Bukit
Batas mungkin sudah tidak asing di telinga para pejalan di Kalimantan Selatan.
Bukit yang menawarkan pemandangan waduk Riam Kanan ini memang eksotis. Jika
hari cerah, kita dapat melihat sunrise dan sunset dari puncaknya. Saat berkemah
di sana pun kita dapat menikmati ribuan bintang-bintang di langit karena
lokasinya memang jauh dari gemerlap lampu-lampu kota.
Bukit
Batas terletak di Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Dari
Kota Banjarmasin bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat dan dua sekitar 1,5
jam perjalanan ke arah Kota Banjarbaru. Sampai di bundaran Banjarbaru, ambil
arah ke SPN kemudian ikuti saja jalan rayanya sampai akhir karena ujung
jalannya berada di dermaga penyeberangan menuju desa-desa yang tersebar di
sekitar waduk yang resminya bernama Ir. P.H.M. Noor ini.
Aku
pertama kali ke Bukit Batas setahun yang lalu, tepatnya pada 1 – 2 Agustus 2014.
Bersama kawan-kawan dari South Borneo Travellers sebanyak 25 orang kami
berkemah semalam di sana. Untuk kedua kalinya pada 3 September 2014 bersama
kawan-kawan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Geografi Kota Banjarmasin tapi
tidak menginap. Terakhir sebelum bulan puasa kemarin, tepatnya 23 – 24 Juni
2015 bersama adik, pacar, dan beberapa teman.
kemping seru with SBTers |
Dalam
setahun Bukit Batas memang banyak perubahan. Dulu, saat masih jalur lama
(memutar), trekking santai ke puncak bukit ditempuh dalam waktu sekitar
2 jam. Di jalur yang sekarang (lewat kampung), waktu tempuh trekking
jadi lebih singkat hampir separuhnya. Sebelum Bukit Batas menjadi primadona,
jika ingin berkemah di puncak harus membawa peralatan dan perbekalan sendiri.
Sekarang ada beberapa penyelenggara open trip siap mengakomodasi apabila
ingin berkemah disana. Jika tidak kuat trekking, tinggal hubungi ojek untuk
diantarkan ke puncak dengan ongkos Rp 50.000 sekali jalan. Apabila tidak ingin
ribet bawa perbekalan dan perlengkapan kemping pun sekarang tersedia persewaan
terpal dan warung yang stand by 24 jam bagi mereka yang ingin bermalam
di Bukit Batas. WC darurat pun tersedia dan air untuk bilas bisa dibeli di
pemilik warung yang menyediakan air bersih dalam botol-botol mineral berukuran
1 liter.
Bukit Batas, 3 September 2014 |
Saat
lagi ramai-ramainya, Bukit Batas bisa dipenuhi oleh lebih dari 500 orang.
Terutama pada malam minggu dan hari libur. Inilah yang membuat penduduk kampung
membentuk pengelola Bukit Batas agar tetap terjaga dari tangan-tangan
pengunjung yang tidak ramah lingkungan. Namun, berdasarkan hasil obrolanku
dengan bang Fakhry dari CAMP outdoor rent, salah satu penyelenggara open trip
Bukit Batas, popularitas Bukit Batas akhir-akhir ini agak berkurang. Mungkin
karena sekarang banyak bermunculan lokasi berwisata lainnya, baik di sekitar
waduk Riam Kanan, Mandiangin, dan wilayah lainnya di Kalimantan Selatan yang
tidak kalah nge-hits dan kekinian untuk didatangi.
Sayangnya,
saat kami berkemah di sana, cuaca sedang kurang bersahabat. Tidak bisa melihat
sunset dan sunrise, bahkan pagi sebelum kami kembali ke dermaga hujan sempat
turun dengan derasnya. Bukit Batas yang diselimuti kabut seakan berubah menjadi
Silent Hills. Hahahaa…
Bukit Batas Berkabut |
foto bareng sebelum pulang (^_^) |
Semoga Bukit Batas terus menjadi tempat yang indah dan asyik untuk dikunjungi baik bersama teman, sahabat, maupun orang-orang tersayang. Tidak hanya Bukit Batas, semoga obyek-obyek lainnya di wilayah waduk Ir. P.H.M. Noor semakin banyak dikenal dan menarik banyak wisatawan untuk mengunjunginya.
No comments:
Post a Comment