Friday, October 11, 2019

Taman Wisata Alam Pulau Bakut, habitat bekantan si hidung panjang endemik Kalimantan

Pernah melihat bekantan si hidung panjang? Jika belum, datanglah ke Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut. Letaknya persis di bawah Jembatan Barito yang menjadi penghubung antara Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Pulau Bakut dilihat menggunakan Google Earth
Pintu masuk Taman Wisata Alam Pulau Bakut
bekantan (Nasalis larvatus)
Bekantan (Nasalis larvatus) adalah hewan endemik Kalimantan dan menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan. Hewan ini hidupnya berkelompok. Jadi, jika bertemu seekor bekantan hampir dipastikan akan bertemu dengan kawanannya. Bekantan juga hewan yang pemalu. berbeda dengan aku yang meski tidak pemalu tapi kemana-mana seringnya sendirian. Ok, setidaknya kami memiliki kesamaan. Sama-sama mahkluk tuhan yang tercipta langka. :D

TWA Pulau Bakut dengan luas lahan 15,58 ha menjadi salah satu habitat spesies terancam punah ini. Sejak dicanangkan menjadi taman wisata alam, Pulau Bakut diberi fasilitas supaya bisa dikunjungi. Ada dermaga, titian kayu sepanjang 600 meter melintasi hutan mangrove yang menjadi ekosistem pulau, menara pandang yang bisa digunakan untuk mengamati beraneka burung yang tinggal atau singgah, gazebo peristirahatan, mushala, toilet, tong sampah, dan warung. Tempat yang komplit untuk berwisata, belajar, juga melakukan penelitian. Lokasinya yang dekat dengan Kota Banjarmasin dan bisa ditempuh lewat jalur darat atau sungai memudahkan akses untuk mendatanginya.

Pohon rambai banyak terdapat di sini. Pohon rambai sangat penting bagi keberadaan bekantan. Tegakannya menjadi habitat dan pucuk daunnya merupakan makanan utama bekantan. Pohon rambai dapat tumbuh tinggi. Puncaknya bisa terlihat dari jembatan. Jadi, tanpa singgah ke Pulau Bakut, pada waktu-waktu tertentu kita bisa melihat bekantan yang asyik nongkrong di pohon rambai dari Jembatan Barito.

pemandangan TWA Pulau Bakut dari menara pandang
Melihat kawanan bekantan di sore hari dari Jembatan Barito sambil menikmati lalu lalang kapal yang melintasi Sungai Barito ketika matahari tenggelam bersama orang tercinta menjadi pemandangan manis nan romantis. Cobalah sesekali.

How to get there?
Kali pertama berkunjung ke TWA Pulau Bakut (akhir tahun 2018), aku pergi bersama teman-teman sekantor dengan carter kelotok. Kali kedua, aku pergi lewat jalur darat sampai ke Jembatan Barito lalu menyeberang dengan kelotok untuk sampai ke dermaga TWA Pulau Bakut.


Pilihan untuk menyeberang ada 2. Bisa lewat bawah jembatan yang ada helipad (dari arah Banjarmasin), bisa juga lewat bawah jembatan dari arah Kuala Kapuas. Bagi yang ingin sekalian menyisir separuh Pulau Bakut, kusarankan menyeberang dari dermaga bawah jembatan dari arah Banjarmasin. Harganya Rp 20.000 pp/orang. Sekarang di dermaganya ada tulisan "Jembatan Barito". Jadi, bisa foto-foto di sana sebelum atau setelah menyeberang. Peluang melihat bekantan dari dekat juga lebih besar karena mereka tinggal di kawasan pinggiran pulau yang terdapat pohon rambai, bukan di sekitar titian hutan mangrove yang ada di dalam kawasan TWA Pulau Bakut. Bagi yang takut naik kelotok (kelotoknya kecil, muat 8-10 orang dan biasanya tidak disediakan pelampung), kusarankan naik dari dermaga bawah jembatan dari arah Kuala Kapuas karena jalurnya lebih pendek. Harganya pun lebih murah, Rp 10.000 pp/orang).

titian yang dibangun di separuh pulau membantu pengunjung melihat isi Pulau Bakut
Waktu buka TWA Pulau Bakut sampai jam 5 sore, ya...
Kami kemarin kesorean. Beruntung pak petugasnya masih ada dan tidak keberataan kami masuk meski sudah waktunya pulang.

HTM Rp 5.000 orang (lupa merhatiin HTM untuk wisatawan mancanegara dan sepertinya HTM sekarang naik jadi Rp 10.000/orang).