Saat itu, di kelasnya profesor cantik, beliau bertanya
tentang alasan kami mengikuti program beasiswa yang sedang kami jalani ini.
“Piknik!” begitu jawaban salah satu dari kami. Hahahaa…. Jawaban anak geografi
banget! Siapa sih anak geografi yang tak suka piknik? *yang jelas bukan aku*
Jawaban tersebut tentu hanya candaan untuk
menghidupkan suasana kelas yang mulai diisi pertanyaan: Tesismu tentang apa?
Proposalnya sudah sampai mana? Kapan maju presentasi? *langsung speechless.*
Tentu tak ada satu pun dari kami yang mau terbang dari
Kalsel ke Malang, pisah dengan keluarga untuk kembali ke bangku kuliah, hanya
agar bisa piknik. Tak akan ada yang namanya begadang mengerjakan tugas, panas
dingin sebelum presentasi, memutar otak ketika ada diskusi kelas, gelisah
karena tugas belum selesai, dan menahan agar mata tak terpejam saat kantuk
melanda di tengah berlangsungnya perkuliahan, jika kami tidak serius menjalani
program ini. Tapi hari-hari kami juga tak melulu diisi dengan belajar belajar
belajar. Ada kalanya kami ‘piknik’ untuk me-recharge
semangat dan tenaga, meski tak semua anggota kelas dapat ikut serta.
Pantai
Gua Cina
Malang,
24 Juli 2016
![]() |
Geosong at Pantai Gua Cina |
Pantai Gua Cina di Kabupaten Malang, Jawa Timur,
tepatnya di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Lokasi pantai
ini berjarak sekitar 60 km dari Kota Malang dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
Untuk menuju Pantai Gua Cina, maka arah yang ditempuh adalah arah menuju Pantai
Sendang Biru karena pantai ini berada sekitar 5 km sebelum Pantai Sendang Biru.
Petunjuk arah menuju Pantai Sendang Biru cukup mudah ditemui di sepanjang
perjalanan dengan kondisi aspal yang cukup baik. Namun karena melewati
bukit-bukit maka sebagian perjalanan akan melalui jalan yang
berkelok-kelok dan sempit.
Ini trip
pertama kami. Meski tidak semua dapat ikut karena jumlah motor yang ada tidak
sebanyak jumlah kami sekelas. Ini pun pertama kalinya aku ke pantai ini setelah
sebelumnya hanya menikmatinya dari foto kawan-kawan yang sudah pernah kesana.
Pantainya cantik. Bersih. Tapi not
recomended untuk berenang karena
ombaknya yang besar. Pantai Gua Cina memang menghadap langsung ke laut lepas,
Samudera Hindia.
Pantai ini dinamakan
Gua China karena di bukit tepi pantai terdapat sebuah gua yang menurut cerita
masyarakat setempat digunakan oleh seorang pertapa China untuk bersemedi. Pertapa
tersebut katanya meninggal di gua itu. Hal itu diketahui ketika seseorang
masuk, hanya ada tulang belulang sang biksu dan tulisan Mandarin di
langit-langit gua. Mitosnya, gua ini juga sering dijadikan tempat mencari
‘nomor keberuntungan’, hingga saat ini. Kami tentu tak melewatkan untuk
memasuki gua ini. Tapi karena guanya kecil dengan langit-langit yang rendah,
kami hanya masuk sebentar kemudian kembali asyik menikmati birunya pantai
selatan dengan debur ombaknya yang besar.
Perjalanan kami
lanjutnya. Kali ini kami mengunjungi pantai sendang biru yang letaknya tidak
berjauhan dari pantai gua Cina. Pantai ini merupakan pelabuhan bagi nelayan
tradisional. Perut yang sudah kelaparan membawa kami mampir ke warung makan
yang memang banyak terdapat di pantai ini. Sebagai pantai tempat bersandarnya kapal
para nelayan, menu yang terdapat di warung-warung sekitar pantai sendang biru
apalagi kalau bukan ikan laut! Nyaaaammm…
![]() |
lanjut ke pantai sendang biru |
![]() |
kelaparan. akhirnya pesta ikan bakar di pantai sendang biru |
![]() |
pulangnya mampir ke mesjid Turen, sekalian sholat magrib |
Pantai
3 Warna (Konservasi Clungup)
Pantai tiga warna berada di kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC), Malang
selatan yang dikelola oleh lembaga Bhakti Alam, Sendang Biru. CMC ini meliputi pantai
tiga warna sebagai obyek wisata utama / pantai pathuk pantai watu pecah /
pantai weden rusak pantai savanna pantai mini / pantai toronto pantai gatra
pantai clungup pantai teluk asmoro pantai bangsong / juga pantai tomen. Satu lokasi dengan banyak pantai menjadikan
perjalanan ini tidak tanggung-tanggung mengingat lokasinya cukup jauh dari
pusat Kota Malang. Sekitar 60 km atau lebih kurang 2,5 jam perjalanan.
Pertama ke tempat ini, aku pergi bersama adik dan adik-adik di asrama
Kayuh Baimbai Putra pada 17 Juni 2015 lalu. Karena kami baru sampai di CMC
lewat tengah hari, ditambah acara foto-foto, saat itu kami hanya dapat
mengunjungi pantai clungup, gatra, tiga warna, dan watu pecah. Beruntung, meski
saat itu air sedang surut sehingga terumbu karangnya terlihat di permukaan,
kami dapat menikmati keindahan gradasi pantai tiga warna dan dapat mengeksplor
bibir pantai lebih luas. Kunjungan keduaku kesana, selain sempat kehujanan di
perjalanan, CMC yang semalaman diguyur hujan membuat air pantai keruh dan
sampah “kiriman” banyak terdampar di pantai tiga warna.
![]() |
untuk masuk ke kawasan pantai, terlebih dahulu kita akan melewati hutan mangrove Clungup |
![]() |
pantai gatra |
Ada beberapa hal yng perlu diketahui jika ingin berkunjung ke pantai ini.
1. Harus reservasi/booking terlebih dahulu
Reservasi ini berlaku jika ingin ke pantai tiga warna. Kalau hanya ingin
ke pantai clungup dan pantai gatra, tidak perlu reservasi. Reservasi minimal 2
minggu sebelum hari kunjungan dan mereka tidak melayani pemesanan apabila kuota
perhari (100 orang pengunjung) telah terpenuhi.
2. Kamis libur.
3. Tiket yang dibayar adalah parkir IRD 5k dan donasi
untuk 1 bibit mangrove sebesar IDR 10k.
4. Harus didampingi local
guide.
Jika hanya berkunjung ke pantai clungup dan gatra, selain tidak perlu
reservasi, juga tidak perlu menyewa local
guide. 1 local guide mendampingi
maksimal 10 orang (1 kelompok) dengan biaya IDR 100k. Kenapa harus pakai local guide? Karena kawasan konservasi
ini luas! Jarak antar pantai harus ditempuh dengan trekking di jalan setapak melewati hutan mangrove, hutan pantai, kebun-kebun.
Sebelum memulai perjalanan, local guide
akan menanyai apakah ingin rute short
trek (langsung ke pantai tiga warna) atau long trek (dapat banyak pantai). Mereka juga yang mengerti kondisi
CMC apakah air sedang pasang/surut dan trek yang dilalui aman atau berbahaya
(terutama jika datang sehabis hujan lebat).
5. Batas kunjungan maksimal 2 jam
Selain untuk menunjukkan jalan, fungsi local
guide lainnya adalah mengingatkan setiap pengunjung agar tidak melewati
batas waktu kunjungan. Hal ini dilakukan untuk menjaga ekosistem pantai tiga
warna.
Selama di pantai 3 warna, ada beberapa aktivitas yang bisa dilakukan.
Foto-foto (pastinya) di bibir pantai atau dari bukit karang yang ada di sisi
pantai. Dari bukit ini kita bisa melihat pantai sendang biru dari kejauhan. Hammocking sambil menikmati angin pantai
atau menontoni pengunjung lainnya. Juga snorkeling!
Pantai 3 warna memiliki terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang cantik. Untuk
snorkeling, pengunjung diwajibkan memakai pelampung agar tidak menyentuh
terumbu karang. Kedalaman airnya yang cetek
(dangkal), bahkan kalau air surut terumbu karangnya ada yang terlihat di permukaan
(seperti yang kusebut di awal) menjadikan peraturan ini memang diperlukan.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang rapuh dan amat penting. Kamu tidak
ingin jadi orang yang dicap merusak lingkungan kan tentunya?!
Terdapat persewaan snorkel dan pelampung. Jadi kalau malas bawa alat
sendiri bisa sewa di tempat ini melalui local
guide.
6. Tidak boleh camping
Pengunjung yang ingin camping di
kawasan CMC tidak diperbolehkan mendirikan tenda dan bermalam di Pantai Tiga
Warna. Spot khusus untuk camping adalah
Pantai Gatra. Biaya untuk camping/sewa lahan IDR 25k/nite. Jika tidak membawa
tenda, disediakan persewaan dengan harga IDR 25k/nite.
![]() |
with ading-ading FKMB at pantai 3 warna |
pantai batu pecah |
![]() |
atas: bersama ading sewaktu pertama kali ke 3 warna bawah: kedua kali ke 3 warna, sayang pantainya lagi keruh |
Alur untuk memasuki area CMC:
parkir → silahkan
berdonasi → checklist barang bawaan → masuk area konservasi → checklist pulang
sampah → ambil kendaraan → pulang.
Kebun
Teh Wonosari
Lawang,
14 Oktober 2016
![]() |
kolase foto-foto narsis kami di kebun teh Wonosari |

Akses menuju kebun teh Wonosari cukup mudah meski jalan yang dilalui sedikit menanjak dan
berkelok. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum. Jika memilih menggunakan kendaraan umum, rutenya dari
Kota Malang yaitu ke arah Surabaya dan turun di terminal Lawang kemudian naik
angkot jurusan Wonosari. Saat itu, kami pergi kesana beramai-ramai menggunakan
sepeda motor. Sekalian mampir ke rumah kakaknya kak Opy yang berada tidak jauh
dari lokasi kebun teh.
![]() |
mampir di rumah kakaknya kak Opy, disuguhi makanan...nyam :D |
Fasilitas yang dimiliki kebun teh Wonosari terbilang lengkap. Bagi yang
ingin menginap, terdapat pilihan mulai dari hotel hingga vila dan bungalow. Wahana
dan terdapat disana pun beragam. Saat itu, kami bertemu anak-anak dari SDIT
yang berasal dari Tuban. Mereka melakukan kegiatan outbond disana. Jauh-jauh
dari Tuban, tentu agrowisata ini memiliki kelebihan tersendiri untuk didatangi.
Menarik bagi kami tentu saja karena di Kalimantan Selatan tidak terdapat
perkebunan teh. Kalau kebun karet, kebun durian, atau kebun kelapa sawit mah
banyak!
![]() |
nge-gym gratisan :p |
Selain foto-foto narsis di kebun teh, kami juga mampir menikmati teh di
kedai yang ada di sana. Penasaran, aku mencoba teh putih yang dikenal memiliki
banyak khasiat. Tak lupa membelikan teh putih siap saji untuk mama yang memang sudah
lama minta carikan teh ini (tapi di Banjarmasin gak ketemu). Kami juga memesan
seteko teh hijau. Rasanya? Coba sendiri saja deh! J
Jam Buka dan Tiket Masuk
Kebun Teh Wonosari
Jam buka: 07.00 WIB
Jam tutup: 17.00 WIB
Tiket Masuk Hari Senin
Sabtu: Rp 8.000/orang
Tiket Masuk Hari Minggu/Hari
libur: Rp 12.000/orang
No comments:
Post a Comment