Senin,
17 April 2016
Mumpung Anggun (sahabat baper bareng, hahaha…) lagi di
Malang, kami berencana untuk merealisasikan satu per satu travel bucket list kami. Sebenarnya, ada
beberapa objek yang ingin kami datangi. Namun, karena sesuatu dan lain hal,
hanya tempat yang akan kuceritakan ini yang bisa kami datangi bersama. (T.T)
Kalau ingin city
tour di Kota Malang asyiknya kemana saja? Aku, Anggun, dan Dewi yang sebelum
ini pernah tinggal di Malang setidaknya selama 4 tahun (kuliah) cukup memutar
otak. Setelah makan siang di Warung Orem-orem Jalan Blitar, samping kampus a.k.a
Universitas Negeri Malang gerbang Jalan Semarang (yang ternyata terkenal di
kalangan teman-teman kuliah semasa S1 namun aku tahunya baru-baru saja), kami
memutuskan untuk pergi ke Kampung Wisata Jodipan (kampung warna-warni) +
Kampung Tridi, lalu ke Museum Musik Indonesia (MMI).
Anggun memang belum pernah ke Kampung Wisata Jodipan
dan Kampung Tridi yang beberapa waktu ngehits banget di dunia maya (sekarang
bermunculan kampung serupa, termasuk Kampung Pelangi di Kemuning, Banjarbaru,
Kalimantan Selatan). Untuk MMI, kami bertiga belum pernah berkunjung kesana.
Kampung Wisata Jodipan dan Kampung Tridi


Kampung Wisata Jodipan (KWJ) atau lebih dikenal dengan nama Kampung Warna-warni merupakan “pemukiman padat” yang sekarang menjadi cantik dan menjadi salah satu objek wisata terkenal di Kota Malang. Pemukiman ini menjadi banyak didatangi wisatawan setelah di cat warna-warni di seluruh sisi termasuk atapnya. Pada dinding-dindingnya pun terdapat berbagai lukisan mural yang membuat kampung ini semakin indah dilihat dan dipotret.
Berdasarkan cerita dan hasil googling, inisiatif menjadikan kampung ini jadi warna-warni berasal dari sejumlah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang tergabung dalam kelompok Guyspro. Tujuannya, agar terlihat indah dipandang dan mengubah perilaku membuang sampah sembarang warga yang tinggal di bantaran sungai. Jodipan dipilih karena memiliki landskap yang bagus jika dilihat dari kejauhan (jembatan Jalan Gatot Subroto atau dari jalur rel kereta yang berada di atasnya).
KWJ dilihat dari Jembatan Jalan Gatot Subroto |
Menemukan lokasi kedua kampung yang berada di
Kelurahan Jodipan, Kota Malang ini terbilang mudah karena berada tidak terlalu
jauh dari Balai Kota Malang dan Stasiun Kereta Api Kota Malang. Lokasi KWJ dan
Kampung Tridi berseberangan. Keduanya dipisahkan oleh aliran Sungai Brantas.
Untuk mengunjungi keduanya, jika menggunakan motor bisa parkir di KWJ atau
Kampung Tridi lalu jalan kaki melintasi jembatan Jalan Gatot Subroto. Kalau
menggunakan mobil atau bus sebaiknya tanya penduduk sekitar karena aku gak tahu
dan lokasi kedua kampung ini memang berada di area padat penduduk dan
pembangunannya memang tidak diperuntukkan untuk objek wisata (memiliki parkir
yang luas dan nyaman).

Jika bisa mengatur waktu kunjungan ke tempat ini, lebih enak datang di hari kerja sih karena pastinya akan lebih sepi. Jadi, kalau ingin foto-foto lebih nyaman memilih spot dan tidak terganggu dengan pengunjung lain yang juga ingin menikmati keunikan kampung ini.
Kampung Tridi dilihat dari KWJ |
Jika bisa mengatur waktu kunjungan ke tempat ini, lebih enak datang di hari kerja sih karena pastinya akan lebih sepi. Jadi, kalau ingin foto-foto lebih nyaman memilih spot dan tidak terganggu dengan pengunjung lain yang juga ingin menikmati keunikan kampung ini.
HTM untuk masing-masing kampung ini murah: Rp 2.000,- belum termasuk parkir.
Saat di perjalanan pulang setelah mengikuti PLPG di
Solo beberapa bulan lalu, aku satu travel dengan seorang seniman musik (lupa
namanya). Beliau bilang alasan pergi ke Malang karena ada acara di Museum Musik
Indonesia (MMI). Itu adalah kali pertama aku mendengar di Malang ada museum
seperti ini. Akhirnya, kesampaian juga mengunjungi museum musik yang ternyata masih
satu-satunya di Indonesia.
Kami mengandalkan google map untuk sampai ke MMI.
Sempat berbelok ke arah yang salah di perempatan Jalan Nusa Kambangan, saat
mampir ke minimaret untuk beli minum sekalian nanya lokasi MMI ke pegawainya
(tapi ternyata gak tahu), kami diberitahu oleh seorang bapak kalau MMI berada
di Gedung Kesenian Gajayana.
ruangan Gedung Kesenian Gajayana
|
Kami disambut mas Ari dengan ramah. Sesekali kami mengobrol sambil melihat-lihat koleksi MMI yang saat ini sudah berjumlah sekitar 21 ribu item yang terdiri dari kaset, piringan hitam, majalah, instrumen musik, poster, tiket, busana yang pernah dipakai penyanyi kenamaan saat konser, dan alat pemutar piringan hitam. 80% koleksi ini berupa kaset dan piringan hitam yang beraasl dari hasil perburuan dan sumbangan penghobi musik, musisi, juga masyarakat di tanah air dan mancanegara. Disini juga terdapat panel sejarah musik, photo booth, dan kios souvenir.
Kami juga berkenalan dengan Pak Hengki Herwanto, ketua
sekaligus founder Museum Musik
Indonesia yang saat itu sedang asyik menempeli lemari pajangan berisi koleksi
kaset dengan label berisi keterangan penyanyi/band dan negara asal produksinya.
Koleksi MMI memang berasal dari berbagai negara di semua benua di dunia. Aku
saja heboh sendiri melihat kaset Jose Mari Chan, Christian Bautista, dan
penyanyi asal Filipina lainnya yang terpajang (aku lagi demam all about Filipina, meski kedua penyanyi
ini lagu-lagunya memang sudah lama ada di playlist
lagu favoritku). Kata Pak Hengki, MMI awalnya berlokasi di Griya Santa, Jalan
Soekarno Hatta. Pindah ke Gedung Kesenian Gajayana karena jangka sewa rumah
yang digunakan untuk museum sudah habis dan tidak dapat diperpanjang.
bersama Pak Hengki Herwanto, Ketua dan Founder MMI |
koleksi kaset penyanyi/band manca negara |
Kami sempat bertanya apakah Gedung Kesenian Gajayana masih
dipergunakan untuk pertunjukan seni. Jawabannya adalah jarang. Gedung ini malah
lebih sering disewa untuk acara resepsi perkawinan. Entah kenapa jadi jarang
digunakan sehingga kondisinya saat ini menurut kami kurang terawat dan hal ini cukup
disayangkan. Setidaknya, adanya MMI membuat gedung ini jadi lebih ramai dan
bermanfaat.
koleksi piringan hitam dari berbagai daerah di Indonesia *yang di rak Kalsel (Tragedi) itu ada yang tahu siapa?! penasaran! |
heboh sendiri menemukan koleksi kaset Aaron Carter, hahaha |
rak berisi koleksi piringan hitam dari berbagai negara |
No comments:
Post a Comment