Perjalanan kami di Kecamatan Pulau
Sembilan belum berakhir. Masih ada pulau-pulau yang ingin kami datangi sebelum
kembali ke Banjarmasin. Belum juga pulang, perjalanan ini sudah memberikan
“oleh-oleh” yang amat berkesan bagi kami. Wajah yang hitam eksotis akibat
terbakar matahari saat berjemur di pantai Pulau Pamalikan. :p
Sebelum membaca part 3 ini, yang belum
baca part 1 dan 2 silakan dibaca dulu agar dapat mengikuti kisahku dengan
komplit. :D
Sabtu, 7 Mei 2016
Selain merepotkan Timor, ternyata malam
itu kami juga membangunkan bapak dan ibu kost-nya yang mendengar suara orang mandi
di kamar mandi bersama di bagian belakang rumah. Kami ber-11 yang saat itu
“mengungsi” ke kost Timor memang sedang antri mandi, tengah malam, tanpa
kembang! Alhamdulillah, beliau tidak keberatan dengan kedatangan kami bahkan
meminjamkan banyak bantal agar kami bisa tidur dengan nyaman malam itu. Aku
yang antri paling akhir tertidur tanpa sempat mandi karena kelelahan. Jadi, aku
baru mandi pada pagi hari.
Kost Timor cukup unik. Rumah bagian atas
menjadi tempat tinggal Pak Haji Sindang, pemilik kost, dan keluarganya. Rumah
bagian bawah dibagi menjadi tiga, salah satunya rumah kost Timor. Kusebut rumah
karena kost ini terdiri dari satu kamar, dapur, dan ruang tamu. Kalau istilah
orang Banjar kost seperti ini disebut bedakan.
Kontur pulau yang tidak rata menjadikan pemukiman di pulau ini dibangun
mengikuti garis kontur sehingga ada rumah yang berada di bagian atas, tengah,
dan bawah pulau. Model rumahnya juga bertiang tinggi khas suku Bugis dan Mandar
yang memang menjadi penduduk mayoritas di pulau-pulau berpenghuni di Kecamatan
Pulau Sembilan.
Sekitar pukul 7 pagi, setelah pamit dan
mengucapkan terima kasih pada Timor, Pak Haji Sindang, dan istri beliau, kami
kembali ke dermaga. Tidak jauh dari dermaga ada warung nasi kuning. Kawan-kawan
yang tadi malam tidur di kapal telah lebih dahulu berada di sana untuk sarapan.
Syukurlah sebagian dari kami tidur di daratan (meski sebenarnya akan jauh lebih
baik kalau semuanya tidur di daratan) karena tadi malam angin kencang dan
gelombang tinggi disertai hujan yang turun dengan lebat. Jika tidak, akan sulit
bagi kami untuk berbagi tempat di kapal.
![]() |
berfoto bersama masyarakat P. Marabatuan di dermaga |
Setelah sarapan, kami bersantai di
dermaga. Aku merebahkan badanku menghadap ke perairan untuk melihat berbagai
macam jenis ikan yang hilir mudik. Kami juga memanfaatkan kesempatan ini untuk
berfoto bersama para penduduk yang bersantai di dermaga. Interaksi dengan
penduduk lokal memang hal yang menyenangkan saat berkunjung ke suatu daerah.
Dari mereka lah kita akan mendapat beragam kisah dan informasi tentang kondisi
daerah tersebut.
Cuaca cerah, laut tenang. Perjalanan kami
dilanjutkan. Kali ini tujuannya adalah Pulau Payungpayungan.
![]() |
Melanjutkan perjalanan ke Pulau Payungpayungan |
![]() |
P. Payungpayungan |
Paket komplit! Kata ini cocok disematkan
pada Pulau Payungpayungan yang tidak hanya memiliki perairan jernih bergradasi biru-hijau,
tapi juga pantai berpasir putih diselingi batu-batu besar, terumbu karang yang
beraneka ragam, serta berbagai biota laut seperti bintang laut, bulu babi, dan
berbagai jenis ikan. Namun, lagi-lagi ukuran kapal kami tidak memungkinkan
untuk merapat ke pantai. Kami singgah di bagian utara pulau. Jangkar diturunkan
di bagian yang lebih dalam dan tidak ditumbuhi terumbu karang.
Untuk mencapai pulau harus ditempuh dengan
berenang. Karena cukup jauh, mayoritas dari kami hanya snorkeling di sekitar
kapal. Dengan kemampuan berenang seperti yang sudah aku ceritakan, meskipun
ingin namun aku memilih untuk snorkeling di sekitar kapal saja.
Penamaan Payungpayungan berasal dari
bentuk pulau yang menyerupai payung. Terdapat mercusuar di bagian puncak pulau.
Pulau ini menjadi lokasi favorit penduduk lokal untuk berwisata, apalagi
lokasinya memang dekat dengan Pulau Marabatuan. Pulau ini dapat didatangi dari
Pulau Marabatuan menggunakan kelotok (perahu bermotor). Ukuran kelotok yang
tentunya jauh lebih kecil dari kapal nelayan yang kami tumpangi memungkinkannya
untuk merapat ke pantai.
![]() |
underwater P. Payungpayungan |
![]() |
underwater P. Payungpayungan |
![]() |
underwater P. Payungpayungan |
Selain Pulau Payungpayungan, posisi kapal kami juga menghadap ke Pulau Anak Payungpayungan dan Pulau Batu Tengah yang letaknya persis bersebelahan dengan Pulau Payungpayungan. Teman-teman yang berenang ke daratan mengabadikan keindahan kedua pulau kecil ini. Hasilnya bikin gigit jari karena cantik banget! Airnya yang dangkal dan jernih membuat seolah-olah sedang berada di kolam alami. Batu-batu berukuran besar ditumbuhi beringin laut menambah pesona keindahan pulau kecil ini.
![]() |
P. Anak Payungpayungan yang persis bersebelahan dengan P. Payungpayungan |
![]() |
Pulau Anak Payungpayungan |
Sambil menunggu teman-teman yang berenang ke darat dan ABK yang juga berenang ke darat untuk memetikkan buah kelapa, kami mendapat kejutan yang sungguh tidak disangka. Dua rombongan lumba-lumba melintas tak jauh dari kapal. Tiap rombongan lumba-lumba tersebut mungkin berjumlah 5-7 ekor. Jumlah ini jauh lebih banyak dibanding yang kami lihat saat menuju Pulau Kalambau.
![]() |
bonus perjalanan kami, bertemu dengan kawanan lumba-lumba bermigrasi |
![]() |
foto underwater ala-ala berburu putra duyung sebelum melanjutkan perjalanan |
Pulau Danauwan
![]() |
Pulau Danauwan |
Sebelum kembali ke Pagatan, kami singgah
sebentar di Pulau Danauwan. Pulau ini hanya dihuni oleh penjaga pulau dan
merupakan tempat persinggahan penyu untuk bertelur. Karena sudah lelah, hanya
Atie yang bercebur untuk snorkeling.
Mas Eko, Fathur, Fadhil, bersama kapten kapal dan ABK-nya berenang ke darat
untuk bertemu penjaga pulau dan melihat kondisi lokasi peneluran penyu.
Sepenglihatan kami, terumbu karang di
perairan ini kurang beragam dan jarang. Pantainya berpasir putih dan jernih.
Tiba-tiba Atie berenang cukup cepat. Kami sampai heran hingga akhirnya dia
bilang telah melihat hiu yang berukuran cukup besar. Mendengar hal tersebut
tentu membuat kami semakin enggan untuk bercebur.
Sebagai pulau konservasi, semoga saja
kepentingan ekologi tidak dikalahkan oleh kepentingan ekonomi mengingat pulau
seluas 43 ha ini memiliki potensi pasir besi. Jika ingin berkunjung ke Pulau
Denawan, bisa ditempuh dengan kelotok karena lokasinya berada tidak jauh dari
Pulau Marabatuan.
Sebenarnya ada 2 pulau lagi yang ingin
kami kunjungi, yaitu Birahbirahan dan Pandangpandangan yang pada perjalanan
kami setahun yang lalu juga tidak dapat didatangi akibat kondisi gelombang laut
yang tidak mendukung. Karena lokasinya yang jauh dari wilayah Pulau Sembilan
dan keterbatasan waktu yang kami miliki, kedua pulau ini dihapus dari daftar
pulau yang akan dikunjungi pada perjalanan kali ini.
Dari Pulau Danauwan, sebelum kembali ke
Kota Pagatan kapal singgah sebentar di Pulau Kunyit untuk menambah persediaan
air tawar yang menipis. Pulau Kunyit dan Teluk Tamiyang merupakan destinasi
perjalananku bersama kawan-kawan South Borneo Travellers tahun lalu. Malam
semakin larut, kapal bergerak santai untuk kembali merapat ke Pulau Kalimantan.
Karena sudah kelaparan, para chef SBTers selama perjalanan ini kembali beraksi
menyiapkan makan malam untuk kami semua.
Minggu, 8 Mei 2016
Pagatan
Saat aku terbangun, kapal sudah merapat di
dermaga Pagatan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Bang Ferdy memintaku
mengangkut barang bawaan karena setelah ini kami akan beristirahat dan mandi di
kediaman Bang Eko sambil menunggu taksi colt yang telah disewa untuk mengantar
jemput kami di perjalanan ini.
Paginya kami jalan-jalan di sekitar
kediaman Bang Eko yang tak jauh dari pantai. Tujuannya apalagi kalau bukan
untuk sarapan. Tengah hari, taksi colt sampai di Pagatan untuk menjemput kami.
Meski sempat diwarnai insiden pecah ban salah satu taksi colt dan kami sempat
dituduh tidak bayar saat makan siang (di waktu sore) di warung yang tarif harga
makanannya pun tidak jelas, kami semua sampai di kediaman masing-masing dengan
selamat.
Perjalanan kali ini bagiku amat berkesan.
Berkunjung ke pulau terpencil di selatan Kalimantan, bersilaturahim dengan para
penduduk dan menikmati keindahan alam yang disajikannya menjadikan perjalanan 4
hari di kapal ini menjadi kisah yang begitu berwarna. Tak peduli hujan, badai,
lelah, lapar, susah, senang, bahkan wajah gosong akibat berjemur di pantai
semua dilewati bersama SBTers dengan penuh drama, seperti biasanya. :D
Pulau-pulau kecil di Kabupaten Kotabaru
memang menarik untuk digali potensinya, baik untuk wisata, konservasi, dan
edukasi. Perjalanan beberapa hari saja tidak akan cukup untuk mengeksplorasi
pulau-pulau kecil yang tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Kotabaru yang
diapit Pulau Kalimantan, Pulau Laut sebagai pulau utama, Laut Jawa, dan Selat
Makassar. Semoga potensi ini menjadi perhatian banyak kalangan dan pesonanya
selain akan semakin dikenal juga semakin terjaga kelestariannya.
Bagi yang ingin tahu budget kami explore Pulau Sembilan, kami ber-25 sharing cost sebesar Rp 750.000/orang. Biaya itu meliputi sewa taksi colt PP (Banjarmasin-Pagatan), sewa kapal nelayan (Pagatan-Pulau Sembilan), logistik, dan hal-hal tidak terduga seperti bayar kelotok saat kapal tidak dapat merapat ke pulau karena perairannya terlalu dangkal. Untuk peralatan snorkeling, kami yang tidak punya peralatannya sewa pada Bang Ferdy.
SBTers Explore Pulau Sembilan:
Leader dan penyedia
perlengkapan snorkeling: Ferdy Aditya
(sagita84).
Tim di Dapur, tanpa
mereka apalah kami: Stefanus Geslauw (stevengeslauw), Dwi (dwiputri_02), Aulia Meong
(auliahasa), Dayat (dayatborneo5).
Deddy Rifaini
(deddyrifaini), Adi (adimurdani), Eko Prio Raharjo dan istri, Atie (diyank_atie),
Alfian (al_sky), Hafiz (hafizbiru), Lesnie (lesniehartika), Dewi (dewia.ha), Farina
(fa_amelia), Fathur (fathur.forester), Zacky (zackichoi), Ayu (sriwahyun11), Faisal,
Arif, Ryan (daunhijau__), Azmi, Sintya, Fadhil (f.ausat), Alvin (alvinnulyakin).
Big Thanks to:
Hananto Timor Perdana yang bersedia menjadi host dadakan kami di Pulau Marabatuan,
masyarakat Pulau Marabatuan, Pulau Matasirih, dan penjaga Pulau Denawan yang
telah menyambut kami dengan ramah.
Dokumentasi cerita ini berasal dari dokumentasi
pribadiku dan SBTers Explore Pulau Sembilan.
Bahan bacaan:
Kompas. 2015. Ensiklopedia Populer Pulau-pulau Kecil
Nusantara: Kalimantan Selatan Antara Laut Jawa dan Selat Makassar. Jakarta:
PT. Kompas Media Nusantara.
KSK Pulau Sembilan.
2015. Pulau Sembilan Dalam Angka 2015.
Kotabaru: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotabaru.