Wednesday, December 28, 2011

Holiday Trip so Fun, Tired, Lelempoan

Awal liburan sekolah ini aku ikut serta holiday tripnya para guru SMA PGRI 6 ke Kotabaru. Senang banget karena meski ga kenal dengan mereka semua (aku kenalnya cuma sama Helmi -> sesama tentor di PG, dan Ancoy -> sesama guru geografi), mereka welcome banget, menerima aku dalam rombongan holiday trip mereka.

bersama mereka inilah aku berlibur ^_^

Cukup kaget sih pas Helmi sms bilang kalau aku akan dijemput skitar jam 4 pagi. Ckckck… Jadi ingat zaman-zaman kuliah di Malang dimana kalau dapat flight pagi untuk pulang ke Banjarmasin supir travel bakal jemput sepagi buta itu. Alasannya sih biar bisa nyantai di jalan. Bisa mampir-mampir sehingga tidak tergesa-gesa untuk sampai ke tujuan. Kotabaru memang cukup jauh dari Banjarmasin, belum lagi kalau harus menunggu fery penyeberangan untuk menyeberang ke Pulau Laut, tempat Kota Kotabaru berada. Banjarmasin -> Batu Licin = 7 jam. Menyeberang Selat Laut dari pelabuhan di Batulicin (aku lupa nama pelabuhannya) -> Pelabuhan Tanjung Serdang = 45 menit. Tanjung Serdang -> Kotabaru = 1,5 jam. Kalau kata Orang Banjar, rapai tu pank awak (badan terasa amat lelah) selama perjalanan itu. Mana tumben-tumbennya aku mabuk darat di perjalanan (fiuh!).


Karena tidak satu pun dari kami orang Kotabaru, tidak banyak obyek wisata yang Pulau Laut yang kami ketahui. Sepulangnya pun (saat menulis postingan ini), dari internet tak banyak informasi yang bisa aku dapat. Sebenarnya aku pingin ke Pulau Burung (Tanah Bumbu) dan Pulau Sebuku. Tapi, karena rencana liburan ini cuma selama 3 hari, sepertinya tidak cukup untuk menjangkaunya karena letak satu tempat dengan tempat lainnya berjauhan. Jadinya, jika hanya Pantai Sarang Tiung dan Siring Laut Kotabaru dalam daftar trip kami.

*gaya itik lempo (^o^v

Meskipun holiday trip ini melelahkan, syukurnya kawan-kawan travelingku kali ini gokil abis. Ada saja kelakuan atau perkataan mereka yang bikin kami semua tertawa. Makin hepi lagi ketika di Kotabaru aku bisa bertemu kawan-kawanku semasa SMA: sahabatku (Rini twin) yang sekarang jadi guru di sana, si kembar Fadhil dan Washil yang sedang liburan di rumah om-nya. Jadi, holiday trip ke Kotabaru kali ini so fun, so tired, excited (ada horor & tegangnya juga soalnya), juga lelempoan. Pingin cerita lebih banyak tentang trip lelempoan ini sih. Tapi nulisnya capek! (hahaha… padahal karena ada sumting happen juga selama holiday :p). Pokoknya liburannya BERKESAN.

Sedikit info tentang Pantai Gedambaan dan Siring Laut Kotabaru.

1) Pantai Gedambaan (Sarang Tiung)

Pantai Gedambaan terletak sekitar 14 km dari kota Kotabaru, atau tepatnya di Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara. Aku pertama kali ke pantai ini 14 tahun lalu dan ternyata ekspektasiku belum jauh berubah tentang pantai ini. Pantainya masih sebersih dahulu.


Saat kami ke sana hujan turun cukup deras. Selain kondisi jalannya rusak (berlubang-lubang), topografinya yang berbukit-bukit cukup menyulitkan perjalanan, terutama jika tidak andal mengendarai motor/mobil. Pantai ini telah difasilitasi dengan cottage (harganya terjangkau kug dan luas satu cottage cukup menampung rombongan berjumlah 10 orang yang oke aja tidur 'numplek' ala pengungsi), mushola, warung makan yang jumlahnya cukup banyak, area parker yang luas, tempat duduk di sepanjang pantai, juga tentunya kamar mandi umum untuk membersihkan diri setelah bercebur.

Dari pantai ini kita bisa melihat banyak bagang-bagang para nelayan di hamparan selat yang terbentang. Jika air surut, akan terlihat laguna-laguna kecil bermunculan. Topografi Pantai Gedambaan memang landai. Saat kami berenang (saat itu air masih pasang), sampai beberapa meter jauhnya dari bibir pantai ketinggian air masih sebatas dada orang dewasa. Makanya ombak di pantai ini kecil karena breaker zone-nya cukup jauh, ratusan meter dari bibir pantai. Asalkan tidak habis hujan lebat disertai angin kencang, anak-anak kecil cukup aman untuk berenang di pantai ini. Kalau dari sisi yang agak mistis, dari banyak orang yang bilang ke aku, daerah ini merupakan daerah kerajaan/kota alam gaib yang bernama Saranjana). Jadi tidak mengherankan kalau beberapa di antara kami ada yang melihat penampakan makhluk alam sebelah meski aku ga tau penampakan yang mereka lihat itu 'penduduk Saranjana' atau bukan.

2) Siring Laut Kotabaru

Posisi siring ini strategis. Tepat di depan pusat pemerintahan Kabupaten Kotabaru. Standar tempat-tempat bersantai keluarga yang ada di Kalsel lah, pasti di sekitarnya bertaburan warung-warung makan. Siring ini memang tidak jauh berbeda dengan Siring Sudirman (depan Sungai Martapura Banjarmasin), siring depan kantor Walikota Banjarmasin (Pelabuhan Lama), siring depan kantor bupati Kab. Batola, atau siring (pelabuhan barang) yang ada di Kuala Kapuas. Tapi, kalau siring-siring yang kusebutkan di atas untuk menahan abrasi/gelombang sungai, siring di Kotabaru ini berfungsi untuk menahan abrasi gemburan ombak laut (selat).



Menurutku, obyek wisata di Kalsel memang belum digarap dan diekspos sebagus obyek wisata di provinsi lain yang pernanh kudatangi (Bali, Jawa Timur, Yogyakarta). Tapi, rasanya belum pas jika kita sering jalan-jalan ke ‘kampung orang’ sedangkan ‘kampung sendiri’ tidak masuk ke dalam list destinasi kita jika ingin mengisi masa liburan.

Wednesday, December 7, 2011

MGMP Geography Banjarmasin Trip to Pulau Kaget

Sudah lama aku ingin berkunjung ke Pulau Kaget. Akhirnya, Rabu (23/11) kemarin aku bersama beberapa kawan di MGMP Geografi Banjarmasin sampai juga ke pulau itu. Tidak mampir sih, hanya mengelilingi pulau menggunakan kelotok (perahu bermotor) karena di pulau itu memang sengaja tidak dibuatkan dermaga untuk kelotok bersandar.
Pulau Kaget tidak sepopuler Pulau Kembang yang letaknya tidak begitu jauh dari pasar terapung Kuin. Padahal, Pulau Kaget merupakan habitat bekantan (Nasalis larvatus), monyet berhidung panjang yang menjadi maskot Provinsi Kalimantan Selatan. Mungkin karena jaraknya yang cukup jauh, sekitar 1,5 jam perjalanan naik klotok dari pusat Kota Banjarmasin. Jadi, cukup banyak yang tidak mengenal pulau ini.

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976, Pulau Kaget ditetapkan sebagai kawasan cagar alam. Dalam perkembangannya, kawasan ini mengalami degradasi dengan matinya seluruh pohon rambai sebagai pakan utama bekantan sehingga dilakukan rehabilitasi kawasan. Oleh karena itu, maka kawasan Pulau Kaget dirubah fungsi menjadi Suaka Margasatwa pada 27 September 1999.

Pulau yang terletak dekat muara Sungai Barito ini memiliki flora dan fauna khas hutan mangrove, seperti rambai (Sonneratia caseolaris), nipah (Nypa fructicans), bakung (Crinum asiaticum), jeruju (Acanthus ilicifolius), juga habitat bagi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), elang laut perut putih (Heliaetus leucogaster), elang bondol (Haliastur indus), serta raja udang biru (Halycon chloris). Pulau Kaget sendiri merupakan sebuah delta yang terletak di tengah-tengah Sungai Barito dan masuk ke dalam wilayah Kecamatan Tabunganen, Kabupaten Barito Kuala.



Ada yang bilang cukup sulit menemukan sekawanan bekantan jika hanya menyisir pulau itu dari sungai. Apalagi, bekantan terkenal pemalu jika bertemu dengan manusia. Mereka akan memilih lari dan bersembunyi. Berbeda dengan para monyet yang justru ingin terlihat eksis jika bertemu dengan manusia. Alhamdulillah, kami beruntung. Ada sekelompok bekantan berjumlah sekitar sepuluh ekor sedang bermain dengan riang terlihat dari tepian. Sayangnya, karena hanya bermodal kamera saku, kami tidak berhasil mendapatkan foto yang bagus dan jelas karena jarak kawanan bekantan dari kelotok memang cukup jauh.

“Tidak dapat dipastikan berapa jumlah populasi bekantan di Pulau Kaget saat ini karena tidak ada yang melakukan perhitungan populasi bekantan”, kata salah satu kepala desa (aku lupa namanya) yang aku tanyai ketika kami singgah di Kecamatan Tabunganen. Jumlah kasar populasi bekantan yang ada berkisar (lupa nyatat! Seratus apa lima ratus ekor, ya?! Heee…..). Areal Pulau Kaget pun masih banyak yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Jika terus dibiarkan, hal ini akan mengganggu kehidupan para satwa endemik Kalimantan yang berstatus diambang kepunahan ini.
Semoga habitat bekantan di Pulau Kaget juga daerah lainnya di Kalimantan dapat terus terjaga sehingga aku dapat melihat mereka kembali, begitu juga anak cucu dan generasi kita berikutnya, masih dapat melihat kawanan bekantan sedang bermain dengan gembira di habitat aslinya.

Bacaan:
- Bekantan
- B E K A N T A N (Nasalis larvatus)
- Ekspedisi Pulau Kaget 2008