![]() |
air terjun tayak |
Barabai.
Rabu, 23 Maret 2016.
Setelah beberapa hari suhu udara
Kalimantan Selatan terasa panas (sekitar 32oC – 34oC, yang
oleh banyak orang dikait-kaitkan dengan peristiwa equinox), pagi itu langit
terlihat mendung. Jadi cemas kalau-kalau perjalanan kami hari itu akan gagal. Jauh-jauh
dari Banjarmasin, bukan hal ini yang aku inginkan. Tapi, selagi hujan belum
turun, selesai berkemas, sekitar pukul 7.15 wita, aku dan Juplek berangkat dari
Barabai menuju Kota Paringin, Kabupaten Balangan untuk bertemu dengan teman
seperjalanan lainnya.
Perjalanan dari Kota Barabai ke Kota
Paringin dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama satu jam. Rintik hujan
menemani perjalanan kami kala itu. Namun, cuaca memang sedang tidak mendukung
perjalanan kami. Sesampainya di Kota Paringin, hujan turun dengan derasnya.
Kami pun memutuskan singgah di warung Acil Barabai yang berada tak jauh dari
mesjid Al Akbar, Paringin untuk sarapan dan bertemu Dipong dan Ridha sambil
berharap hujan segera reda.
Lanjut atau batal?
Hujan tak kunjung reda, bahkan semakin
deras. Perjalanan pun masih jauh. Sempat galau mau lanjut atau batal, begitu
hujan mulai mereda, sekitar pukul sebelas, kami berempat memutuskan untuk terus
melanjutkan perjalanan. Apakah hujan benar-benar reda? Sayangnya tidak! Sama
seperti perjalananku mendatangi coban watu ondo dan coban watu lumpang, hujan
kembali membasahi kami hingga sampai ke lokasi tujuan.
![]() |
empat orang yang kecangkalan hujan-hujanan hunting air terjun |
Air terjun tayak berada di Dusun Hampang, Desa Uren, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan. Air terjun ini sedang naik daun di media sosial. Sebagai penyuka air terjun, aku pun turut mupeng dibuatnya. Berbekal informasi yang kudapat dari postingan Rahmadi F. Ramadhan di salah satu grup komunitas jalan-jalan yang sudah lebih dahulu kesana (sambil nanya ke warga sekitar juga sih biar yakin kami tidak nyasar), lewat tengah hari kami pun sampai di Desa Uren.
Kami disambut warga dengan ramah. Namun, hujan yang turun sejak pagi membuat mereka sempat tidak yakin air terjun aman untuk didatangi.
“Kami datang dari Banjar, kak. Jauh-jauh kesini masa disuruh pulang sebelum lihat air terjunnya? Kami gak memaksakan diri, kok. Kalau memang tidak aman, kita balik arah asal sudah mencoba untuk pergi kesana.”
Kurang lebih seperti itu permohonan kami agar ada warga kampung yang bersedia mengantar kesana. Untungnya ada. Kak Usan namanya. Dipandu Kak Usan, setelah trekking sekitar 45 menit melewati kebun karet dan hutan dengan tanjakan yang tidak terlalu banyak, kami sampai di air terjun tayak. Sayang, hujan yang turun sedari pagi membuatku takut mencapai air terjun karena aliran air yang cukup kuat. Padahal, jika kondisi cuaca sedang bagus dan aliran air tidak begitu kuat, air terjun ini dapat dipanjat dengan mudah. Meskipun demikian, air terjun ini tetap jenih, tidak seperti aliran sungai di bawahnya yang keruh akibat hujan.
Pulang dari air terjun tayak kami singgah sebentar di rumah Kak Usan. Sambil beristirahat, kami berbincang dengan keluarganya. Kata mereka, di musim kemarau air terjun tayak tetap berair, tapi tentu debitnya tidak sebanyak ketika musim hujan. Sejak ramai di media sosial, di hari libur air terjun ini bisa didatangi lebih dari 80 pengunjung. Tidak hanya dari Balangan dan sekitarnya, tapi juga dari daerah yang lebih jauh seperti Banjarmasin (aku contohnya) bahkan dari Balikpapan dan Samarinda.
Masih kata mereka, seandainya mau, selain air terjun tayak di sekitar desa ini juga terdapat obyek lain. Ada air terjun, juga gua. Namun akses untuk mencapainya memang lebih sulit dibandingkan dengan air terjun tayak.
![]() |
cuma berani sampai sini karena banyunya landas |
![]() |
bersama Ka Usan, pemandu kami ke air terjun tayak |
How to get there?
Jarak:
264 km dari Banjarmasin.
61 km dari pusat Kota Paringin.
18 km dari pusat Kota Kecamatan Halong.
Ini rute yang kami lalui kemarin:
Paringin - Juai - Halong - Padang Raya - Tabuan - Uren - Hampang.
Start dari pusat Kota Paringin, pacu
kendaraan menuju Halong melalui Kecamatan Juai. Sampai di simpang tiga Halong,
belok kanan menuju Uren. Lurus saja sampai bertemu simpang tiga lagi, ambil
jalan yang belok kiri dan naik jembatan besi. Ikuti jalan (lurus saja) sampai
di pasar Uren nanti ada simpang tiga lagi. Ambil jalan ke kiri melewati jalan
berbatu, setelah melewati jalan dengan semak diselingi hutan kita akan sampai
di jembatan Uren. Sampai sini kondisi jalan tanahnya akan cukup menyita tenaga
(terutama ketika hujan) karena selain melewati tanjakan, tanahnya juga
bercampur dengan lempung. Jika menggunakan kendaraan roda empat, disinilah kelihaian anda mengemudi akan diuji. Terus saja ikuti jalan kampung nantinya kita sampai di Desa Uren. Kami tidak kesulitan untuk menemukan dimana harus singgah karena tak lama setelah memasuki Desa Uren kami menemukan tanda ‘parkir’ di halaman rumah warga. Ya, disinilah trekking menuju air terjun dimulai.
![]() |
jalan desa yang dilewati |
Sedikit tentang Desa Uren
Desa Uren merupakan satu dari 24 desa yang
ada di Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan. Desa Uren merupakan desa
swasembada dengan luas wilayah 66,63 km2 atau sekitar 10,10% dari
luas wilayah Kecamatan Halong. Tercatat, jumlah penduduk Desa Uren pada tahun
2014 sebanyak 545 jiwa. Ini artinya kepadatan penduduk Desa Uren hanya 8
jiwa/km2. Untuk pendidikan, di Desa Uren terdapat masing-masing
sebuah TK, SD, SMP, dan SMA. Sedangkan untuk kesehatan, di Desa Uren terdapat 1
puskesmas, 1 poskesdes, 1 klinik KB, dan 2 buah posyandu yang dilengkapi dengan
2 dokter, 1 bidan, dan 2 dukun kampung. (sumber: Statistik Kecamatan Halong
2015).
No comments:
Post a Comment