Wednesday, December 28, 2011

Holiday Trip so Fun, Tired, Lelempoan

Awal liburan sekolah ini aku ikut serta holiday tripnya para guru SMA PGRI 6 ke Kotabaru. Senang banget karena meski ga kenal dengan mereka semua (aku kenalnya cuma sama Helmi -> sesama tentor di PG, dan Ancoy -> sesama guru geografi), mereka welcome banget, menerima aku dalam rombongan holiday trip mereka.

bersama mereka inilah aku berlibur ^_^

Cukup kaget sih pas Helmi sms bilang kalau aku akan dijemput skitar jam 4 pagi. Ckckck… Jadi ingat zaman-zaman kuliah di Malang dimana kalau dapat flight pagi untuk pulang ke Banjarmasin supir travel bakal jemput sepagi buta itu. Alasannya sih biar bisa nyantai di jalan. Bisa mampir-mampir sehingga tidak tergesa-gesa untuk sampai ke tujuan. Kotabaru memang cukup jauh dari Banjarmasin, belum lagi kalau harus menunggu fery penyeberangan untuk menyeberang ke Pulau Laut, tempat Kota Kotabaru berada. Banjarmasin -> Batu Licin = 7 jam. Menyeberang Selat Laut dari pelabuhan di Batulicin (aku lupa nama pelabuhannya) -> Pelabuhan Tanjung Serdang = 45 menit. Tanjung Serdang -> Kotabaru = 1,5 jam. Kalau kata Orang Banjar, rapai tu pank awak (badan terasa amat lelah) selama perjalanan itu. Mana tumben-tumbennya aku mabuk darat di perjalanan (fiuh!).


Karena tidak satu pun dari kami orang Kotabaru, tidak banyak obyek wisata yang Pulau Laut yang kami ketahui. Sepulangnya pun (saat menulis postingan ini), dari internet tak banyak informasi yang bisa aku dapat. Sebenarnya aku pingin ke Pulau Burung (Tanah Bumbu) dan Pulau Sebuku. Tapi, karena rencana liburan ini cuma selama 3 hari, sepertinya tidak cukup untuk menjangkaunya karena letak satu tempat dengan tempat lainnya berjauhan. Jadinya, jika hanya Pantai Sarang Tiung dan Siring Laut Kotabaru dalam daftar trip kami.

*gaya itik lempo (^o^v

Meskipun holiday trip ini melelahkan, syukurnya kawan-kawan travelingku kali ini gokil abis. Ada saja kelakuan atau perkataan mereka yang bikin kami semua tertawa. Makin hepi lagi ketika di Kotabaru aku bisa bertemu kawan-kawanku semasa SMA: sahabatku (Rini twin) yang sekarang jadi guru di sana, si kembar Fadhil dan Washil yang sedang liburan di rumah om-nya. Jadi, holiday trip ke Kotabaru kali ini so fun, so tired, excited (ada horor & tegangnya juga soalnya), juga lelempoan. Pingin cerita lebih banyak tentang trip lelempoan ini sih. Tapi nulisnya capek! (hahaha… padahal karena ada sumting happen juga selama holiday :p). Pokoknya liburannya BERKESAN.

Sedikit info tentang Pantai Gedambaan dan Siring Laut Kotabaru.

1) Pantai Gedambaan (Sarang Tiung)

Pantai Gedambaan terletak sekitar 14 km dari kota Kotabaru, atau tepatnya di Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara. Aku pertama kali ke pantai ini 14 tahun lalu dan ternyata ekspektasiku belum jauh berubah tentang pantai ini. Pantainya masih sebersih dahulu.


Saat kami ke sana hujan turun cukup deras. Selain kondisi jalannya rusak (berlubang-lubang), topografinya yang berbukit-bukit cukup menyulitkan perjalanan, terutama jika tidak andal mengendarai motor/mobil. Pantai ini telah difasilitasi dengan cottage (harganya terjangkau kug dan luas satu cottage cukup menampung rombongan berjumlah 10 orang yang oke aja tidur 'numplek' ala pengungsi), mushola, warung makan yang jumlahnya cukup banyak, area parker yang luas, tempat duduk di sepanjang pantai, juga tentunya kamar mandi umum untuk membersihkan diri setelah bercebur.

Dari pantai ini kita bisa melihat banyak bagang-bagang para nelayan di hamparan selat yang terbentang. Jika air surut, akan terlihat laguna-laguna kecil bermunculan. Topografi Pantai Gedambaan memang landai. Saat kami berenang (saat itu air masih pasang), sampai beberapa meter jauhnya dari bibir pantai ketinggian air masih sebatas dada orang dewasa. Makanya ombak di pantai ini kecil karena breaker zone-nya cukup jauh, ratusan meter dari bibir pantai. Asalkan tidak habis hujan lebat disertai angin kencang, anak-anak kecil cukup aman untuk berenang di pantai ini. Kalau dari sisi yang agak mistis, dari banyak orang yang bilang ke aku, daerah ini merupakan daerah kerajaan/kota alam gaib yang bernama Saranjana). Jadi tidak mengherankan kalau beberapa di antara kami ada yang melihat penampakan makhluk alam sebelah meski aku ga tau penampakan yang mereka lihat itu 'penduduk Saranjana' atau bukan.

2) Siring Laut Kotabaru

Posisi siring ini strategis. Tepat di depan pusat pemerintahan Kabupaten Kotabaru. Standar tempat-tempat bersantai keluarga yang ada di Kalsel lah, pasti di sekitarnya bertaburan warung-warung makan. Siring ini memang tidak jauh berbeda dengan Siring Sudirman (depan Sungai Martapura Banjarmasin), siring depan kantor Walikota Banjarmasin (Pelabuhan Lama), siring depan kantor bupati Kab. Batola, atau siring (pelabuhan barang) yang ada di Kuala Kapuas. Tapi, kalau siring-siring yang kusebutkan di atas untuk menahan abrasi/gelombang sungai, siring di Kotabaru ini berfungsi untuk menahan abrasi gemburan ombak laut (selat).



Menurutku, obyek wisata di Kalsel memang belum digarap dan diekspos sebagus obyek wisata di provinsi lain yang pernanh kudatangi (Bali, Jawa Timur, Yogyakarta). Tapi, rasanya belum pas jika kita sering jalan-jalan ke ‘kampung orang’ sedangkan ‘kampung sendiri’ tidak masuk ke dalam list destinasi kita jika ingin mengisi masa liburan.

Wednesday, December 7, 2011

MGMP Geography Banjarmasin Trip to Pulau Kaget

Sudah lama aku ingin berkunjung ke Pulau Kaget. Akhirnya, Rabu (23/11) kemarin aku bersama beberapa kawan di MGMP Geografi Banjarmasin sampai juga ke pulau itu. Tidak mampir sih, hanya mengelilingi pulau menggunakan kelotok (perahu bermotor) karena di pulau itu memang sengaja tidak dibuatkan dermaga untuk kelotok bersandar.
Pulau Kaget tidak sepopuler Pulau Kembang yang letaknya tidak begitu jauh dari pasar terapung Kuin. Padahal, Pulau Kaget merupakan habitat bekantan (Nasalis larvatus), monyet berhidung panjang yang menjadi maskot Provinsi Kalimantan Selatan. Mungkin karena jaraknya yang cukup jauh, sekitar 1,5 jam perjalanan naik klotok dari pusat Kota Banjarmasin. Jadi, cukup banyak yang tidak mengenal pulau ini.

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976, Pulau Kaget ditetapkan sebagai kawasan cagar alam. Dalam perkembangannya, kawasan ini mengalami degradasi dengan matinya seluruh pohon rambai sebagai pakan utama bekantan sehingga dilakukan rehabilitasi kawasan. Oleh karena itu, maka kawasan Pulau Kaget dirubah fungsi menjadi Suaka Margasatwa pada 27 September 1999.

Pulau yang terletak dekat muara Sungai Barito ini memiliki flora dan fauna khas hutan mangrove, seperti rambai (Sonneratia caseolaris), nipah (Nypa fructicans), bakung (Crinum asiaticum), jeruju (Acanthus ilicifolius), juga habitat bagi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), elang laut perut putih (Heliaetus leucogaster), elang bondol (Haliastur indus), serta raja udang biru (Halycon chloris). Pulau Kaget sendiri merupakan sebuah delta yang terletak di tengah-tengah Sungai Barito dan masuk ke dalam wilayah Kecamatan Tabunganen, Kabupaten Barito Kuala.



Ada yang bilang cukup sulit menemukan sekawanan bekantan jika hanya menyisir pulau itu dari sungai. Apalagi, bekantan terkenal pemalu jika bertemu dengan manusia. Mereka akan memilih lari dan bersembunyi. Berbeda dengan para monyet yang justru ingin terlihat eksis jika bertemu dengan manusia. Alhamdulillah, kami beruntung. Ada sekelompok bekantan berjumlah sekitar sepuluh ekor sedang bermain dengan riang terlihat dari tepian. Sayangnya, karena hanya bermodal kamera saku, kami tidak berhasil mendapatkan foto yang bagus dan jelas karena jarak kawanan bekantan dari kelotok memang cukup jauh.

“Tidak dapat dipastikan berapa jumlah populasi bekantan di Pulau Kaget saat ini karena tidak ada yang melakukan perhitungan populasi bekantan”, kata salah satu kepala desa (aku lupa namanya) yang aku tanyai ketika kami singgah di Kecamatan Tabunganen. Jumlah kasar populasi bekantan yang ada berkisar (lupa nyatat! Seratus apa lima ratus ekor, ya?! Heee…..). Areal Pulau Kaget pun masih banyak yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Jika terus dibiarkan, hal ini akan mengganggu kehidupan para satwa endemik Kalimantan yang berstatus diambang kepunahan ini.
Semoga habitat bekantan di Pulau Kaget juga daerah lainnya di Kalimantan dapat terus terjaga sehingga aku dapat melihat mereka kembali, begitu juga anak cucu dan generasi kita berikutnya, masih dapat melihat kawanan bekantan sedang bermain dengan gembira di habitat aslinya.

Bacaan:
- Bekantan
- B E K A N T A N (Nasalis larvatus)
- Ekspedisi Pulau Kaget 2008

Saturday, October 15, 2011

Confusion on Satnight (Remembering You)

Malam minggu... waktunya untuk 'memanjakan' diri sendiri. Maaf tumpukan lembar jawaban UTS siswa, aku lagi tak minat mencoretimu dengan berbagai tulisan dan angka yang kadang membuatku mengurut dada. Jadi, aku melewati malam ini dengan kembali mengulang membaca satu dari trilogi Supernova: Petir. Membacai lagi kisah tentang Mpret dan metamorfosis Elektra sambil mendengarkan mp3 playlist yang memutar lagu-lagu pilihanku, mulai yang dinyanyikan J-Flow, Efek Rumah Kaca, sampai romantis love songs tahun 90an.

Aku mulai dilanda kegalauan (hahahaa....). Maka, kurangkailah entah apa namanya yang akan tersaji di bawah ini. Aku sendiri kurang yakin apakah ini perasaanku yang nyata atau hanya sekadar mengarang cerita. Kubiarkan saja, mumpung jemariku sedang rukun dengan sudut otak yang mendektekan kata-kata.

Remembering You (again)

Membicarakanmu entah kenapa tak pernah ada bosannya bagiku. Mungkin karena di semestaku kau lah yang terindah meski tak tergapai. Sesekali kita beriringan. Sesekali aku melihatmu di sudut jalan. Namun, tak pernah lagi mata kita berpandangan. Tak lagi sungging senyum terkembang. Hanya seribu diam yang ada. Mungkin, bagimu, aku tak lagi nyata.

Banyak yang datang dan pergi, bahkan tak kembali. Beberapa kusesalkan, beberapa kubiarkan. Tentunya banyak dari mereka kuharapkan tetap tinggal atau kembali suatu hari. Karena tanpa mereka, aku bukanlah siapa-siapa. Tanpa mereka, aku merana mengenangmu.

Teruntuk dirimu, aku masih di sini, berharap kamu kembali. Kurindu tatapanmu yang angkuh namun ramah. Kurindu tawa sinismu yang terdengar renyah. Kurindu senyummu, kurindu genggaman tanganmu. Aku rindu menjadikanmu alasan kebahagiaanku.


Confusion on Saturday night:
Dear someone… Could I to be with you?!

Sunday, October 9, 2011

Latah berBisnis Online

Bisnis online? Dengar kata ini sih kayaknya seru. Soalnya ga perlu punya toko, ngurus perizinan ini itu sudah bisa berbisnis (apalagi kalau skalanya masih keci-kecilan). Tinggal manfaatin facebook, twitter, blog, BBM, atau kalau yang bermodal banyakan bikin web buat jualan.

Bisnis online sudah bukan hal baru sih. Aku aja yang barusan nyoba (hahahaa..). Sebenarnya udah lama pingin nyoba mengadu peruntungan di dunia ini tapi baru aja kesampaian. Itupun masih belajar dan kecil-kecilan. Semoga aku beruntung dah! Amin. \(^_^)/

Apa aja bisni online yang sedang aku kerjain? Agak maruk sih, tiga sekaligus. Ada MLM produk kecantikan, tas-tas impor (baju juga ada sedikit-sedikit), sama media pembelajaran geografi. Ketiganya bersumber dari sahabat & kawan. Tanpa mereka ya usaha dagangku ini ga akan ada :D

Oriflame
Kayaknya produk asal Swedia ini udah ga asing di telinga, terutama kaum hawa. Produk-produk kecantikan berbahan alami ini memang sudah lama masuk pangsa pasar Indonesia. Gara-gara itu juga jadi berasa ternyata sulit nyari downline atau pelanggan. Soalnya banyak kawan dan saudara yang sudah jadi membernya (langsung diketawain Ka Ella -> uplineku dan dapat komentar, “Kamu telat ikutan berarti, Rin…”). Selain itu, produk kosmetik kan banyak beredar di pasaran. Jadi, tinggal ke toko kosmetik, mini market, super market, bisa langsung dibeli trus dipakai.

Enaknya jadi member, kita bisa beli produk dengan harga yang lebih murah (diskon 30%), dapat point, dapat bonus, dan kalau pointnya banyak level kita juga bisa naik. Jadi ada semacam jenjang karir gitu. Enak kan? Aku sendiri walau baru jalan 3 bulan gabung sudah punya 2 downline & level 3% (alhamdulillah ya….). Semoga bisa awet di bisnis ini dan bisa mengikuti jejak para senior yang asli bikin mupeng! Gimana ga mupeng, cukup kerja di rumah tapi bisa punya penghasilan jutaan (bahkan puluhan juta), dapat bonus mobil, jalan-jalan ke Eropa gratis! Ckckck. Mupeng lah…

So, yang mau ikutan jadi member bisa daftar di sini (^_^)p

Shop Addict
Begitu aku memberi nama untuk lapak jualan tas-tas impor dan baju yang bermula dari seringnya aku ambilin pesanannya kawan sekerjaan dan berujung pada anjuran sahabatku, “Rin, daripada kamu melulu ambilin pesanan orang, mending kamu yang jualan.”


Setelah dipikir-pikir boleh juga idenya. Bermodal beberapa kontak BBM, akhirnya aku bikin BBM groupnya. Masih sepi sih.. tapi adalah 1-2 yang order. Trus, ada lagi yang kasih komen. Kalau ga punya BB ga bisa dunk lihat. Kenapa ga di share ke Facebook juga. Okelah, akhirnya bikin album foto yang isinya barang-barang dagangan. Semoga daganganku laku & banyak pelanggannya. Amin. :D

Media Pembelajaran Geografi

Sejauh ini bisnis ini yang paling rame (hehe…). Kerja sama ambe’ konco sa-kelas waktu kuliah, katanya, “Aku ga mau untung sendiri, Rin. Jadi, kalau bantu aku memasarkan ini kamu kecipratan juga pastinya.” And yes, setelah aku jadikan PP BBM, share di facebook, dan bawa sampelnya ke pertemuan MGMP Geografi Banjarmasin, lumayan banyak yang pesan. Yeyee…


Oich, setiap pieces media pembelajaran yang terjual Rp 1000,- aku sumbangkan ke @koinuntukbanua. Semoga bisa bantu pendidikan adik-adik/anak-anak bangsa. Amin.

Friday, September 23, 2011

My Dreams to be True on Him

Kemarin sore aku kontak dengan adik tingkatku kuliah via sms. Kami cukup meski dia beberapa tahun di bawah aku. Awal kedekatan kami memang cukup berkesan. Kata dia, wajahku mirip dengan bundanya. Sayangnya, sampai saat ini aku belum bertemu dengan beliau untuk membuktikan ucapan adikku itu. Libur panjang sekolah barusan aku batal terbang ke Lombok, ke kampung halamannya karena mengikuti bimtek selama beberapa hari.

Obrolan kami awalnya hanya berupa informasi lowongan kerja berlanjut saling tanya kabar. Saat aku tanya sekarang dia ada di Malang atau di Lombok, dia bilang sekarang ada di Yogya, melanjutkan kuliah ke jenjang S2 di UGM. Wah, aku bahagia sekaligus iri mendengarnya. Saat lulus kuliah, aku juga berniat serupa. Tapi kondisi saat itu belum berpihak padaku untuk melanjutkan studi. Aku kembali ke Banjarmasin, ikut tes CPNS, lulus, dan akhirnya menjadi guru geografi di SMAN 10 Banjarmasin.

"Aku dapat beasiswa, Ka. Ambil jurusan manajemen bencana."

Mendengar jurusan yang dia ambil, aku langsung surprise. Rasa iriku semakin besar. Aku bahkan menangis. Itu adalah jurusan yang aku idam-idamkan jikalau melanjutkan ke jenjang S2. Sayangnya, ketika sudah berstatus guru PNS, rasanya peluang untuk mendapatkan izin studi di jurusan ini cuma impian belaka karena setahu aku seorang guru hanya bisa mengambil studi kependidikan. Magister Pendidikan Geografi atau Magister Pendidikan IPS. Kuharap aku salah. Kuharap guru pun mendapat izin untuk studi di Magister Manajemen Bencana, jurusan yang sampai saat ini masih langka di Indonesia. Jurusan yang bekerja sama dengan perguruan tinggi di Belanda sehingga berkesempatan juga untuk studi di sana. Bahkan kabarnya, mahasiswanya pun dibimbing agar bisa mendapatkan beasiswa S3 di Jerman. Belanda, Jerman, jika berkesempatan studi di luar negeri, kedua negara itu adalah yang pertama-tama akan kupilih.

Well, apapun ending dari keinginanku untuk melanjutkan studi ke jenjang S2, aku bahagia mendengar kabar darinya. Paling tidak, jika aku tidak bisa mendapatkannya, seseorang yang dekat denganku bisa mendapatkannya, juga sukses menjalaninya.

Good luck, bro. I pray for you. I pray the best for us.

Sunday, June 12, 2011

Andakan Celengan Koin untuk Banua

Setelah 3x melakukan kopdar (@foodcourt with Riani, Dini, Nazat, dan Rahmita; @KFC Posindo with Riani, Dini, Nazat, adingku-Ifit, Ibnu; @Warung Palu Gada with Riani, Dini, Nazat, Rahmita, adingku-ifit, Ibnu, Mustafa), Koin untuk Banua yang mulanya cuma rumpian lamat-lamat jadi beneran.


Sampai saat ini celengan/wadah Koin untuk Banua berjumlah empat buah. Alhamdulillah banyak yang antusias untuk membantu mengisi celengan-celengan kecil ini. Jadi, jika kawan-kawan ingin mendrop uang receh ke Koin untuk Banua bisa dikumpulkan ke empat orang yang memegang celengan/wadah tersebut, yaitu aku, Riani, Andini, dan Rahmita (menghubungi kami bisa via group facebook, personal message, twitter, atau sellular *kalau punya no.nya*).

Jika ada penambahan dropzone celengan/wadah lainnya akan kami publish agar koin yang terkumpul dapat terus dipantau jumlah dan perkembangannya. Untuk semua kegiatan Koin untuk Banua sendiri kami usahakan untuk selalu diinformasikan via group facebook, blog, twitter, atau media milik pribadi team Koin untuk Banua agar kawan-kawan dapat ikut berpartisipasi dan memantau kegiatan ini.

Beberapa istilah yang digunakan di Koin untuk Banua:

"Andakan Celengan (Dropzone)" = Lokasi untuk menempatkan koin dalam celengan/wadah untuk pengumpulan koin.

Nang Ma isi (Coin Dropper)” = Bubuhan yang umpat mengisi koin-koin ke dalam celengan untuk pengumpulan koin, kemudian di kumpulkan. Ada jua yang umpat membantu bubuhan yang ampun gawi berupa donasi atau konsumsi dan ada jua yang umpat berkonstribusi mempromosikan Koin Untuk Banua ke seluruh pelosok Banua melalui berbagai cara (internet ataupun media lainnya).

"Hari Pengumpulan Koin (Coin Collecting Day)" = Waktu pengumpulan koin yang dilakukan sebulan sekali untuk mengumpulkan celengan yang telah berisi koin dan di hitung secara bersama-sama. Setiap kegiatan HPK akan di publis melalui semua media informasi Koin Untuk Banua, baik melalui facebook, twitter, blog Koin untuk Banua dan media lainnya yang mendukung.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Salam krinciiiing…….

Baca juga: Info Andakan celengan

Sunday, May 29, 2011

Koin untuk Banua

Salam Krincing….

Beberapa waktu lalu, Kick Andy Show mendatangkan bintang tamu yaitu penggagas gerakan Coin a Chance. Berawal dari acara itulah beberapa diantara kami akhirnya terinspirasi untuk mengadakan gerakan serupa untuk area Banjarmasin.

Coin a Chance (http://coinachance.com) sendiri merupakan sebuah gerakan sosial untuk mengumpulkan ‘recehan’ atau uang logam yang bertumpuk dan jarang digunakan. Uang yang terkumpul akan ditukarkan dengan "sebuah kesempatan" bagi anak-anak yang kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah lagi.

Setelah beberapa kali ‘ngobrol’ via Facebook, akhirnya bersama Riani, Rahmita, Dini, dan Nazat, kami janjian untuk bertemu dan membicarakan niat mulia ini ke jenjang yang lebih serius. Sabtu sore (28 Mei 2011), pertemuan itu terwujud. Sambil ngrumpi dan makan ice cream bakar juga es teler, kami mulai membicarakan teknis kegiatan yang akan kami jalankan. Agar lebih easy listening di telinga Urang Banjar, kami akhirnya menamai gerakan ini Koin untuk Banua.

Untuk sementara Koin untuk Banua masih belum diaktifkan soalnya para dropper masih nyari celengan dan bikin pamflet agar bisa menyebar luaskan kegiatan Koin untuk Banua. yang tertarik jd dropper atau coiner, sekitar seminggu lagi kami akan kembali mengadakan kopi darat. waktu & tempat akan diberitahukan kemudian.

Semoga gerakan ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Amin.

para rumpiwati coiners

Tuesday, May 17, 2011

Lebih dari Indah

Lagu bisa bikin kita rileks. Tapi, lagu juga bisa bikin kita makin galau (novel atau film romantis juga punya efek yang sama!). Barusan aku dengar lagu yang bikin aku kembali galau. Beberapa waktu lalu, lagu ini malah bikin aku dan beberapa temen (senasib) galau bersama. Gara-garanya apalagi kalau bukan lirik lagunya yang touching to heart. Spesial lagi buat aku, video klipnya indah banget (tema & pemandangannya!).



Bagaimana caranya agar kamu tahu bahwa
Kau lebih dari indah di dalam hati ini
Lewat lagu ini kuingin kamu mengerti
Aku sayang kamu, kuingin bersamamu

Yang lagi jatuh cinta, lagu ini terdengar romnatis banget. Tapi, bagi secret admirer, parahnya bagi yang lagi bertepuk sebelah tangan, sebaiknya segera tutup mata tutup telinga biar gak nangis! Jangan galau berkepanjangan ya....!!

Sunday, May 15, 2011

Melewatkan Cowok Seperti Dia

“Hi, say,” sapa Iwed, sahabatku, via Yahoo Messenger.
“Hi juga,” balasku cepat. Saat itu aku memang sedang tidak chat dengan siapa pun. Akun Facebook dan Twitterku pun sedang sepi dari aktivitas saling berbalas komentar dan mention.
Iwed adalah sahabatku sejak SMA. Sudah cukup lama kami tidak bertemu. Komunikasi terakhir kami pun terjadi beberapa bulan lalu menjelang persalinannya yang kedua.
“Aku lagi pembukaan dua!” begitu kabarnya waktu itu.

Apa kabar menjadi
pertanyaan lazim yang keluar setelah say hi terlontar. Kami saling bertanya kabar. Tentunya aku juga menanyakan kabar kedua gadis kecilnya. Obrolan pembuka kami ditutup dengan pertanyaan dari Iwed, “Ada kisah baru apa nih terkait percintaanmu? Sudah lama kita gak cerita-cerita.”

Sahabat-sahabatku tahu track record-ku dalam dunia percintaan tidaklah bagus. Aku yakin sebenarnya Iwed mengharapkan kisah yang menggembirakan. Tapi, sayangnya aku belum punya kisah seperti itu.

“Aku lagi patah hati, say.”
“Gimana ceritanya?”
“Mungkin aku keGR-an dan terlanjur berharap. Ternyata, aku bertepuk sebelah tangan,” ceritaku sambil menahan tangis. Huh, akhir-akhir ini aku memang melow. Walau sebelumnya merasakan yang lebih menyakitkan ini, tetap saja patah hati rasanya teramat tak enak.
“Kenapa?”
“Awalnya kupikir dia suka sama aku. Soalnya dia kelihatan manja kalau lagi sama aku. Waktu aku tanya tentang perasaannya, ternyata dia gak punya perasaan lebih. Dia cuma anggap aku teman, juga adik,” sekali lagi aku mencoba menahan tangis. Tapi air mataku jatuh tanpa permisi.
“Aku kenal sama dia?”
“Hahahaa… Iya, kamu kenal dia, say!”

Well, tak heran Iwed bertanya demikian karena dua cowok yang aku suka sebelumnya selalu orang yang dia kenal. Cowok pertama yang menjadi first love dan pacar pertamaku adalah teman satu sekolahnya di SMP yang kemudian menjadi teman sekelas kami di SMA. Cowok kedua yang membuatku patah hati adalah cowok yang pernah dikecenginya ketika SMP. Aku mengenalnya ketika kami sama-sama jadi mahasiswa perantauan di Malang. Sedang cowok ketiga yang membuatku kembali patah hati adalah kakak kelas kami ketika SMA.

“Di sekolah gak ada cowok single?” tanya Iwed kemudian. Oh ya, aku belum bilang kan kalau aku seorang guru?
“Ada. Duda dan usia kami terpaut jauh.”
“Kalau duda keren gak apa, say. Ingat Ithe kan? Dia nikah sama duda dan gak masalah tuh!”
“Aku dicomblangi kepsek kita SMA loh dengan anak teman beliau. Guru juga.”
“Nah, trus trus…?” Iwed penuh semangat menyimak kisahku.
“Tapi udah tua juga, say. Jujur, aku gak tertarik sama cowok yang jauh lebih tua.”

Melihat jawabanku itu Iwed mulai ceramah panjang lebar.
“Gini ya, say! Sori, aku gak bermaksud menceramahi, sok tua, atau sok bijak. Waktu pacaran mungkin kita lebih suka sama cowok yang seusia sama kita. Tapi, cowok kalau udah nikah beda, say. Kalau pasangan kita lebih tua, umumnya dia lebih ngemong dan mudah mengimbangi sifat kita yang kadang masih kekanak-kanakan. Jadi, jangan karena usia yang terpaut jauh kamu langsung menutup hati.”
“Iya, aku ngerti. Tapi aku emang gak dapat feel-nya gimana? Jangankan mereka yang notabene orang yang baru kukenal. Sebelum ini sebenarnya aku dekat sama cowok yang sudah aku kenal lama. Kakak kelas kita juga. Kakak kelasku dari SMP malah!”
“Hah, siapa lagi nih?” tanya Iwed makin antusias.
“Aku selesaikan ceritaku dulu baru kasih tahu siapa orangnya!”
“Okay!” Iwed menurut. Meredam rasa penasarannya tuk sementara.
“Dia cowok baik, pintar, kerjaannya oke, dan aku yakin agamanya bagus. Ngobrol sama dia seru dan kami nyambung banget! Waktu dia PDKT aku berusaha untuk suka sama dia. Kami SMS-an, nonton berdua, tapi bagaimanapun aku berusaha aku gak bisa dapatin chemistry yang lebih. Aku gak bisa anggap dia lebih dari seorang kakak. Jadi aku bilang baiknya dia gak berharap banyak dari aku.”
“Duh, cinta tuh bisa hadir karena terbiasa tau!” komen Iwed geregetan.
“Iya, aku tahu. Sumpah, aku berusaha banget suka sama dia tapi susah. Waktu dia bilang dikenalin sama cewek, aku bilang kalau merasa cocok menikahlah dengannya. Ketika mereka menikah, aku datang dan gak merasa cemburu sama sekali. Aku bahkan turut berbahagia atas pernikahan mereka, say!” ceritaku lalu menyebutkan nama cowok yang memang juga dikenal baik olehnya.
“Say, sumpah aku geregetan. Menurutku dia itu cowok perfect tahu!” aku tahu Iwed mengetikkan kata-kata itu dengan perasaan campur aduk antara marah dan geregetan. Andai saat itu kami sedang bertatap muka, Iwed pasti akan menimpukku dengan buku tebal, menampar pipiku agar aku sadar telah membuat sebuah kesalahan besar, atau mencubiti tubuhku dengan penuh rasa kesal.
“Sumpah, aku berusaha suka sama dia! Aku juga berpikiran seperti itu. He close to perfect one! Makanya aku berusaha banget untuk suka sama dia. Tapi gak jodoh gimana?”
“Benar juga sih katamu. Kalau bukan jodoh, mau diusahakan seperti apapun gak akan berhasil,” Iwed mulai meredam rasa geregetannya. Mengakui bahwa aku pun tak sepenuhnya salah karena melewatkan cowok yang kami pastikan akan menjadi kepala keluarga yang baik di keluarganya. “Kamu gak menyesal?”
“Sayangnya, gak!” jawabku jujur.
“Semoga kamu berjodoh dengan cowok ini,” kami kembali ke topik pertama, mengungkit lagi cowok yang sedang membuatku patah hati.
“Iya. Doakan ya, say.”
“Pasti. Tapi, kalau dia bukan jodoh kamu, berarti dia bukan yang terbaik! Kamu cuma belum dipertemukan dengan yang tepat. Jadi, jangan sedih. Okay?”
“Okay.”

Aku dan Iwed memang pernah bersama-sama melewati bahagianya jatuh cinta dan sedihnya patah hati. Jika aku yang mengalami, Iwed yang menghiburku. Begitu juga sebaliknya. Untuk kisah percintaan, Iwed memang jauh lebih beruntung. Dia menikah dengan cowok yang dipacarinya sejak SMA. Kakak kelas kami. Kehidupannya sekarang pun telah lengkap dengan hadirnya dua putri yang cantik.

Dibandingkan dengan sahabat-sahabatku yang satu-persatu telah menikah, Tuhan menyiapkan cerita berbeda untukku. Aku bahkan telah melewatkan cowok yang hampir sempurna yang singgah di dekat hatiku tanpa kusesali. Tapi, aku berharap cowok lain yang juga hampir sempurna (karena tak ada manusia yang sempurna di dunia ini) segera menyinggahiku dan kami bisa berbagi. Aku masih berharap cowok itu adalah cowok yang sedang membuatku patah hati. Tapi jika cowok itu adalah cowok yang lain, itu bukan masalah. Berarti dialah jodohku.

Sunday, January 23, 2011

Ceritaku (si Lajang vs si Menikah)

Menjadi lajang (jomblo pula!) di tengah-tengah sahabat dan teman-teman yang sudah memiliki pasangan (sudah menikah atau masih berpacaran) kadang bikin gigit jari. Apalagi kalau mereka sedang berpolah layaknya dunia milik mereka berdua yang lain numpang aja.


Tapi, asiknya jadi lajang tuh bisa jadi pemerhati. Belajar dari apa yang telah dialami orang lain. Pembekalan gitu deh.

Menghadapi menstruasi
Si Lajang: stres gak ketulungan kalau siklusnya gak teratur, apalagi kalau telatnya lama. Alamat sekali dapet guling-guling gak karuan akibat nyeri haid.
Si Menikah: Lempar pembalut ketika si palang merah datang tepat waktu karena berharap untuk sembilan bulan ke depan tak perlu menggunakannya *terutama bagi yang baru menikah

Datang ke resepsi perkawinan atau hajatan semacamnya
Si Lajang: siap-siap bikin jawaban bagus menghadapi pertanyaan kawan-kawan, “Kapan nyusul?”
Si Menikah (belum punya anak): pasti akan nyari temennya yang belum merit untuk bertanya, “Lu datang sendirian?” sembari menggandeng tangan pasangannya, bikin si Lajang ngiri & berniat gantung diri di pohon lombok sepulang dari resepsi. Padahal dia juga menghindar dari temen-temen yang udah punya momongan biar gak iri karena belum dipercaya Tuhan jadi ortu.
Si Menikah (udah punya anak):
bertanya ke si Menikah (belum punya anak), “Kapan niy tekdung? Betah banget berduaan?!”
bertanya ke si Lajang, “Masih sendiri aja lu? Mau aku comblangin sama temenku?” hahaha… I like this point! :p

Dinas luar kota
Si Lajang: santai aja. Lama juga gak apa. Lumayan, gak perlu ngantor.
Si Menikah: pinginnya pulang mulu! Kalau udah ketemu pasangan esoknya curhat dengan teman, “Kemaren kami gak pakai pengaman! Siap-siap beli test pack nih….” (pengalaman di prajabatan).

Pingin traveling
Si Lajang: kapan pun bisa, asal duit ada & gak bentrok jam kerja.
Si Menikah: “hmmm…. pasangan ngebolehin gak ya? dia mau ikut gak ya?” atau kalau udah punya anak, “Duh, trus anakku gimana?”

Belanja ini itu (termasuk nabung)
Si Lajang: beli baju, buku, tas, apapun yang dipinginin kadang tanpa pikir panjang langsung dibeli (dan masih bisa menyisihkan uang yang lumayan banyak untuk ditabung).
Si Menikah: beli beras, lauk, sayur mayur, pampers, susu, jajan si kecil, ….. (lah, kok tekor sih?! >.<”).

Waktu yang dijalani
Si Lajang: masih bisa leyeh-leyeh, hang out, menjalankan hobi, begadang gak jelas.
Si Menikah: ngurus keperluan suami, beres-beres rumah, begadang buat menyusui si baby & ganti pakaiannya yang basah karena pipis.

Selain hal-hal di atas, ada juga sih cerita tentang temen yang belum lama menikah tapi harus bercerai lah, yang long distance karena pasangannya bekerja di kota yang berbeda lah, yang ini lah, itu lah. Jadi, si Lajang bisa belajar banyak dari si Menikah. Si Menikah pun jadi bisa ngemong sahabat & temennya yang masih lajang. Persahabatan si Lajang dan si Menikah pun jadi lebih erat & berwarna.

*Hei, is it about my life?! MG!!