Monday, November 17, 2008

Nasib Si Waluh


Waluh alias labu. Buah (apa sayur ya?!) yang satu ini aku suka banget. Mulai jadi campuran di sayur bening, pais waluh, serabi waluh, … asal bukan kolak waluh aku suka. So, sedih dan mubazir banget rasanya saat seorang petani respondenku bercerita bahwa ada tetangganya yang berkebun waluh pernah memiliki 1000an waluh yang cuma bisa tergeletak pasrah di rumah. Gak terjual. Gak sepeser pun, kecuali biji” (kuacinya) laku di pasaran. Kalaupun terjual, harganya juga murah banget! Kok bisa?!

Mungkin penduduk di sekitar situ sudah tuhuk (sering banget) sampai mungkin merasa eneg makan waluh. Baik di campur ke sayur atau dibikin pais. Pemasaran untuk waluh sendiri katanya c cukup sulit. Tapi yang namanya aku suka makan waluh, rasanya gerah juga. Rasanya pingin… banget aku mengembangkan waluh supaya bisa jadi komoditas potensial. Kayak di Malang, ada toko oleh” yang bahannya dibuat dari waluh. Mulai dari roti, serabi, pokoknya kue” yang terbuat dari waluh. Enak dan banyak orang yang suka. Tapi apa daya, aku baru bisa bercerita bahwa waluh” itu perlu pertolongan.
Jika mereka bisa bicara mereka pasti berteriak dengan memelas untuk berkata
“Help us, please…!!”

1 comment:

  1. ulun kada tapi katuju lawan waluh :D
    gonolnya waluh nang tu?

    ReplyDelete