberi izin menggunakan gedung fakultas untuk keperluan sidang, sidang pun akhirnya ditunda sampai besok paginya. Forum memutuskan masing” komisariat mengirimkan satu delegasinya mengikuti forum kecil di homestay untuk membahas rekomendasi dan pernyataan sikap yang akan difloorkan di sidang besok. Dari UM aku yang mewakili mengingat hanya aku yang malam itu dapat bertahan, apalagi aku yang tertua di antara kami ber-6. Tendo, walau menjadi presidium II, sudah tewas duluan di tengah sidang (izin keluar lalu tidur di teras fakultas) dan adik”ku yang lain sudah menunjukkan tanda” keredupan, sisa 5 watt.
Kami kembali pulang ke homestay dengan jalan kaki. Kami menyisiri jalanan Kaliurang (kampus UGM ® homestay) sambil bersenda gurau lalu rapat kecil di homestay sampai jam 4 pagi, diiringi rintik” hujan yang mendinginkan sisa malam Minggu yang benar” menjadi malam yang panjang (dan melelahkan) bagi kami kala itu.
Saat itu aku sangat bersyukur karena berkumpul dengan kawan” yang sangat menyenangkan walaupun baru 2 hari saling mengenal. Anton dan Catur yang sering menggoda dan membuatku tertawa, obrolan bersama Rudi dan Yoyok mengenai kebrengsekan cowok yang punya naluri alamiah untuk jadi seorang playboy serta seru dan lucunya obrolan kami seputar petai dan jengkol, obrolan bersama Rudi yang membahas film, buku, dan lagu” yang keren banget bagi kami dan berbau geografi banget, akang Gelar yang logatnya Sunda banget, Arif Budiyanto yang sering kurang ajar sama aku (teteh ketemu gede-nya), serta obrolan dan kisah seru lainnya saat bersama kawan” baruku itu.
Akhirnya rapat kecil itu menghasilkan 8 rekomendasi yang akan diberikan kepada Sekjen IMAHAGI terpilih yang antara lain berisi rekomendasi untuk memperkuat jaringan IMAHAGI (menghubungi universitas” yang memiliki fakultas/jurusan/prodi geografi, termasuk membuat web IMAHAGI yang baru—yang lama nebeng di geocities) dan memperkukuh keberadaan IMAHAGI (menghubungi dikti, IGI, dsb).
Kami pun berhasil merumuskan pernyataan sikap IMAHAGI atas permasalahan yang sedang dihadapi bangsa yang berupa “Geography for Indonesia”. Di dalamnya membahas mengenai potensi” yang dimiliki Indonesia, permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia akibat masyarakatnya buta akan geografi, serta solusi yang mengajak seluruh masyarakat untuk mengenal, mencintai, dan menanamkan pendidikan geografi sejak dini demi keutuhan dan kesejahteraan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Besok paginya sidang kembali digelar. Sisa pembahasan ART, GBHK, dan rekomendasi berlangsung dengan cepat (puff, coba dari awal seperti ini, akan lebih banyak waktu untuk beristirahat/ada banyak waktu untuk menyusun kepengurusan Pegurus Besar dan progker). Kawan”ku pun datang (walaupun datang terlambat dan meminta izin untuk kembali mengikuti sidang).
Pembahasan cukup “panas” terjadi saat perumusan ketentuan calon Sekjen. Pencalonan pun di mulai. Ada 4 orang calon (dengan 2 komisariat menyatakan abstain). Tapi saat ditanyai kesediaan mereka menjadi Sekjen, hanya 2 yang bersedia (Galih dari UM dan Mashudi dari UNY). Kedua calon yang bersedia dipilih menjadi Sekjen IMAHAGI pun melakukan orasi secara bergiliran. Tata…, saat pemilihan Mashudi jauh lebih unggul dibandingkan Galih. Yach, Mashudi memang bergerak lebih dahulu dibandingkan Galih.
Mashudi (dengan kawan” UNY tentunya), sebelumnya telah mengadakan sarasehan yang membahas kevakuman IMAGAHI. Sarasehan itu sendiri dihadiri oleh beberapa komisariat (termasuk dari UNLAM yang entah kenapa saat kongres ini gak ada satupun delegasinya yang hadir. Saat mengetahui aku seorang Akasel—Anak Kalsel, kawan” guyon, “Rin, anggap saja kehadiran kamu di sini selain menjadi delegasi UM juga menjadi perwakilan dari kawan” geografi di Kalimantan”. Padahal aku gak mengenal satu pun anak geografi UNLAM. Sebenarnya ada seorang sepupuku di sana, tapi kami gak pernah bertemu dan gak saling mengenal). Hasil dari sarasehan itulah yang akhirnya melahirkan kongres IMAHAGI kemarin.
Kongres selesai, kami semua bersiap kembali ke daerah, ke komisariat masing” untuk membawa hasil ketetapan kongres.
Aku berpisah dengan kawan” UM. Tendo, Adi, candra, Amel, dan Lia pulang malam naik bus. Tapi sebelumnya mereka melanjutkan petualangan kecil mereka di Yogya dengan menghampiri Malioboro (sebelumnya mereka sudah sempat ngemper di Prambanan pada malam kedatangan mereka lalu berkeliling Yogyakarta naik Trans Yogya yang mirip” busway dan baru beberapa waktu ini beroperasi. Masih promosi pula! Sekali perjalanan ditempuh dengan hanya membayar seribu rupiah. Aku sebenarnya ingin ke Prambanan dan naik Trans Yogya, tapi belum dapat kesempatan). Sedangkan Adip, Daniel, Aris, Rika, dan Galih pergi terlebih dahulu dijemput Pak Agus. Entah mereka akan pergi kemana terlebih dahulu sebelum pulang ke Malang. Apakah Aris jadi melanjutkan perjalanan ke Jakarta dan Daniel mampir dulu di Salatiga, aku gak tahu. Aku sendiri baru akan pulang keesokan harinya. Kami berpisah dengan kawan” baru setelah seru berfoto bersama.
Guys, kalau kalian baca blog ini, kirimi aku foto” kita kemarin dunk… Semoga kita dapat terus menjalin tali silaturrahim. Nice to know u guys… See ya next time, I hope soon ^.^/~~
I lop u all :)

Ceritaku di Yogyakarta gak berakhir sampai di situ loh coz aku kan Senin baru pulang.
Aku minta Andrie menjemputku di UGM coz Yo chan gak bisa segera menjemput. Ada kerabat keluarganya baru meninggal. Dia pun harus menghadiri resepsi pernikahan kawan sekampusnya. Mau ke rumah Pipiet, ternyata neneknya baru meninggal dan saat itu dia harus mengantar ortunya ke stasiun karena mau balik ke Jakarta. Akhirnya Andrie membawaku ke kostnya. Habis Magrib kami makan malam di Kindai.
Kindai ini adalah warung masakan Banjar yang cukup terkenal di Kota Yogya. Jadi tempat gaul pula! Kata adingku, Kindai pernah loh masuk ke acara Wisata Kuliner. Maknyus lah!! Aku jadi ingin memanjakan lidahku dengan makan masakan banua (sebutan urang Banjar untuk kampung halaman). Coba di Malang ada yang seperti ini, aku pasti bisa sering” makan masakan Banjar. Habis di Malang rasa masakan Banjarnya standar (katanya ada satu yang enak, di daerah Jegger Ayam. Tapi aku belum pernah ke sana). Habis gak gampang mencari masakan Banjar yang seenak di Banjar, hHe… :p
Setelah dinner di Kindai, kami janjian dengan Yo chan di Amplaz (aku lupa kepanjangannya Plaza apa). Tempatnya besar dan luas banget! Malang Town Square (Matos) kalah deh. Duta Mall Banjarmasin juga. Karena rumah Yo chan jauh dari kost Andrie, kami pun memutuskan untuk mengambil barang”ku keesokan harinya. Apalagi malam itu Yo datang bersama papanya. So, malam itu aku tidur mengenakan pakaian Yo (asli, rumah Yo jauh banget!! Masuk” kampung gitu deh. Kata Andrie sih gak jauh dari tempat KKNnya). Malam itu aku tidur dengan sangat nyenyak setelah ber-curhat” ria dengan Yoan.

Senin, 25 Februari 2008
Sehari Bersama Yo Chan

Karena aku tidur dengan nyenyaknya (kecapekan banget), Yo chan sampai gak tega membangunkanku. So, seharusnya pagi kami gtg to Kampus Atmajaya karena Yo mau mengumpulkan revisi PKL dia di sebuah stasiun TV lokal di Kota Solo beberapa bulan lalu, hampir tengah hari baru kami berangkat. Pagi itu aku baru sadar kalau aku lupa send SMS to Ettong, sahabatku yang lain yang kemarin ultah ke 22. Aku langsung send SMS ke dia (Et, dah maapin aku lo?!).
Finally, after take a bath n milk a glass of milk, we going to Atmajaya University. Mentereng loh bangunannya. Kata Yo, jurusan Ilmu Komunikasi Atmajaya tuh cukup diperhitungkan. Makanya dia memilih mengambil jurusan ilkom di Atma, dibandingkan di PT lainnya. Setelah itu, kami breakfast. Yo menanyaiku mau makan apa pagi itu, yang jarang” aku temui/makan di Malang. Gudeg, kemarin aku sudah makan (panitia, gudeg kemarin tuh enak loh. Suer! Gak pedas pula. Napsu makannya jadi besar :p). Setelah sedikit mikir dan berembuk, kami memutuskan untuk sarapan di… Kindai! Alasannya, waktu sama Andrie menu yang aku makan kan Soto Banjar. So, aku kan juga harus nyoba yang nasi kuning masak habang (aku pesan yang pakai sambal goreng hati) :p
Di sana untungnya aku kembali bertemu dengan kawan lama. Baru saja kami membicarakan Anggie, eh dia datang dan duduk gak jauh dari kami. Kami pun akhirnya reuni kecil”an :) Aku baru akan pulang nanti malam (karena ternyata travel = bus. Rute ke Malang hanya dua kali sehari, pagi dan malam). So, waktuku masih cukup panjang untuk menghirup udara Yogyakarta. Aku dan Yo lalu pergi ke Malioboro. Beli celana kolor batik pesanan mba kostku, beli daster dan baju batik to mama, dan tas bernuansa gothic to aku dan Ifit pakai kuliah+jalan” (cewek memang gak bisa dipisahin hidupnya dari shopping ^.^v).
Karena ortu tahu saat itu aku sedang berada di Malioboro, aku diharuskan ortu deh berkunjung ke rumah bu’de Wid (apa nenek ya?!) yang tinggal di Jalan Gowongan Kidul (dekatnya Jalan Mangkubumi). Waktu kecil, aku tuh lumayan dekat ma beliau. Sering diajak jalan gitu kalau abahku yang ngantar” beliau kemana” :) Wajah beliau gak beda jauh sih dari terakhir kali aku lihat sekitar 18 tahun lalu (sudah lama banget!!) walau nampak beliau gak lagi muda. Bu Wid hepi… banget dikunjugi olehku. Kayak acara nostalgia gitu deh jadinya! Alhamdulillah aku juga sempat ketemu Pak Wid dan Mas Papang (cowok banget euy sekarang, hHe…) yang baru pulang saat aku mau pamit.
Trus aku dan Yo kembali menyusuri jalanan Yogyakarta, ke kost Andrie ambil barang. Ketemu Ka Zamakh di sana. Kami berempat jadi ngrumpi dulu deh! Menjelang petang aku dan Yo kembali ke rumah (mampir beli tempura dulu tapi, lapar c!!). Habis makan malam (satenya enak Yo), gak lama kemudian supir travel bilang sudah ada di jalanan sekitar Bandara Internasional Adi Sucipto. Berarti aku sudah harus bersiap. Yo dan papanya mengantarku sampai depan jalan utama (seperti yang kubilang di awal, rumah Yo tuh jauh di pelosok kampung!). Hiks hiks, berakhir sudah masa liburan singkatku :”( Yo, see u soon… Pipiet, Dede, Dodi, dan sahabat”ku tercinta yang berada di Yogya, sore ya aku gak bisa berkunjung ke tempat kalian. I miss u all. Tapi ada daya kita belum bisa bertemu, semoga segera :)
L300 yang kutumpangi pun melaju menuju Kota Solo, menjemput penumpang lainnya. Di dalam, sudah ada seorang penumpang. Oonnya aku lupa tanya nama beliau (sudah bapak”, makanya pakai kata beliau). He’s a Dutch. Come to Indonesia (Malang) to invite his friend. But, bcoz my English isn’t well, we just talking a little. Duh, sudah ada kesempatan ngobrol” ma bule (coz di Bali kemarin aku gak ada kenalan/just say hi ma bule), akunya yang gagap, sungkan ngomong gara” vocab Englishku kurang banget. Malu gitu deh! Nasip!! Kayapa mu ambil S2 atau kuliah di abroad kalau belum gape bahasa internasional. Terakhir, saat pisah dengan beliau karena aku yang diantar supir travel duluan ke tempat tujuan, aku hanya bisa bilang, “Goodbye, Sir,” dan mengurungkan niat untuk kasih beliau secarik kertas yang bertuliskan:
Hi, Sir. My name’s Rina. I’m a student in geography department, university of Malang. Sorry, I shy to talking much with u bcoz my English isn’t well. But, nice to meet u. Hope someday we can meet again and can talk more (parah banget kan Englishku?!).
Entahlah apa seharusnya aku memberikan kertas itu kepadanya/tidak. Tapi yang pasti aku jadi tahu satu hal. Ternyata walanda (orang Belanda, bahasa Banjar) juga gak tahan dingin. Di mobil sama dengan aku, beliau juga kedinginan. Kami malah sempat berbincang, sepakat untuk mematikan AC ketika pak supir keluar dari mobil. Tapi ternyata pak supir kembali menyalakannya. Finally, sepanjang perjalanan aku meringkuk dengan jaket dan tapih Baliku, beliau menghangatkan diri dengan sweater dan topi kupluknya.

2 comments:

  1. Wah jadi pengen ke Yogyakarta...

    Visit: http://www.tanahlot.net

    ReplyDelete
  2. salam kenal dari urang banjar jua

    ReplyDelete