Tidak aneh jika guru-guru geografi yang tergabung
di Musyawarah Guru Mata Pelajaran Geografi (MGMP) Geografi Kota Banjarmasin
melakukan fieldtrip untuk refreshing sekaligus menambah informasi
yang dapat disampaikan kepada siswa tentang pengalaman mengunjungi suatu tempat
ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Karena pengalaman yang didapat di
lapangan akan sangat berguna untuk menambah wawasan dalam pengembangan
pembelajaran di kelas. Tentu informasi yang disampaikan disesuaikan dengan
bahasan yang diajarkan saat itu.
Selama aku mengikuti MGMP sudah tiga kali
kami mengadakan kegiatan fieldtrip
meski hanya di Kalimantan Selatan. Fieldtrip
pertama pada 22 November 2011 ke Pasar Terapung Kuin, Banjarmasin juga Pulau
Kaget dan Pulau Kembang yang ada di Kabupaten Barito Kuala, kedua ke Bukit
Batas, Riam Kanan, dan yang ketiga ke gua karst yang ada di kawasan Batu Hapu.
Pasar Terapung Muara Kuin, Pulau Kaget, Pulau Kembang
(22 November 2011)
Pasar Terapung Muara Kuin
Menurutku, keberadaan pasar terapung Kuin
semakin hari semakin memprihatinkan. Selain karena kalah bersaing dengan pasar
yang ada di darat, generasi penerusnya pun sepertinya tidak banyak yang
melanjutkan profesi sebagai pedagang di pasar terapung ini hingga lama-lama
ketenarannya kalah dengan pasar terapung yang ada di Lok Baintan (Kabupaten
Banjar) juga pasar terapung di Siring Tendean (setiap sabtu sore-minggu siang).
Baca juga: Pasar Terapung Muara Kuin(wikipedia.org)
Pulau Kaget
Kehidupan bekantan dan berbagai spesies
kera didukung oleh didominasi pohon rambai yang buah dan daunnya menjadi sumber
makanan bagi hewan-hewan tersebut. Untuk menjaga kelestariannya, kawasan Pulau
Kaget ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
788/Kptsum11/1976dengan luas 85 Ha. Meski demikian, keberadaan bekantan dan
hewan lainnya di pulau ini semakin memprihatinkan akibat aktivitas penebangan
pohon dan pembukaan lahan untuk pertanian.
Pulau Kembang
Pulau Kembang terletak tidak jauh dari
lokasi pasar terapung muara kuin. Pulau yang telah dibuka untuk umum sejak
tahun 1980-an ini merupakan hutan wisata alam di bawah seksi konservasi wilayah
II Banjarbaru yang dijadikan resor taman wisata alam di bawah Departemen
Kehutanan. Luas Pulau Kembang sekitar 80 Ha, tersusun dari ekosistem mangrove
dan pesisir yang ditumbuhi pohon bakau, rambai, jingah, dan merak.
Keberlangsungan konservasi Pulau Kembang
terusik dengan kebiasaan kapal tongkang yang dengan sengaja menabrakkan
kapalnya ke daratan pulau untuk menambatkannya. Hal ini bukan saja merusak
pulau, tapi juga mengganggu ketenangan habitat satwa untuk berkembang biak.
Bukit Batas, Riam Kanan (3 September 2014)
Sewaktu berkunjung kesini, Bukit Batas belum
banyak dikenal orang. Kami juga masih trekking
di jalur lama yang waktu tempuh ke puncak sekitar 2 jam. Saat itu kami ditemani
Amang Otto, supir kelotok sekaligus pemandu kami menuju puncak Bukit Batas.
Meski saat itu beliau sempat sangsi mengajak kami (ibu-ibu guru rempong) trekking ke puncak, dengan penuh peluh
dan kaki pegal, MGMP Geografi Kota Banjarmasin sukses sampai puncak :D
Puncak Bukit Batas merupakan salah satu
titik untuk menikmati keindahan bendungan Riam Kanan yang terbentang dengan
luas sekitar 8.000 Ha. Tak lama setelah kunjungan kami, Bukit Batas menjadi
obyek yang ramai dikunjungi, terutama untuk kegiatan berkemah.
jalur menuju puncak Bukit Batas |
Baca juga: Bukit Batas Riam Kanan
Gua-gua Karst Batu Hapu (27 Januari 2016)
Ini adalah fieldtrip MGMP Geografi Kota
Banjarmasin yang terbaru. Kegiatannya berupa caving dan berkunjung ke gua
wisata di Desa Batu Hapu, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin.
Desa Batu Hapu merupakan desa swasembada
dengan luas wilayah sekitar 20,57 km2 atau 16,59% dari luas wilayah
Kecamatan Hatungun. Penduduk Desa Batu Hapu berjumlah 1.795 jiwa atau sekitar
87 jiwa/km2. Desa Batu Hapu memiliki topografi bergelombang dan
memiliki bukit-bukit karst yang ditutupi vegetasi.
Pada bukit-bukit karst di Desa Batu Hapu dapat
dijumpai beberapa gua. Gua-gua tersebut ada yang berupa gua kering, berair (di dalamnya
terdapat aliran sungai), gua fosil, juga gua dengan karstifikasi yang masih
berlangsung. Gua-gua ini dimanfaatkan oleh warga sekitar, baik sebagai sumber
air, gua wisata, maupun mata pencaharian.
Sebagai bagian dari kawasan karst, gua
dapat dijadikan sarana untuk mempelajari karst secara umum dan speleologi (ilmu
yang mempelajari gua dan lingkungannya) secara khusus dalam kaitannya dengan
berbagai fenomena geosfer dalam pembelajaran geografi. Gua Batu Hapu dipilih
karena memiliki kemudahan akses, memiliki banyak gua karst, dan terdapat sebuah
gua yang telah dijadikan pemerintah Kabupaten sebagai obyek wisata sehingga
cocok sebagai lokasi pembelajaran bagi yang ingin mengenal gua tanpa harus
memiliki kemampuan khusus dalam kegiatan susur gua.
Gua
Wisata Batu Hapu
Gua Batu Hapu berada pada koordinat S 3o07’37,6”
E 115o10’30,2” dengan ketinggian 71 mdpl. Gua ini berjarak 154 km dari Kota Banjarmasin, 43 km dari Kota Rantau (ibukota Kabupaten Tapin), atau sekitar 12 km dari pasar Binuang.
Gua Batu Hapu merupakan gua yang indah dengan beberapa ruangan berukuran besar di dalamnya. Meski bau guano (kotoran kelelawar) masih tercium akibat dihuni kelelawar, gua ini tidak terlalu gelap karena lorongnya tidak terlalu panjang dan memiliki banyak mulut gua sebagai pintu masuk. Pada langit-langit gua di salah satu ruangannya juga terdapat lubang yang besar (doline/luweng) sehingga sinar matahari dapat masuk dan menjadi sumber penerangan bagi isi gua. Terdapat banyak speleoterm di berbagai sisi gua berupa stalagtit, stalagmit, kolum, gorden, dan flowstone.
Gua Batu Hapu merupakan gua yang indah dengan beberapa ruangan berukuran besar di dalamnya. Meski bau guano (kotoran kelelawar) masih tercium akibat dihuni kelelawar, gua ini tidak terlalu gelap karena lorongnya tidak terlalu panjang dan memiliki banyak mulut gua sebagai pintu masuk. Pada langit-langit gua di salah satu ruangannya juga terdapat lubang yang besar (doline/luweng) sehingga sinar matahari dapat masuk dan menjadi sumber penerangan bagi isi gua. Terdapat banyak speleoterm di berbagai sisi gua berupa stalagtit, stalagmit, kolum, gorden, dan flowstone.
Baca juga : Belajar Speleologi di Gua Batu Hapu
Susur Gua (Caving)

Proses karstifikasi masih berlangsung di gua ini. Terdapat
banyak speleoterm di berbagai sisi gua berupa stalagtit, stalagmit, kolum,
gorden, draperi, dan flowstone. Selain kelelawar, saat susur gua juga ditemui
biota gua lainnya yaitu laba-laba dan jangkrik berukuran besar. Kondisi gua ini
masih cukup terjaga karena gua ini bukan gua wisata. Selain penduduk sekitar,
tidak banyak yang mengetahui keberadaan gua ini. Lorong gua yang panjang, gelap
total, sempit, dan kecil pun membuat gua ini harus ditelusuri menggunakan
perlengkapan keselamatan susur gua agar terhindar hal-hal yang tidak
diinginkan.
Atas terlaksananya kegiatan field trip
MGMP Geografi Kota Banjarmasin di Desa Batu Hapu dengan lancar, maka kami
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Mapala STIENAS
Banjarmasin yang telah menjadi leader
(pemandu) kegiatan ini.
2. Mapala Meratus
IAIN Antasari, Mapala Politeknik Negeri Kota Banjarmasin, dan kawan-kawan yang
telah bersedia meminjamkan perlengkapan susur gua.
3. Pihak-pihak yang
tidak dapat disebutkan satu per satu atas kelancaran field trip ini.
![]() |
makan siang di rumah mbah |
Amelia, Farina. 2015. Belajar Speleologi
di Gua Wisata Batu Hapu. (online, 9 Januari 2016, http://aluhlangkar.blogspot.co.id/2015/10/s3-o-07376-e115-o-o10302-ketinggian71.html?m=1).
BPS Kabupaten Tapin. 2015. Kecamatan Hatungun Dalam Angka 2015. (online, 9 Januari 2016, http://www.tapinkab.bps.go.id).
Indonesian Speleological Society. Gua Perlu Dilindungi. (Online, 9 Januari 2016, http://caves.or.id)
Setiawan, Pindi. 2015. Inventarisasi Batu Gamping dan Karst Kalimantan. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Balikpapan.
Tim Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Ensiklopedia Populer Pulau-pulau Kecil Nusantara: Kalimantan Selatan - Antara Laut Jawa dan Selat Makassar. Kompas. Jakarta.
BPS Kabupaten Tapin. 2015. Kecamatan Hatungun Dalam Angka 2015. (online, 9 Januari 2016, http://www.tapinkab.bps.go.id).
Indonesian Speleological Society. Gua Perlu Dilindungi. (Online, 9 Januari 2016, http://caves.or.id)
Setiawan, Pindi. 2015. Inventarisasi Batu Gamping dan Karst Kalimantan. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Balikpapan.
Tim Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Ensiklopedia Populer Pulau-pulau Kecil Nusantara: Kalimantan Selatan - Antara Laut Jawa dan Selat Makassar. Kompas. Jakarta.
No comments:
Post a Comment