Saturday, January 26, 2008

Me vs High Hills Kebesaran

Alhamdulillah akhirnya ayankku sudah sehat. So, aku bisa nonton lagi. Ada yang mengkawaniku begadang lagi (ok, sebelum pada mikir macam”, pacar that I mean’s laptop. Selain Zacky Kapten -> pacar impianku tentunya ^.^v). Aku pun bisa nulis” lagi (yang kali ini ditemani suara tiktiktik, bunyi hujan…).
Cerita kali ini ya seperti judul kali ini. Me vs High Hills Kebesaran (kebesaran di sini dalam arti sebenarnya loh!).
Sebenarnya sih aku gak terlalu bermasalah sama namanya high hills. Apalagi pantofel hitam baru yang kubeli khusus dalam rangka PPL ini berhak besar. Gak kurus apalagi meruncing. Masih bisa dibawa lari dengan enak gitu d! So, bermasalahnya sama ukurannya yang ternyata kebesaran (kata bijak hari ini: beli pantofel ternyata gak sama kayak beli sepatu kets. Belilah ukuran yang pas dengan kaki, bukan yang sedikit lebih besar dari ukuran kaki dengan alasan kalau pakai kaos kaki juga bakal pas. Like me, hiks!)
Cerita bermula tadi pagi...
Aku beli sepatu itu sudah beberapa minggu yang lalu (di Banjarmasin), tapi baru tadi dipakai (sebelumnya pernah sih, tapi baru beberapa langkah dari pintu kamar, sudah berasa sepatuku gak enak dipakai gara” kebesaran!). Sebelumnya, aku PPL kampus pakai sepatu hitamku yang teplek. Berhubung kayaknya kawan-kawanku enjoy aja pakai high hills mereka (ada yang runcing baik hak maupun mulut sepatunya kayak sepatu Aladin, teplek, ada juga yang kayak punyaku, berhak besar), akhirnya aku pun mengenakannya.
Ujung sepatu kukasih pengganjal. Beberapa langkah dari pintu kamar, ok! Lama-kelamaan kok masih gak enak dipakai ya?! Mau balik, ganti sepatu, keburu telat ntar. Ya sudah, membulatkan niat aku pun terus melangkah. Melangkah perlahan. Pletak-pletok, sreeet. Aku berjalan kayak orang gak pernah pakai high hills. Kayak orang yang kakinya kesemutan. Kelihatan babungulan!!
Akupun sms sohib senasib salah prodiku, Dian. Isinya +- gini (lupa c):
Cai*, kL bLm brangkat wait me ych. I’m in big trouble! Bntar Lg smpai kok
* Cai cuma kami gunakan ke sohib Ce. Co, sori ych...
Aku pun berlari-lari kecil (terlihat lebih waras gitu daripada aku memaksakan diri untuk berjalan santai) ke kost Dian. Ternyata dia sudah di kampus. Aku lalu melepas kaos kaki panjangku (demi PPL. Habis aku sukanya pakai kaos kaki semata kaki). Kalau aja sepatuku kayak ini salah satu penyebabnya karena pakai kaos kaki yang kayak stocking dan licin. Ternyata gak ngaruh. Aku benarin pengganjalnya. Sama, gak ngaruh juga!
Lewat jalan kambing lalu menyeberangi tangga pembatas antara wilayah ‘kampung’ dengan wilayah UM. Tapi, “pletak!” Aku tepelecok (btw, Bahasa Indonesia tepelecok apa ych?!). Sepertinya selain bakal telat kakiku pun terancam terkilir :”( Untung sekarang sudah mulai liburan, jadi kampus kalau pagi sepi. So, gak terlalu malu karena berjalan dengan onengnya (oneng = oon = babugulan).
Duh, GKB MIPA masih jauh. Kayak ini terus kasihan kakiku. Aku juga pasti bakal stres abis. Mumpung sepi, akhirnya dari depan FIP sampai ke MIPA aku nyeker. Kalau ketemu orang senyam-senyum dengan dengan PDnya. Sampai GKB aku langsung lari ke lantai II. Takut ketemu dosen, terutama dua dosen favoritku, Pak Darno dan Pak Komang yang kalau ke kampus bukannya mahasiswa yang tunggu dosen tapi dosennya yang nunggu mahasiswa datang. Soalnya hari pertama PPL kampus Pak Darno dengan suksesnya melihat penampakan mahasiswanya yang gak sepatuan apalagi pakai high hils kerepotan berjalan. Sedangkan Pak Komang, saat aku jogat-joget gak jelas coz lagi becanda sama Dian, beliau lewat dan dengan sukses melihatku kayak cacing kepanasan. Untung dari jauh, jadi beliau senyum doank).
Sesampainya di ruang 206 (untung guru pamong belum datang!), dengan bangganya aku nunjukin kakiku yang telanjang ke kawan”, terutama Dian, yang menyambutku penuh tawa riang. Aku lalu berusaha memperbaiki ganjalan sepatuku. Well, ternyata aku memang oneng. Ya jelas aja tetap longgar, cara aku nempatin ganjalannya salah :”( Akhirnya dengan penuh suka cita aku berucap, “Asik, akhirnya sepatuku gak longgar lagi...”, sambil berjalan-jalan seputaran kelas.
Kayaknya hari ini memang hari yang oneng banget buat anak” PPL di kelasku. Amris yang nyontek soal” di bukuku (gak ngerti pula!) buat dijadiin bahan mengevaluasi siswa gara” dia gak punya buku, Andra yang saat micro teaching dengan polosnya melipat-lipat RPP Amris yang akan dikumpulkan, Inggit yang dengan lahap menyantap mie goreng (yang sengaja dipesan) pedas banget biar aku dan Neneng gak bisa nyicip, dompetku yang ketinggalan akhirnya ngutang Dian, Dian yang ngajakin kucing ngomong (saking freak ma kucing), dll yang oneng” deh!
Duh, Senin mulai micro teaching. Pelajaran yang paling bikin aku mati kutu. Skak mat :”( Semoga gak nervous dan bisa nguasain materi, amin.
Laptopku chayank, jangan sakit lagi yach. Lop u soo much. p(“v”)q (oich, aku belum dapat ojek niy. Padahal bentar lagi aku masuk les dan PPL skul. Gak ada yang berminat ya?! Marasnya ih aku T.T

Malang, 18 Januari 2008

No comments:

Post a Comment