Saturday, May 15, 2010

Hujan


Ohhhhhh Remember when it rained.
I felt the ground and looked up high
And called your name.
Ohhhhhh Remember when it rained..
In the water I remain


Lagu yang dinyanyikan oleh Josh Groban ini sering kali mengingatkanku akan kenangan berhujan-hujanan bersama seseorang, juga beberapa orang. Membuatku senyum-senyum sendiri dan kadang merindukan suasana saat itu. Membuatku ingin kembali merasakan suasana yang sama bersama mereka, beberapa orang yang lain, tentunya juga bersama seseorang.

Entah kenapa aku menyukai hujan. Ketika hujan turun rasanya damai, tentram, nyaman (tentunya yang kumaksud bukan hujan badai plus halilintarnya yang menyambar kemana-mana ^.^v). Apalagi jika menikmatinya sambil duduk di pinggir jendela dengan membaca buku dan menikmati segelas teh hijau, cappucino, atau fresh milk hangat. Mmm… so yummy :D

Aku juga suka hujan-hujanan. Tentunya gak di tempat yang becek dan berpolusi. Secara, daya tahan tubuhku sudah gak kayak waktu kecil yang walaupun sering hujan-hujanan tapi gak gampang jatuh sakit. Tapi hal ini sudah jarang kulakukan. Yang sengaja loh ya. Kalau yang gak sengaja sering! Seperti ketika pergi atau pulang bekerja. Jas hujan pun jadi andalan untuk melindungi tubuh. Yach, walau tetap saja basah!

Hujan, bisa jadi berkah. Bisa juga jadi musibah. Bisa membantu petani yang lahannya sedang kekeringan. Bisa juga menjadi air bah bagi warga di sejumlah pemukiman. Tapi tanpa hujan, siklus air dan siklus kehidupan pasti akan susah berjalan.

Akhir-akhir ini aku suka mendengarkan lagu-lagu yang bertemakan hujan. Mungkin karena meski memasuki musim kemarau, hujan terus turun di Banjarmasin. Jadi rasanya mengena. Salah satu yang sering kudengarkan adalah “Mesin Penenun Hujan” yang dinyanyikan Frau, cewek Yogyakarta yang sepintas wajahnya (menurutku) mirip Sherina Munaf, yang pertama kali kulihat ketika dia menjadi bintang tamu di Kick Andy. Lagunya terdengar syahdu dan mengena dengan suasana hatiku.

Merakit mesin penenun hujan. Hingga terjalin, terbentuk awan
Semua tentang kebalikan. Terlukis, tertulis, tergaris di wajahmu

Keputusan yang tak terputuskan. Ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan. Kebalikan di antara kita

Kau sakiti aku, kau gerami aku. Kau sakiti, gerami, kau benci aku
Tetapi esok nanti kau akan tersadar. Kau temukan seorang lain yang lebih baik
Dan aku kan hilang, ku kan jadi hujan. Tapi takkan lama, ku kan jadi awan

Merakit mesin penenun hujan. Ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan. Kebalikan di antara kita

No comments:

Post a Comment