Road to Pacitan
Aku dan Arifah pergi ke Ponorogo coz perjalanan ke Pacitan akan dimulai dari sana. Kami mampir ke rumah Ike trus janjian ma kawan” di sekitar pasar. Tama bahkan datang dari Trenggalek, sendirian pula, untuk bergabung bersama kami.
Guys, kalian gak ngecek kondisi motor dulu yach sebelum berangkat?!
Motor Win Adip ngadat. Kayaknya c bensinnya tercampur air, terpaksa dibuang, diisi ulang. Trus gak tau lagi d apa masalahnya. Kami sampai harus berteduh di pondokan” kecil tempat para pemecah batu bekerja yang ada di tepian jalan. Trus, pas udah diperbaiki, lagi” si Win gak bisa dihidupkan. Dikin sampai berkucuran peluh menghidupkan mesinnya. Akhirnya dia nyumpah”. Sampai kiamat juga mesinnya gak bakal hidup kalau kontak (kuncinya) belum dinyalakan. Eror!! Berhubung hari jum’at, mampir dulu to jum’atan -> yang Ce sholat Zuhur di mesjid. Perjalanan masih jauh euy!!
Obyek yang pertama kami lihat adalah pantai yang letaknya gak jauh dari Kota Pacitan (Teluk Pacitan). Aku lupa namanya. Tampelar or apa gitu! Soalnya kami menikmati keindahan pantainya dari rumah makan doank. Dari rumah makan bisa dilihat muara sungai yang bersatu dengan pantai berwarna biru muda yang ketika berada di ujung tanjung berubah menjadi biru tua, menyatu dengan laut lepas, Samudera Hindia. Di sana juga terlihat perahu” nelayan yang tertambat. Sambil makan ikan, yummy, nikmatnya…!! Oich, di sana juga pertama kalinya aku (dan Rika Syahri yang asal Aceh) merasakan tiwul. Nasi yang terbuat dari singkong. Karena gak biasa, rada aneh gitu (pikirku, bakal enak banget nih tiwul kalau dimakan pakai gula merah (aren) cair. Kayak makan kerupuk dari bahan singkong yang lebarnya kayak daun pohon jati gitu. Kerupuk apa ya namanya? Habis sudah lama gak makan itu, jadi lupa d!! ^.^v).
Habis makan, kami melanjutkan perjalanan ke pantai Sriung. Pinginnya c ke Gua Gong, tapi waktunya gak nuntut. Lumayan jauh dari kota. Jalannya pun berliku-luku, mengitari gunung (puff, ini Jawa, bagian selatan pula! Bukan Kalsel. Kalau di Kalsel, kalau mau ke pantai berarti melewati dataran rendah atau daerah berawa-rawa. Bukannya melewati pegunungan berhutan jati, dll, baru ketemu pantai. Kalau ada hutan bakau, di daerah yang pantainya berpasir kayak di selatan Madura, bukan pantai berlumpur kayak di pantura, hHe..).
Puff!! Lagi” diperjalanan pulang kami mendapat hambatan. Motor Andi masuk bengkel karena bannya harus ditambal. Kami pun menunggu dengan ‘badadai’ di tepi jalan. Karena hari sudah menjelang malam, perjalanan pun jadi menegangkan. Apalagi bagi diriku yang masih trauma akibat kecelakaan. Soalnya, selain daerahnya yang rawan longsor, gelap, penuh tikungan dan ngarai/jurang”, jalurnya kadang sepi kadang ramai. Rawan kecelakaan d!! Kata Mantuk yang saat itu memboncengiku, ada beberapa daerah di sana yang rawan penampakan pula!! Jadi horor gitu d!! Aku gak henti berdoa semoga sampai di rumah dengan selamat. Tapi tetap saja kebiasaan burukku muncul. Untung saat itu gak lagi nebeng Andi. Kalau gak, strez berat dia coz kebiasaan buruk yang kumaksud adalah ngantuk, bahkan tertidur di motor yang sedang melaju!! ^.^v
Ba’da Isya kami sampai di Ponorogo. Karena kecapekan, kami nginap di rumah Ike. Apalagi besoknya kami masih ada rencana, mau ke Sarangan di Magetan :) Tama juga nginap di rumah Ike dan gak pingin ketinggalan melancong, walau sebelumnya cuma izin satu hari ma ortunya.
No comments:
Post a Comment